3

9.5K 783 45
                                    

Happy Reading

Pagi yang cerah mengawali hari dimana misi Archer sebagai Archen dimulai. Kini Archen telah siap menggunakan baju seragamnya dan segera keluar dari kamar.

Kamar yang terletak di lantai dua paling ujung adalah kamar Archen. Dia sengaja memilih kamar itu dan Sandy maupun Maureen tidak peduli malah bagus menurut mereka agar jauh-jauh dari keluarganya.

Archen menuruni anak tangga, matanya menangkap satu keluarga yang tengah sarapan di meja makan mewah itu. Archen mulai melangkahkan kakinya menghampiri mereka.

Archen duduk disalah satu kursi kosong yang ada, mereka terkejut akan kehadiran Archen. Mengapa? Ya karena Archen selama ini tidak mau bahkan malas untuk sekedar sarapan bersama mereka, tapi kali ini kenapa dia begitu santai duduk di sana.

Tangan Archen mulai menyendok nasi dan menuangkanya ke piring, dia tak memperdulikan tatapan sinis dari keluarganya. Eh tunggu apa Archen menganggap mereka? Mungkin Archen yang sekarang akan menganggap mereka keluarga tapi tidak dengan Archen yang dulu.

"Tidak ada sopan santun!" Ucap Sandy tegas.

Archen tidak menjawab teguran dari Sandy, menurutnya dia sopan kok karena dia datang mereka sudah makan terlebih dahulu. Archen tahu adap sopan santun, karena memang dia mempelajari itu dari bundanya.

Dan jika Archen tiba-tiba duduk mengambil makanan yang mereka dulu makan, apakah itu tidak sopan? Jawabannya Archen sopan karena memang yang lebih tua sudah mengambil dan Archen juga tidak salah.

Prangg

Sandy membanting sendok yang ada ditanganya ke piring "apa kamu tuli?!" Suara Sandy kini mulai meninggi.

Archen hanya menganggap angin lalu dan kembali melanjutkan sarapannya.

"Dasar anak tidak tahu diri, tidak punya sopan santun datang langsung menyambar makanan apa itu baik hah!!" Ujar Maureen.

"Apakah anda pernah mengajari saya apa itu sopan santun?" Archen terkekeh, meminum air putih yang sudah dia tuangkan ke gelasnya "tidak pernahkan, lalu mengapa anda menuntut saya untuk sopan santun?"

Sandy menggeram marah, urat-urat ditanganya mulai keluar. Menggenggam sendok yang tadi dia banting dan melemparnya tepat pada muka Archen, namun sebelum terkena lemparan sendok itu Archen berhasil menghindar. Lantas sendok itu jatuh dilantai.

"KARENA KAMU BUKANLAH ANAK SAYA, DAN BUKAN SAYA YANG BERHAK MENGAJARI KAMU SOPAN SANTUN!!"

"Terserah anda, mau menganggap saya atau tidak. Anda bilang anda tidak berhak mengajari saya sopan santunkan? Jadi jangan menuntut saya untuk sopan pada anda atau keluarga anda," setelah menucapkan itu Archen pergi meninggalkan mereka yang kini tengah menenangkan kedua orang tua itu.

Varo dan Gavin yang tengah meredam amarah kedua orang tuanya. Tangan Gavin mengepal kuat, dia tidak terima orang tuanya diperlakukan seperti itu. Menurutnya, salah atau benar orang tuanya harus tetap benar dan tidak boleh ada yang membantah itu prinsipnya.

Archen membawa motornya dengan kecepatan tinggi, sumpah serapah pengendara lain pun dia dapatkan. Entah mengapa sekarang dia gampang sekali terpancing emosi apalagi dengan orang tua itu. Memang tadi dia menjawab dengan nada santai tapi tidak dengan emosi yang dia tahan.

Archen memakirkan kendaraanya di parkiran sekolah. Ya, dia telah sampai di sekolah walaupun sedikit awal jadi suasana di sekolahnya belum terlalu ramai seperti pada pagi ini.

SMA TUNAS BANGSA dimana murid kalangan atas berkumpul untuk menambah wawasan mereka. STB adalah sekolah swasta yang menduduki peringkat pertama sedunia. Hanya murid memiliki otak diatas rata-rata yang dapat masuk di STB tapi juga tak ayal ada juga yang masuk menggunakan jalur uang.

