32

1.5K 148 3
                                    

Happy Reading

Dimalam yang sunyi ini, dengan bintang serta bulan menjadi temanya. Disitu juga ada seorang pemuda bersurai hitam tengah menatap hamparan luas langit malam itu.

Ia sedang berpikir bagaimana caranya menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi. Dia Archen, pemuda itu kini tinggal di apartemen milik bundanya.

Jika Archen mengingat kembali masalahnya, mengapa semakin kesini semakin berat saja. Yang awalnya hanya ingin mendapat perhatian dari keluarga Addison, tapi malah mendapat masalah baru.

Archen menghela nafas beratnya "gue harus gimana," gumamnya.

"Cari bukti pembunuh mamah, atau cari duit dulu ya."

Ia kembali dibuat bingung. Nyatanya bukan hanya sekedar dua, tapi usaha yang harus Archen tempuh juga memakan waktu yang cukup lama. Jika seperti ini, kapan ia kembali pada raga aslinya.

"Misalkan nyari duit dulu trus gue kasih ke papah sesuai jumlah, tapi kalo papah nggak mau nerima gimana."

Archen mengacak-acak rambutnya frustasi "mana papah mau nerima duit gue trus ngasih gue perhatian, sedangkan gue aja masih dalam tersangka pembunuhan mamah."

Oh ayolah, Tuhan Archen butuh pertolongan mu. Pemuda tersebut lantas masuk kedalam kamarnya, tidak lupa juga ia menutup jendela kamarnya.

Archen duduk di tepi ranjang, ia masih memikirkan kedua masalahnya. Dilain sisi, ia juga merindukan Maureen. Archen belum rela jika Maureen meninggal, ia bahkan masih sangat sedikit mendapat perhatian dari Maureen.

Aku ganti namanya ya...

Memang raga ini bukan milik Archer sepenuhnya, tapi rasanya Maureen sudah seperti ibu kandungnya sendiri. Archer sayang dengan Maureen serta Sandy, tapi masalah ini bagaimana?

Drrt

Kedua mata elang milik Archer menatap ponsel yang berada di atas nakas. Ia mengambilnya dan membaca pesan itu.

"Bang Varo," gumamnya "bukanya dia lagi marah sama gue ya."

Archer bingung, tapi ia tetap membuka pesan dari Varo.

Setelah membaca pesan singkat itu, ia langsung bergegas mengambil jaket levis serta kunci motornya. Archen langsung keluar dari dalam kamarnya.

Bang Varo

Temuin gue di tempat kumpul biasa!
Gue mau bahas soal mamah

Seperti itulah kira-kira pesan dari Varo. Melihat ada kata mamah di dalam pesan itu, Archen langsung saja menemui Varo.

***

Motor sport hitam berhenti di sebuah warung sederhana. Pemilik motor itu turun dan segera menghampiri orang yang telah menunggunya tadi.

"Bang," panggilnya.

Varo, orang itu memandang Archen yang tengah berjalan menuju kearahnya. Tatapan Varo kini berubah menjadi tatapan kebencian. Archen hanya dapat menghela nafasnya. Keadaan semakin buruk, pikir Archen.

Archen duduk di hadapan Varo "kenapa lo ngajak gue kesini bang?" Tanya Archen sopan.

"Ekhem," Varo berdehem untuk memulai bicaranya.

"Lo tau gue akan bahas masalah apa kan," ucapnya masih dengan tatapan benci. Archen hanya mengangguk.

"Apa lo udah cari bukti untuk itu."

Boys of Transmigation [END]Where stories live. Discover now