End

3.1K 166 20
                                    

HAPPY READING

Tak terasa hari-hari berat kemarin telah berlalu begitu cepat. Awan mendung yang Varo rasa setiap kali melihat adik kecilnya disiksa, sekarang tak ada lagi. Hanya tersisa kebahagiaan dari raut wajah mereka.

Satu tahun, waktu yang cukup lama. Diwaktu itu pula masalah berdatangan sili berganti, banyak kejadian tak masuk akal. Banyak pula kesedihan yang telah mereka rasakan.

Dan tepat pada minggu ini, hari ini, jam ini, detik ini, Alvaro Angelio Addison putra pertama dari Sandy Angelio Addison, akan segera lulus sekolah menengah atas nya.

Dengan pakaian toga nya, Varo berjalan menuju panggung untuk menerima ijasah nya. Menunduk sopan kepada guru serta bersalaman, dan kembali menuju meja dimana teman-teman nya berada.

"Weheee lulus lo bang," ucap Bayu basa basi. Ia menepuk bahu Varo bangga, ternyata seorang Varo bisa lulus juga.

"Lulus lah, emang lo tugas aja nunggak." Pemuda berpakaian toga itu duduk di tengah-tengah ketiga adiknya.

"Mendingan tugas gue yang numpuk bang, dari pada utang yang numpuk hayoo. Pilih mana?"

"Nggak pilih dua-duannya kalo gue," Sahut Arga.

Bola mata Varo beredar, menatap satu-persatu manusia yang ada disana "Archer sama Tania mana?"

"Mojok kali, kan baru tunangan."

"Ho'o lagi anget-angetnya," sahut Satria.

Varo lantas mengangguk saja, ia beralih pada adiknya yang kedua. Duduk bersender pada kepala bangku, dan membisikkan sesuatu pada Archen.

"Lo kapan nyusul Archer?"

Pemuda itu menehakkan badanya, memutar bola matanya malas "gada calon."

Varo terkekeh atas ucapan Archen "Nara siapa?" Godanya menaik turunkan kedua alis tebal itu.

Archen menatap Nara yang tengah bercanda dengan Selly, namun sedetik kemudia ia beralih kembali pada Varo "dia...orang." Jawabnya santai.

Varo mengelus dadanya sabar "punya adek modelan kek patung dikasih nyawa, yaudah kagak laku-laku."

***

Anak rambutnya bertebangan tertiup angin yang berhembus pelan. Mata bulat itu terpejam kala sentuhan lembut pada pipinya terasa sangat nyaman.

"Nikah yuk," ajak sang pemuda kepada gadisnya.

Pukk

"Sekolah dulu biar lulus," jawab Titania memukul bahu Archer pelan.

Mereka tengah berada di lapangan. Menurut Archer, di aula berisik, nggak bisa berduaan. Karena nggak ada tempat lain, Archer akhirnya mengajak Titania ke lapangan.

Rooftop? Panas kalo jam segini. Taman belakang sekolah? Bosen ah, kesana mulu.

"Abis lulus nikah brarti."

"Bahagiaan orang tua dulu," sahutnya seraya memandang sang tunangan dengan senyum.

"Abis bahagiain orang tua nikah ya," ucap Archer lagi.

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now