21

2K 202 6
                                    

Happy Reading

Sehari setelah kepulangan Archen, keadaan pemuda itu semakin membaik. Tapi sepertinya tidak baik bagi Gavin, terlihat dari sikap pemuda tersebut menjadi sangat tak tersentuh. Terlebih Gavin sekarang memilih untuk menjauh dari Varo dan juga teman-temanya.

Seperti pagi ini. Gavin tidak melihatkan batang hidungnya, entah kemana dia.

"Bang," panggil Archen.

"Iya."

"Gavin nggak keluar?" Tanya Archen. Tidak biasanya Gavin seperti ini. Biasanya jika pagi dia akan ikut sarapan walaupun tidak ada Sandy.

Ya, sepertinya pria paruh baya itu akhir-akhir ini sedang sibuk. Berangkat pagi dan pulang sampai larut malam. Yang Archen dengar, perusahaan Sandy mengalami kebangkrutan. Akibat dari kolega bisnisnya yang memutuskan kerna sama dengan alasan tak masuk akal.

Varo mendongak keatas, tidak ada tanda-tanda Gavin turun. Varo segera berdiri lalu kemudian berucap "gue panggil bentar."

Archen mengangguk dan kembali melanjutkan sarapanya.

***

Setelah sampai di depan kamar Gavin, Varo segera mengetuk pintu kamar pemuda itu.

Tok tok tok

Tidak ada jawaban. Ah coba Varo ketuk sekali lagi.

Tok tok tok

Zonk tak ada jawaban lagi. Sekarang Varo akan masuk saja. Dia memutar knop pintu kamar Gavin, ternyata tidak terkunci.

Varo masuk ke ruangan itu. Dimana Gavin? Kok tidak ada di kamarnya? Varo mencoba mencari adiknya itu kedalam kamar mandi.

"Vin," panggil Varo.

Perasaan tadi Gavin belum sempat keluar deh, tapi kemana perginya pemuda itu?

Varo tidak menyerah begitu saja, pemuda tersebut kembali mencari Gavin ke beberapa ruangan yang ada di sana. Kamar Gavin mempunyai tiga ruangan, dimana salah satunya adalah ruang khusus untuk besantai. Ya, Varo akan mencoba kesana.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, Varo melebarkan matanya. I-itu Gavin? Kenapa dia?

"GAVIN!"

Varo langsung menghampiri adiknya yang tergeletak dilantai dengan beberapa botol alkohol disampingnya. Dia mencoba membangunkan Gavin, namun sepertinya tak direspon oleh pemuda itu.

"ARCHEN!!" Panggil Varo teriak.

"Uhuk uhuk."

Mendengar teriakan dari Varo, Archen sampai tersedak. Ada apa si, kenapa Varo teriak gitu?

Archen segera berlari menuju kamar Gavin "bang lo dimana?"

"Sini," jawab Varo.

Archen segera menghampiri asal suara Varo. Setelah sempurna pintu ruangan itu terbuka, Archen langsung berlari kearah Gavin dengan raut wajah khawatir.

"I-ini kenapa bang?"

Varo hanya menggeleng pertanda tak mengetahui apapun. Beberapa botol miras yang berserakan disana sepertinya sudah cukup untuk menjabarkan keadaan Gavin.

Miras sepertinya sudah biasa menjadi alat pelampiasan orang yang mempunyai banyak masalah. Tapi, apa masalah yang di miliki Gavin. Sepertinya tak ada apapun yang menimpa pemuda itu.

"Apa gara-gara gue, lo jadi seperti ini Vin?" Batin Archen menatap Gavin.

"Apa karena kehadiran gue di tengah-tengah keluarga ini sesalah itu. Apa gue nggak berhak di sayang abang gue Vin, apa karena teman-teman gue dan teman-teman lo sekarang bersahabat, atau karena apa Vian. Gue bingung," lanjutnya.

Boys of Transmigation [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu