33

1.5K 159 1
                                    

"Anjing," umpat mereka berdua bersamaan.

Apa?! Ternyata perempuan itu yang memasukkan obat ke dalam mangkuk bubur milik Maureen. Tapi apa alasan dia melakukan semua itu?!

Tak hanya Varo, Archen juga terlihat sangat marah akan hal ini "gue copy semua rekaman ini."

Varo mulai mengkopy semuanya, mulai dari awal Sinta memasuki dapur sampai Sinta sendiri yang menyuapi Maureen didalam kamar.

Air mata kedua pemuda tersebut sepertinya tak bisa dibendung kala melihat ibunya disiksa. Ya, setelah Sinta memberikan bubur bercampur obat entah apa itu, ia juga membekap Maureen dengan bantal.

Muka Maureen di tutup dengan bantal oleh Sinta, selepasnya perempuan itu juga menekan-nekan bantal agar Maureen tak bisa bernafas.

"Lo siapa jalang?!" Sungguh Archen sudah tak dapat menahan emosinya.

"Gue udah copy, besok kita bongkar semuanya."

Sepertinya malam ini adalah malam keberhasilan Archen mendapatkan bukti pelaku pembunuhan Maureen. Varo beranjak dari sana, melihat situasi juga kan.

Tapi langkah Varo terhenti kala Archen mencekal tanganya "liat bang."

Archen menunjukkan rekaman cctv yang berada di ruang kerja Sandy.

"Ohh, jadi ini alasanya."

Sungguh geram, mereka berdua berjanji akan membalas ini semua untuk sang mamah. Mereka tak rela jika Maureen meninggal dengan cara seperti ini.

***

Pagi ini ialah hal yang pasti ditunggu oleh kedua remaja laki-laki kakak beradik tersebut. Yap benar, Archen dan Varo.

Archen tengah bersiap untuk berangkat ke sekolah pagi-pagi, alasanya sudah tentu ia akan ke mansion Addison terlebih dahulu.

"Bun," Archen menghampiri Winda yang masih berada di dapur.

Wanita paruh baya itu menoleh kearah datangnya Archen "loh, sudah siap?"

Archen mengangguk "iya, Archen hari ini ada janji sama temen bun. Archen berangkat ya," izinya dengan mencium tangan Winda.

"Sarapan dulu sayang."

"Nanti di kantin aja bun gampang," jawab Archen.

"Yasudah hati-hati ya."

Setelahnya, Archen melangkah keluar dari apartemen Winda. Ia mengambil motor sport kesayangannya dan menunggangi kuda besi itu.

Motor Archen melesat meninggalkan apartemen Winda. Tanpa Archen ketahui, ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya lewat kaca jendela apartemen.

Dia Winda, Winda sebenarnya sudah tahu jika Maureen telah meninggal. Winda juga tahu alasan Maureen tidak mau menerima Archen sebagai anaknya, bahkan Winda tahu masalah apa yang sedang Archen hadapi kali ini.

Winda tahu? Jelas, ia adalah wanita pintar bahkan sering dikatakan cerdik dalam menyikapi semua hal. Dari gelagat Archen, perilaku Archen, serta sikap Archen juga Winda sudah tahu yang dirasakan pemuda itu.

Namun Winda hanya diam, ia ingin Archen sendiri yang menceritakan kepadanya.

"Bunda tau kamu bisa membuktikan kalo kamu nggak salah Chen," tuturnya.

***

Kuda besi yang dikendarai Archen telah sampai pada mansion Addison. Ia memakirkan motornya di depan gerbang yang menjulang tinggi di hadapannya.

Archen turun, ia melangkah untuk memanggil satpam "pak," panggil Archen.

Satpam itu segera berlari kearah gerbang "den Archen."

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now