AS-19

2.3K 119 0
                                    

Setelah menyelesaikan acara makannya, Shinta dan Jeck segera pergi. Dan sampailah mereka berdua disebuah rumah minimalis dengan dua lantai.

"Akan aku bantu berberes"

"Terima kasih..."

Keduanya segera turun dari mobil, dan Shinta menatap sekeliling. Perumahan ini begitu strategis. Beberapa meter dari sini ada sebuah minimarket, dan juga dekat dengan jalan raya.

"Jane mengatakan kalau kamu suka tempat yang damai, dan ya perumahan ini lumayan tenang.."

Shinta mengangguk-anggukan kepalanya, dan melihat Jeck yang memasukkan kartu akses dan menyerahkan kartu itu pada Shinta.

Saat Shinta masuk, rumah ini begitu nyaman dan sesuai harapannya. Berbagai furniture juga sudah ada.

Jeck juga ikut masuk, dan meletakkan koper Shinta didepan televisi.

"Kamu Istirahatlah dulu ... Aku akan pulang, dan kalau ada apa-apa cepat hubungi aku"

Jeck meletakkan kartu namanya dimeja dan segera keluar, tapi belum sampai mencapai pintu utama jeck mendengar suara Shinta.

"Kamu tak mau minum dulu?"

"Besok saja...kamu istirahat dulu, besok aku kemari"

"Baiklah.. terima kasih untuk hari ini"

"Everything for you....  Ah ya, pikirkan apa yang mau kamu lakukan setelah selesai lelah?"

"Tentu.."

Shinta tersenyum dengan manis, dan Jeck juga tersenyum. Begitu hangat.

Setelah Jeck pergi, Shinta segera berkeliling. Lantai pertama berisi ruang tamu, kamar tidur tamu, serta dapur dengan mini bar.  Sangat simple, dan kolam renang kecil disamping dapur.

Setelah memastikan semua baik, Shinta menyeret kopernya menuju lantai dua.

Dua ruang kamar tidur dengan ruang keluarga yang berisi ruang tv dengan bantal-bantal lantais serta rak-rak buku.

Shinta segera memasuki kamar yang berwarna putih. Ranjang king size, meja rias dan sofa serta jangan lupakan tv besar itu.

Didalam kamar juga ada lorong, kamar mandi serta walk in closet. Ah bathtub yang indah, dia akan dengan senang hati berendam setiap hari.

Setelah selesai menyimpan baju-baju miliknya, Shinta segera turun kembali menuju dapur.

Membuka kulkas dan sudah berisi banyak bahan makan. Wine dan alkohol lain berjejer rapi di kabinet atas mini bar yang gelas-gelas berkakinya menggantung dengan cantik.

Sedangkan  kompor serta peralatan lain yang sama canggihnya dengan peralatan di villa milik Xioakai.

Harusnya Shinta berterima kasih kepada semua pelayan disana yang telah mengajarinya berbagai alat-alat ini.

"Lalu kita harus makan apa?"

Shinta benar-benar tak tahu harus memakan apa. Dia selama beberapa bulan ini hanya memakan apa yang dimakan Xiaokai, dan tak tahu ingin apa setelah sekian lama bergantung.

"Akh..."

Tiba-tiba dadanya terasa nyeri dan kencang, sangat sakit.

Shinta ingat kalau ASI yang seharusnya  diminum anaknya tak keluar, ini terasa panas dan tak nyaman.

Shinta segera menghubungi Lala yang memiliki kakak seorang dokter. Mungkin dia tahu.

"Hallo...."

"Lala..."

"Shinta.... What happened?"

"Apa kakakmu ada?"

"Ada dia sedang makan... Ada apa?"

"Payudaraku sakit, sepertinya ada penumpukan ASI, aku harus bagaimana?"

"Ah... Akan aku katakan padanya... Kakak ku pasti bisa membantu"

Shinta menunggu beberapa detik, dan sampai terdengar suara wanita yang merdu diseberang sana. Ini suara kakak Lala yang kalem itu.

"Hallo Shin... Bagaimana? Apa kamu memiliki pompa ASI?"

"Tidak..."

"Apa kamu bisa pergi ke apotek untuk membelinya, kamu membutuhkan itu..."

"Baiklah... Apa lagi yang akan aku beli?"

"Kantung asi juga bisa.... Nanti setelah kamu beli, kamu coba pompa ASI-mu bergantian.. dan jangan lupa mengompresnya dengan air hangat"

"Baiklah... Lalu?"

"Terserah mau dibuang atau kamu donor kan... Tapi lebih baik kamu donorkan..."

"Baiklah... Aku akan membelinya sekarang..."

"Baiklah... Hubungi aku kalau ada masalah"

"Terima kasih kak..."

Sambungan itu segera dimatikan dan Shinta bergegas untuk pergi ke apotek yang diseberang jalan.  Untung dekat.

Tak lupa Shinta menghubungi Jeck untuk menanyakan sesuatu.

Sambil berjalan, Shinta memanggil Jeck yang entah kenapa lama sekali.

"Hallo... Jeck disini..."

"Ini aku Shinta..."

"Oh iya... Kamu ada masalah?"

"Aku akan ke apotek, bagaimana aku bisa bertransaksi?"

"Kartu aksesmu itu terhubung dengan ATM milikmu, jadi kau hanya perlu menyerahkan kartu akses itu"

"Oh baiklah... Terima kasih"

"Kenapa kamu di apotek?"

"Aku sedang mencari barang"

"Oh baiklah..."

"Ah iya... Apa kamu tahu info bank ASI?"

"Bank asi?? Ah ya, dirumah sakit xxx ada"

"Terima kasih infonya"

"Ah iya ... Apa perlu aku temani?"

"Tak usah khawatir....  Aku bisa,'

****

Aku Simpanan Where stories live. Discover now