26

1.6K 146 8
                                    


"Lo," tunjuk Varo dengan jari telunjuknya kepada Archen.

"LO UDAH BUNUH MAMAH PUAS!" Lanjutnya murka.

Apa? Maureen meninggal. Tubuh Archen lemas seakan tulang-tulang yang menopang dagingnya terlepas begitu saja "m-mamah me-meninggal," gumam pemuda itu lirih.

Bulir bening kembali mengguyur pipi tirus Archen, dia menatap kosong ke depan berharap ini semua hanya mimpi. Ya Tuhan, bangunkan ia jika memang ini hanyalah mimpi buruk. Jangan ambil mamah dulu Tuhan, ia bahkan belum sempat membahagiakan wanita itu.

Gavin kembali menghampiri adiknya ralat pemuda yang tidak dia anggap sebagai adik. Ia segera menarik kerah Archen dan memukulnya kembali.

Bugh

Bugh

Bugh

"KENAPA LO BUNUH MAMAH GUE!!"

"NGGAK PUAS LO UDAH NGAMBIL SAHABAT GUE HAH! KALO LO DENDAM SAMA GUE LAWAN, BUKAN LAMPIASIN KE MAMAH!!" mata Gavin kini memancarkan dendam. Bahkan mata itu menyiratkan permusuhan yang tidak akan pernah habis.

"KENAPA GUE YANG DITUDUH! GUE BARU PULANG, GUE NGGAK TAU APA YANG TERJADI. TAPI KENAPA LO BERDUA NUDUH GUE!" Ia tak terima atas tuduhan Varo dan Gavin. Apa mungkin ia tega membunuh ibu kandungnya sendiri, apa Varo dan Gavin tidak berpikir sejauh itu. Sangat bodoh!

"Lo kan, LO YANG UDAH BUATIN BUBUR BUAT MAMAH!" Ujar Varo dengan nada tingginya.

"Iya gue yang buat."

"BUBUR BUATAN LO ADA RACUNYA BEGO! KENAPA LO KASIH MAMAH GUE!" Sebenarnya Varo sangat kecewa dengan Archen, mengapa adik yang sudah ia terima kini dengan tega membunuh mamahnya sendiri.

Archen tertegun mendengar tuturan Varo "t-tapi gue nggak ngasih racun dalam bubur itu bang."

"Hahaa masih mau ngelak apa lagi lo! Mending sekarang lo angkat kaki dari sini brengsek!" Titah Gavin.

Pemuda bersurai hitam itu menggeleng keras, sampai kapan pun ia tak akan pergi dari rumah ini. Silahkan ucap kalimat itu sampai mulutmu berbusa, Archen tetap akan tinggal disini. Dia juga mempunyai hak untuk bersama saudara kandung dan orang tuanya.

"Gue mau ketemu mamah," cicit Archen kemudian berdiri sedikit susah akibat pukulan dari saudaranya.

"Jangan harap lo bisa ketemu mamah," desis Varo menatap tajam tepat pada iris Archen.

Tapi pemuda itu tetap kekeuh untuk bertemu dengan mamahnya. Baru saja Archen mendapatkan kasih sayang dari mamahnya, baru saja ia tahu semua tentang rahasia mamah-papahnya, tapi kenapa Tuhan dengan tega mengambil mamahnya.

"Apa aku boleh marah sama Tuhan," batin Archen sedih.

Dia kembali melangkahkan kakinya sedikit susah, berpegangan dengan tembok pembatas itu yang dapat Archen lakukan. Namun usahanya sia-sia, Varo dan Gavin kembali menghadang Archen.

"Mau kemana lo."

Archen tak menghiraukan perkataan Varo, ia tetap melanjutkan langkahnya.

"GUE BILANG PERGI, PERGI ANJING!" Sungguh Varo sepertinya sudah sangat benci dengan Archen.

Kedua tangan pemuda itu telah di cekal oleh Varo dan Gavin. Namun tak semudah itu, mereka belum tahu saja siapa Archen. Memang Archer yang berada di raga Archen, tapi kekuatan serta bela diri yang Archen punya akan tetap berfungsi.

Archen memelintir kedua tangan yang mencekal tanganya. Menendang perut keduanya hingga tersungkur di lantai dan bergegas menuju kamar dimana Maureen berada.

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now