AS_13

3.4K 146 1
                                    

"Lalu kenapa malam itu kamu di jurang tempat aku kecelakaan, apa kamu memang sengaja"

"Tidak...."

"Lalu apa?"

" aku seorang eksekutor, aku memiliki tangan kotor, aku seorang mafia... Narkoba, penyelundupan senjata, pembunuh bayaran.... Aku orang seperti itu..."

"Kenapa kamu tak jujur?"

"Karena aku takut kamu pergi dariku... Aku sama sekali tak terlintas akan terjerat denganmu... Tapi saat aku tahu kamu hamil, aku ingin meninggalkan itu semua.... dan aku tak ingin Membuatmu sengsara"

"Kamu juga tak jujur kalau kamu memiliki istri"

"Apa itu penting untuk hubungan ini?"

"Itu penting.... Setidaknya kalau aku tahu kamu sudah beristri, aku akan lebih berhati-hati..."

"Shinta.. aku mau hanya kamu yang akan menjadi istriku..."

"Aku tak mau menjadi madu.... Arju- maaf Xiaokai... Aku ingin istirahat..."

"Istirahatlah yang baik"

Arjuna atau lebih tepatnya Xiaokai mengecup kening Shinta dan pergi.

Setelah pergi, Shinta menatap langit-langit dan menangis kembali.

"Kenapa harus seperti ini?"

Pagi harinya, Shinta bangun terlalu siang . Tak ada siapapun yang memarahinya. Bahkan para pelayan sangat membantunya.

Karena dia dengar tadi pagi dikumpulkan kembali, dan ibu Xiaokai menanyakannya.

Dan semua menjawab kalau Shinta tak enak badan, dan sering mengalami kram perut.

Saat Shinta keluar kamar, Arjunanya telah berangkat kerja dengan sang ayah. Sedangkan ibu Xiaokai sedang menikmati teh dengan menantunya.

"Shinta Kim... Bagaimana keadaanmu? Ibumu tadi bilang kalau perutmu kram?"

"Iya nyonya, ini sudah tak kram lagi..."

"Baguslah.... Istirahatlah yang benar, memang kalau akan bersalin sering sakit"

"Terima kasih nyonya...."

"Hmm...."

Ya, hati Shinta sangat sakit. Dia iri dengan Suzy yang bisa bergurau dengan ibu Xiaokai.

Tapi memang jalannya terjal seperti ini.

Dan mulai hari ini, Shinta akan memanggil Arjuna dengan Xiaokai. Ya, dia sudah membulatkan tekadnya. Setelah anak ini lahir, dia akan pergi dari sini. Toh tabungannya juga lebih dari cukup untuk pergi.

°°°

Satu Minggu setelah pertengkaran itu, Shinta tak bertemu dengan Xiaokai.

Orang tua Xiaokai serta Suzy masih dirumah ini, jadi dia tetap tinggal di paviliun.

Sebenarnya dia sangat rindu dengan lelakinya, tapi sang lelaki memang tak ingin bertemu.

Dan sore ini untuk mengalihkan perhatiannya, Shinta berinisiatif untuk menyirami tanaman tapi tanpa dia tahu kalau didepannya ada sebuah batu dan dia terpleset.

"Akh...."

Tiba tiba perutnya kram, dan tak dapat berdiri.

Untung ada sekelompok penjaga yang sedang berpatroli, jadi mereka segera menolong Shinta.

Membawanya ke kamarnya dan memanggilnya dokter Risa.

Tak sampai 30 menit, Xiaokai datang dengan terburu-buru.

"Darl... Are u okay?"

"Tak apa...."

Shinta berusaha untuk tak acuh, tapi dia begitu rindu.

Dokter Risa yang membalut luka kakinya agar tak infeksi juga tak apa.

"Kakinya hanya keseleo... Sedangkan kandungannya baik-baik saja, mungkin tadi terlalu shock serta banyak pikiran ..."

"Terima kasih ..."

Dokter Risa segera pergi dan memberikan ruang untuk pasangan itu, mungkin mereka mendapat banyak masalah.

Xiaokai terus saja memegang tangan Shinta dan terkadang diciumnya.

Tanpa Xiaokai sadari dari balik pintu terdapat dua orang yang melihat mereka. Nampak aura mereka berbeda, amarah mereka memuncak.

Sampai akhirnya mereka memilih untuk pergi, dan menyusun rencana lain.

Saat mereka sudah pergi, masuklah Seorang lelaki paruh baya. Dia adalah ayah Xiaokai, Richard.

"Nak..."

"Ayah...."

"Bagaimana keadaannya?"

"Dia hanya sedikit keseleo..."

"Seharusnya kamu mengatakannya dari awal kalau gadis ini hamil anakmu..."

"Aku takut keselamatannya terancam..."

"Ini akan lebih membahayakan dia.. mental wanita hamil itu sangat rentan"

"Aku tahu ... "

"Apalagi dia masih akan berumur 20 tahun dan sudah hamil"

"Iya... Resiko ini sudah diprediksi sedari awal..."

"Selagi masih bisa perbaikilah..."

"Iya.. pasti akan aku perbaiki..."

"Baiklah.... "

Richard segera pergi dan meninggalkan Xiaokai bersama sang kekasih.

Richard tak pernah melihat Xiaokai secemas ini, selain saat tahu ibunya pergi dari rumah dulu.

Bahkan dia akan sangat tenang saat menganiaya seseorang.

"Bertahanlah... Kita akan membuat pernikahan yang sangat mewah untukmu..."

Xiaokai segera berdiri dan merogoh saku celananya.

Menghubungi sang asisten.

"Boss ..."

"Siapkan pernikahanku dengan Xiaokai"

"Tapi...."

"Urusan rumah aku tangani..."

"Baik bos..."

"Kapan itu?"

"Dua atau tiga bulan lagi...."

"Baik boss...."

"Jangan ada kekurangan satu apapun"

"Siap!"

Xiaokai segera memutus panggilan itu, dan segera duduk kembali.

"Kau dengarkan... Tak akan ada yang bisa membuatku jauh darimu... Kau satu-satunya"

Perkataan Xioakai itu terdengar oleh kedua wanita yang datang lagi. Mereka benar-benar sangat penasaran.

Dan sekarang mereka mendengar sendiri bahwa Xiaokai akan menikahi wanita itu.

"Aku tak rela ..."

"Jangan risau, darl.... Mari buat dia pergi!"

"Ya, itu harus..."

*****

Aku Simpanan Where stories live. Discover now