AS-25

2.1K 118 2
                                    

Xiaokai menghembuskan nafasnya berat, dia tak menyangka kalau Shinta segera menodongnya dengan pertanyaan itu.

"Aku melihatmu terbaring tak berdaya setelah serentetan operasi itu tak tega melihatmu akan bertambah sedih saat mendengar anak kita yang kritis dan bahkan dokter sempat menyerah"

"Xiaokai, aku ibunya!!"

"Aku tahu... Aku hanya ingin melihat kamu bahagia melepas semua penderitaan ini.. aku tak bisa melihatmu menangis.."

"Apa kamu tak menderita? Apa kamu tak menangis?"

Tak ada isak diruangan itu, tapi air mata mengalir begitu saja.

"Tentu menderita.... Aku..."

Shinta segera menerjang tubuh Xiaokai dengan cepat.

"Aku berencana untuk datang padamu saat keadaan Xiaokai membaik, saat semua sudah aman dan membiarkan kamu melepas rindu"

"..."

"Rupanya aku ataupun Chris tak bisa menahan rindu ini..

"Dan kamu tetap kemari walau keadaan Chris tak aman..."

"Aku begitu kalut saat dokter disana menyerah dan menyarankan untuk merelakan.. aku tak rela, bagaimana bisa seorang anak yang kita tunggu kubiarkan pergi begitu saja..."

"Kenapa kamu memilih membiarkan aku pergi? kenapa tak membiarkan aku ikut berjuang?"

"Aku berfikir akan membiarkanmu tumbuh, membiarkanmu pergi kemanapun sesukamu untuk melepas segala kesakitan yang ada... "

Isak Shinta sekarang terdengar, dia merasa sakit dengan setiap kata dari Xiaokai.

"Shinta..."

"Kamu begitu kurus, mana Arjuna yang aku banggakan itu"

"Aku akan segera kembali dengan badanku dulu"

Tak ada sakit hati sebenarnya dengan tindakan Xiaokai, dia paham setiap langkah yang diambil Xiaokai pasti ada pemikiran yang begitu matang.

Dia hanya menyayangkan kenapa dia tak melihat dari sisi Shinta.

"Bagaimana istrimu, dia tak keberatan dengan Chris?"

Xiaokai merogoh kantungnya, sebuah sertifikat nikah. Dan saat lelaki itu buka, rupanya sertifikat milik Shinta dan Xiaokai.

Shinta sedikit tak paham dan menatap Xiaokai.

"Kesalahan Suzy dan ibu tiriku tak termaafkan, dia mendapat hukuman setimpal..."

"Dia hanya melukaiku..."

"Itu bukan hanya Shinta, mereka melukai orang yang aku cinta, dia hampir membunuhmu dan Chris, calon pewaris Lee group... Dan dia .... Membunuh ibuku 20 tahun yang lalu"

Shinta membekap mulutnya tak menyangka.

"Kalian tak tahu?"

"Aku tahu... Tapi kami memilih diam dan mengumpulkan semua kesalahannya sampai bisa membuat sebuah hukuman yang sangat berat"

"Hmm..."

"Hari kecelakaan itu, sebenarnya aku ingin memberikan sertifikat ini... Aku menceraikan Suzy, dan menikah denganmu secara sipil.. aku berencana menggelar pesta pernikahan setelah kamu melahirkan..."

"...."

"Shinta aku tak akan membahas tentang pernikahan atau apapun... Semua terserah kamu... Sekarang aku hanya ingin kamu nyaman dan mau mengurus Chris bersama"

Shinta hanya mengangguk. Ini yang dia suka dari Xiaokai, dia tak pernah memaksa kehendaknya.

Tok tok tok...

Shinta segera membuka pintu, rupanya dokter dan perawat yang mengokservasi Chris.

"Iya..."

"Tuan dan nyonya maaf mengganggu, kami akan memberi laporan"

"Oh baik .."

Kedua orang itu masuk dan duduk disofa, dihadapan Shinta dan Xiaokai.

"Jadi bagaimana?"

Shinta melihat Xioakai yang bertanya. Wajah lembut tadi tergantikan dengan wajah dingin tak tersentuh.

"Kami telah melepaskan beberapa alat, dan Chris sudah mengalami pemulihan cepat... Mungkin ini keajaiban dari ibunya... Jadi kami mohon untuk terus bersamanya"

"Iya..."

"Terima kasih... Apa aku bisa melihat kesana?"

"Tentu... Chris pasti senang saat Anda datang"

"Iya.."

"Darl... Ayo kita lihat..."

"Hmm.."

Kedua wanita yang merawat Chris begitu aneh dengan Xiaokai. Dia begitu dingin tak tersentuh saat bertatapan dengan orang lain. Sedangkan dia akan berubah hangat saat bersama istrinya.

Lelaki itu seperti memiliki kepribadian ganda.

Shinta dan Xiaokai sama sekali tak berbicara, Xiaokai yang memilih membuka MacBook putihnya, sedangkan Shinta memilih untuk berbaring bersama Chris.

Ranjang rumah sakit sudah diganti dengan agak besar, dan Chris juga sudah dibawa keruang rawat VVIP, jadi mereka nampak lebih leluasa.

Keempat sahabat Shinta sudah dia suruh pulang, tentu kerumah Shinta.

Mereka bilang akan menghendel semua kegiatan kafe selama Shinta merawat Chris.

Tentu dia bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang begitu penyayang.

"Shinta..."

"Hmm..."

"Makan dulu"

"Nanti saja..."

"ASI mu perlu diisi ulang, Chris akan kecewa saat ASI-nya sedikit"

"Ah iya... Aku akan makan"

Shinta beranjak dari tidurnya, dan berganti duduk disofa samping Xiaokai duduk.

Shinta makan dengan diam tanpa mengatakan apapun.

Xiaokai memperhatikan Shinta dengan lembut, dia kira hubungannya membaik rupanya tetap saja jauh.

"Shinta..."

"Ya..."

"Kamu mau pulang denganku?"

"Tidak...aku nyaman disini"

"Mungkin setelah keadaan Chris membaik dan keluar..."

"Chris tetap bersamaku...aku akan merawatnya"

"Iya aku tahu... Aku akan menyerahkan Chris untukmu, aku akan tetap memenuhi kebutuhan kamu dan Chris"

"Tidak, terima kasih... Aku masih bisa mencukupi kehidupan Chris!"

"Shinta .. aku ayahnya, itu sudah kewajibanku"

"Aku sudah selesai makan... Aku akan pulang sebentar, puas-puaskan kamu bersama Chris, tapi setelah ini menjauhlah"

Shinta segera berdiri dan melangkah pergi. Tapi Xiaokai segera memeluk Shinta pelan.

"Apa kamu tak bisa tetap disini, bersamaku... Membesarkan anak kita"

"Xiaokai... Jawaban itu ada dikamu.."

"Shinta ..."

"Pikirkan matang-matang saat kamu mengatakan apapun... Aku tak mau Chris menderita"

*******

Aku Simpanan Where stories live. Discover now