EKSTRA PART 2

2.6K 175 12
                                    

Malam pun tiba, cahaya matahari kini berganti dengan bulan. Hujan tak menyurutkan semangat kedua sejoli ini untuk menikmati hangatnya coklat panas.

Di sebuah cafe yang berada pada kota Jakarta, Archer dan Titania menyeruput coklat panas di genggaman mereka.

"Kak," cicitnya setelah sekian lama terdiam.

"Hmm."

Rintik hujan itu tak lepas dari pandangan Titania "kenapa Tuhan menciptakan hujan?"

Archer meletakkan gelasnya pada meja "karna manusia membutuhkan air."

Titania mengangguk "kalo hujan di siang hari pasti ada pelangi, kalo hujan di malam hari ada apa kak?" Tanya nya lagi.

"Ada petir."

"Ihh kakak mah gitu," tungkas Titania sebal.

"Mana aku tau Tan, coba kamu tanya sama Tuhan deh." Pinta Archer.

"Gimana caranya?" Titania beralih menatap pemuda tampan di depannya dengan mengedipkan mata bulat itu lucu.

"Mau ku gigit pipinya hmm," goda Archer tak kuat bila melihat mata Titania berkedip.

Titania memegang kedua pipi caby nya "ihh jawab dulu pertanyaan Tania."

"Sini," Archer menyuruh Titania untuk lebih mendekat. Direngkuhnya tubuh mungil gadis itu dengan hangat, meletakkan dagunya pada bahu Titania seraya menatap hujan kembali.

Archer menengadahkan kedua tangan Titania "Tuhan, Tania mau nanya. Hadiah hujan di malam hari itu apa ya?" Gumam Archer seperti berdo'a.

"Apa Tuhan akan jawab do'a Tania kak?"

Archer mengangguk lalu menggeleng "kak Archer mah plin plan."

Pemuda dengan hoodie berwarna coklat susu itu mengeratkan pelukannya pada sang gadis "Tuhan akan jawab nanti setelah hujan reda."

Titania berbalik menatap Archer dari samping "gitu ya?" Archer kembali mengangguk.

Sejuknya malam membuat mereka terlalu nyaman disana. Tak ada niatan sedikit pun untuk beranjak, mereka hanya ingin menikmati hujan berdua.

"Kak."

"Apa lagi sayang," Archer yang sibuk mendusel ke ceruk leher Titania sangat kesal. Mengapa cewek imut ini tidak bisa diam dulu, Archer masih ingin menghirup aroma vanila ini.

"Kenapa hujan di sama artikan dengan kesedihan?"

Archer kembali pada posisi semula "mungkin disaat hujan akan datang, langit pasti mendung. Jika di samakan dengan suasana hati artinya masih ada masalah."

"Rintik hujan di sama artikan dengan bulir air mata. Begitu mungkin," jelas Archer.

"Ouhh gitu ya."

Pemuda bernetra hitam itu mendongak, menatap jam dinding yang tertempel diatas sana. Sudah larut, sepertinya hujan tidak akan berhenti.

"Pulang yuk, udah malem." Ajaknya dengan menggandeng Titania keluar.

***

Mobil hitam yang dikendarai Archer berhenti pada halaman mansion Addison. Tadi selepas mengantarkan Titania pulang, Archer tidak mampir karena takut hujan semakin lebat.

Langkah kaki tergesa itu memasuki ruangan mansion. Hawa dingin yang menyeruak pada tubuhnya membuat Archer sedikit menggigil.

"Dari mana lo?" Tanya Archen dingin, sepertinya akan selalu begini jika Archer pulang malam.

"Jalan sama Tania," jawabnya pelan "lo belum tidur?"

Archen memutar badanya, meninggalkan Archer di ruang tamu. Pemuda itu duduk pada sofa, mungkin Archer akan menunggu Archen keluar dari dapur dan meminta maaf.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boys of Transmigation [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang