24

1.9K 171 6
                                    

Happy Reading

Pagi ini bisa dikatakan sangat-sangat jauh berbeda untuk pemuda tampan itu. Dia bahkan rela bangun lebih pagi dari biasanya hanya ingin membuatkan semangkuk bubur untuk mamahnya.

Setelah membersihkan dirinya, Archen segera turun pergi ke dapur. Tanganya seakan lihai mengambil bahan-bahan untuk membuat bubur.

Setengah jam kemudian, Archen telah selesai membuat bubur untuk Maureen. Pemuda itu segera masuk ke kamar Maureen sembari membawa nampan berisi bubur dan minumnya.

Langkah kaki Archen terhenti, sepertinya dia melupakan sesuatu.

"Ada papah ya," gumam Archen. Bagaimana caranya agar dia bisa masuk ke kamar Maureen tanpa diketahui Sandy.

Tuk

Tuk

Tuk

Sepertinya ada yang turun dari tangga, apa itu Sandy. Mata Archen tak lepas dari tangga yang berada di hadapannya. Setelah tahu siapa orang itu, Archen menghembuskan nafas lega. Ternyata Varo.

"Lo ngapain?" Tanya Varo. Sepertinya pemuda itu baru saja bangun, terlihat dari wajahnya yang masih terlihat kusut dan sesekali menguap.

"Gue bikin bubur buat mamah," jawab Archen sembari memperlihatkan nampan yang ia bawa pada Varo.

Varo terlihat menyunggingkan senyumnya "trus kenapa berhenti disini, bukanya masuk aja?"

"Ada papah," Archen menghembuskan nafas gusar. Dia harus bisa mengantarkan bubur ini pada Maureen.

Flasback on

Pelukan itu terlepas, membuat jarak lagi yang sebelumnya tidak ada. Pemuda tersebut menghapus air mata mamahnya dengan lembut dan setelah itu mencium tanganya.

"Mwaafkwan m-mamah s-sayang," ujar Maureen lirih

Archen mengangguk "yang terpenting sekarang bagibArchen adalah kesembuhan mamah," jawabnya tulus.

Maureen kembali menangis, dia jahat sangat jahat. Mengapa dengan gampangnya dia menyetujui perjanjian itu. Perjanjian dimana Sandy yang membuatnya, perjanjian yang Maureen kira itu baik ternyata tidak. Perjanjian yang dikiranya akan menguntungkan bagi Archen, tapi nyatanya malah membuat anaknya sengsara.

"Mamah kenapa?" Tanya Archen lembut.

"Ma hiks mah akwan memberitahu hiks sesuwatu padwa kamu hiks."

Archen mengerutkan keningnya bingung, memang ada apa sih. Ada rahasia apa?

"Mau ngomong apa mah?"

Varo yang semula berada agak jauh dari Archen dan Maureen pun segera maju. Dia juga ingin tahu apa yang ingin Maureen katakan pada Archen.

"Waktu kwamuh beradwa di kandungan ma hiks mah, mamah hiks samwa papah hiks kamwu sebenarnya hiks sudah tidwak menginginkan anak lagi," ujar Maureen susah. Dia akan berusaha kuat agar dapat menjelaskan semuanya pada Archen.

"Iya Archen sudah tau itu mah, Archen nggak papa kok."

Maureen terlihat menggeleng, Varo dan Archen saling menatap. Maksudnya tidak? Tidak gimana sih, jadi bingung.

"Mamah hiks berusahwa untwuk menggugurkwan kamu nak hiks, twapi kamwu anak yang kuat. Mamwah sama papah tidwak hiks berhaswil hiks menggugurkwan kamwu," Archen beserta Varo memperhatikan ucapan Maureen dengan serius. Seakan tak ingin ada yang kelewat.

"Dwokter mendwiak nosis mamwah akwan melahirkwan anwak perempuwan, tapwi ternyata doktwer salah dan mamwah melahirkan anwak laki-laki."

"Papah kamwu sangat marah, dan membweri mamah pilihan,"

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now