Archen berjalan memasuki gedung sekolah bertingkat tiga itu. Dia salah satu murid di kelas XI ips 2, Archen tahu karena sebelumnya dia bertanya pada bik Rumi. Archen juga bercerita kepada bik Rumi apa yang telah terjadi padanya, dan dia mengalami hilang ingatan. Maka dari itu bik Rumi sanantiasa menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh tuan mudanya.

***

Lain dengan keberadaan Varo, sekarang dia masih ada di mansion nya menunggu Gavin mengambil kunci mobil beserta tasnya. Varo juga kini tengah berpikir dimana Archen berada sekarang, dia tidak mau jika Archen kembali bersikap seperti dulu.

"Bang, nih kuncinya," ujar Gavin melempar kunci mobil kepada Varo. Dengan sigap Varo menangkapnya dan berjalan memasuki mobil

Beberapa menit berkendara, Varo dan Gavin telah sampai memasuki area sekolah STB. Varo memakirkan mobilnya berbatasan dengan area parkir motor, dilihatnya motor Archen yang juga terparkir tidak jauh darin mobilnya membuat Varo bernafas lega.

Varo dan Gavin memasuki gedung sekolah mereka. Ucapan kagum mengiringi perjalanan mereka menuju kelas. Varo-Gavin merepukan dua orang yang juga merupakan mostwanted di STB, tak ayal jika mereka memiliki banyak penggemar entah itu di sekolahnya ataupun di luar sekolah.

Umur Varo terpaut satu tahun dengan Gavin dan umur Gavin hanya terpaut sekitar lima bulan dengan Archen. Jadi Varo sekarang memasuki tingkat kelas XII sedangkan Gavin dan Archen sama-sama di kelas XI.

Tett..tett

Bel pertanda masuk berbunyi, Archen yang tadi belum sempat masuk ke dalam kelas pun segera lari memasuki kelasnya. Ya, Archen tadi ingin masuk ke kelasnya namun dalam perjalanan dia melihat sekumpulan anak basket tengah bermain di lapangan. Alhasil dia berniat melihat permainan mereka sambil menunggu bel masuk juga untuk menenangkan pikirannya sekejap.

"WOY CHEN," teriak Bayu.

Archen menghentikan larinya dan kembali menghadap mereka yang kini menghampirinya. Archen mengangkat sebelah alisnya bertanya.

"Tumben lo denger bel cepet-cepet masuk kelas," ujar Bayu diangguki semua yang ada di sana "ho'o biasanya juga males masuk," timpal Arga.

Mereka adalah Bayu, Arga, Devan dan Satria teman satu kelas Archen yang sudah menjadi sahabat dari pertemuan mereka di kelas X.

"Berubah lebih baik jangan nakal mulu ntar nggak lulus nanges," ujar Archen santai dan kembali melanjutkan perjalananya menuju kelas.

"Tampar gue deh," ucap Bayu terbengong. Dengan sigap Arga memasang kuda-kuda terbaiknya meniup tangan kanan yang siap dia tempelkan pada Bayu.

Plakk

"ANJING!!" Teriak Bayu mengusap pipi kiri yang tertampar Arga. Mereka lantas tertawa, berlari menyusul Archen dan meninggalkan Bayu berdiri disana sendiri.

"WOY AWAS LO GA!!" Teriak Bayu emosi. Bisa-bisanya Arga menampar sangat kencang padahal dia hanya menyuruh menapar dikit saja "LO YANG MINTA GUE TURUTIN DONG, ITUNG-ITUNG DAPET PAHALA NAMPAR TEMEN," teriak Arga tak kalah kencang dengan tawa yang menghiasi.

"ASEM LO!" Bayu mengejar mereka lebih tepatnya Arga, dia ingin membalas perlakuan Arga yang tadi.

Eh tapikan emang dia yang menyuruh Arga menamparnya, tapi dia hanya menyuruh sedikit jangan banyak-banyak, tapi eh diakan juga nggak bilang mau dikit apa banyak, tapi tapi tapi... bodo amatlah yang penting menampar harus dibalas menampar.

Hay hay hay👋👋
Kk cantik jgn lupa KOMEN AND VOTE hida tunggu pokoknya..

OH YA YANG BELUM FOLLOW WP PUNYA HIDA DIPERSILAHKAN UNTUK FOLLOW TERLEBIH DAHULU YA HEHE😁😁

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now