41

1.5K 170 7
                                    

Seperti apa yang di katakan sebelumnya bahwa Archen akan berkunjung ke mansion addison. Dan sekarang mereka bertiga telah berada di dalam mansion mewah itu menunggu Sandy pulang dari kantornya.

"Chen lo bisa main ps nggak?" Tanya Varo seraya mencari stik ps pada lemari bawah tv.

"Bisa aja."

"Gas main," setelah menemukan stik ps yang dicarinya, Varo memberikan satu pada Archen.

Kakak beradik itu lalu bermain dengan asyik, meninggalkan satu orang yang sedari tadi berdiri di belakang mereka.

Mereka tak menyadari keberadaannya "gara-gara ps gue dilupain," ia menggeleng-gelengkan kepalnya.

Dari pada disini tidak ada yang memperhatikan, pemuda tersebut lantas berlalu dari sana. Menaiki tangga satu persatu dengan perasaan dongkolnya.

Ya masa, gara-gara ps doang lupa sama satu orang. Memang ya, game selalu di nomor satukan daripada perasaan kita yang menunggu.

Sampailah ia di kamarnya, membuka knop pintu lalu segera masuk. Mungkin sekarang lebih baik Gavin membersihkan diri dulu.

Lima belas menit berlalu dengan cepat. Gavin telah kembali segar setelah terguyur air, ia membuka lemari bercat putih dan mengambil satu kaos oblong berwarna biru dongker.

Dengan sekali hentakan, kaos itu terpasang sempurna di badanya. Gavin melangkah menuju nakas untuk mengambil ponselnya, membuka pola ponsel itu dan mencari satu nomor kontak.

"Papah udah pulang belum ya. Apa gue telpon aja," gumam Gavin seraya memandangi nomor Sandy.

"Telpon ajalah."

Jari jempolnya menekan tanda panggilan. Sepuluh detik berlalu akhirnya telpon Gavin diangkat juga.

"Halo pah."

...

"Papah pulang jam berapa?"

...

"Okey Gavin tunggu di rumah."

...

Panggilan itu terputus. Kemudian Gavin keluar dari kamarnya untuk menemui dua manusia di ruang tamu.

***

Satu jam kemudian...

"Ku ingin cinta hadir untuk selamanya," petikan gitar berlantun indah mengiring lagu yang Varo nyanyikan.

"Bukan hanyalah untuk sementara."

"Terbit tenggelam bagai pelangi," sambung Archen dengan suara emasnya "Yang indahnya hanya sesaat."

"Tuk kulihat dia mewarnai hari," lirik demi lirik mereka bawakan dengan indahnya. Seakan menikmati lagu itu, Archen teringat dengan keberadaan gadisnya.

Bagaimana keadaanya sekarang ya?

Apa dia baik-baik saja?

Ahh, mungkin setelah ini Archen akan segera mencarinya. Archen memang salah, bagaimana pun sahabat memang nomor satu. Tapi hati seorang wanita sebagai kekasih juga perlu dimengerti.

"TETAPLAH ENGKAU DISINIIII," dengan suara cemprengnya Gavin menyambung "JANGAN DATANG LALU KAU PERGIII."

Ternyata Gavin terlalu menghayati lagu itu sampai tidak mengondisikan suaranya. Petikan gitar yang Varo mainkan pun terhenti, tapi hal tersebut tidak menghentikan nyanyian Gavin.

"JANGAN ANGGAP HATIIII KUUU," kedua bibir pemuda tersebut ia monyongkan kedepan. Kedua telapak tanganya terbuka dan ia tempelkan pada dada bidangnya.

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now