38

1.3K 133 4
                                    

Happy Reading

Seminggu setelah pertemuan muda mudi di CafeTaria membuat hubungan mereka semakin dekat. Sebenarnya hubungan antara mereka hanya sebatas sahabat saja.

Namun ternyata isu-isu negatif tersebar se-antero sekolah. Mereka memandang jika Nara telah meninkung Titania, padahal hubungan Archen dan Titania belum ada tanda-tanda perpisahan.

Seperti sekarang ini, Archen, Satria, Bayu, Arga beserta Titania, Selly dan Nara, mereka masih berada di kantin. Menyantap makanan masing-masing dengan sesekali berceloteh.

"Abisin," ucap Archen karena melihat makanan Titania masih tersisa.

"Udah kenyang kak," jawabnya.

Archen hanya mengangguk paham, lalu ia beralih menghadap kearah Nara yang berada disamping kiri nya "nggak abis?"

Nara mendongak "kenyang."

"Abisin!" Titah Archen tegas.

Nara hanya memutar bola matanya malas, tapi ia menyruti perkataan Archen. Nara mulai menghabiskan makanannya dengan setengah hati.

Jangan lupakan di sisi sebelah kanan Archen juga terdapat seorang gadis, ia melihat dan mendengar sendiri perhatian kekasihnya kepada Nara.

Ia hanya bisa tersenyum "tadi kakak nggak bujuk Tania buat abisin tuh. Tapi kenapa kakak bujuk Nara," batinya seraya memandang mereka berdua.

Ekor mata Nara tak sengaja menangkap raut wajah Titania "njir gue lupa ada Tania," gumamnya membatin.

Ia menoleh pada Archen, menyenggol lengan kekar itu sebagai kode. Mata Nara pun membantu untuk mengode Archen.

Archen yang mulai paham, segera ia menolehkan pandangannya pada Titania "Tan."

"I-iya kak," jawabnya tergagap.

"Ikut gue yuk," ucap Archen dan berdiri. Tak lupa ia memegang tangan mungil Titania, lalu ia genggam dengan lembut.

Titania hanya menurut saja, ia bahkan tak tahu Archen akan membawanya kemana.

Melihat kepergian Titania dan Archen, Bayu serta Arga menghembuskan nafas kasarnya lega.

"Kenapa lo, kayak maling berhasil kabur aja," monolog Satria melihat kedua sahabatnya.

"Huh...lebih dari itu sih," jawab Bayu asal.

"Wahh, lo maling beneran? Terus buat apa lo sekolah. Mahal-mahal orang tua lo bayarin, nerima jadi maling doang," sargas Selly.

Mereka melotot mendengar tuturan Selly, terlebih Arga dan Bayu "gue bukan maling yee."

"Tadi lo bilang apa? Maling kan," tegas Selly tak mau kalah.

"IYA!"

"BUKAN!"

Ujar Arga dan Bayu saling bersahutan. Mata Arga melotot "lo apaan sih! Gue bukan maling ya," ujarnya.

Bayu hanya acuh menanggapinya, ia lebih memilih menanggapi ucapan Selly tadi.

"Iya gue maling. Maling hati lo," ucapnya sembari menaik turunkan alisnya.

"Gue nggak mau punya cowok gila kayak lo. Yang ada stress gue nanti."

"Eh Sel, jangan salah ya. Yang modelan kayak Bayu tuh limitid edition tahu," ucap Satria seraya terkekeh.

"Nahh bener tuh. Jangankan lo kasih makan nasi pulen, nasi yang udah jamuran aja dia makan," sahut Arga menimpali.

"Anjir! Gue nggak pernah makan gituan!"

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now