Chapter 11

4.7K 582 50
                                    

Selamat membaca


Malam ini Indah mengadakan makan malam di rumahnya untuk menyambut kepulangan Aya dan kehadiran Noah. Semua anak menantu, cucu, cucu menantu serta cicit nya sudah berkumpul. (Saat ini Indah sudah punya 3 cicit. 1 cucunya Amora, 2 cucunya Arkan).

 1 cucunya Amora, 2 cucunya Arkan)

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Noah Malik

"Noah salim dulu sama eyang sana" Kata Aya pada putranya. Untung Noah cepat akrab berada di langkungan baru. Ada anak Ameera yang seumuran dengan nya juga sepupunya anak Melati.

"Apa kabar oma" Aya mencium tangan Indah.

"Oma baik-baik saja sekarang karena kalian sudah kembali" ujar wanita berusia tujuh puluh tahun itu.

"Maafkan Aya oma sudah bikin oma sedih" Aya duduk di samping neneknya.

"Jangan kabur-kaburan lagi ya. Kita ini keluarga kalau ada masalah bisa di selesaikan baik-baik bukan malah kabur." Indah menatap cucunya yang terlihat semakin dewasa. Malam ini Mentari dan ketiga putrinya memakai baju seragam, gamis syar'i berwarna hijau army.

"Iya oma. Aya janji tidak akan berbuat kesalahan yang bikin kalian kecewa." Kemudian Indah membawa cucunya kedalam pelukannya.

"Ini siapa namanya?" Indah beralih pada Noah yang duduk di samping Aya.

"Ini Noah eyang. Di cium eyang nya dong" Noah menurut lalu mencium pipi Indah.

"Ohhh sayang ... emuahhh" Indah lalu mengangkat Noah keatas pangkuannya, lalu mencium kedua pipi gembul Noah.

"Dia masih minum ASI Ay" Tanya Indah. Dia melihat Aya wanita yang sangat hebat dapat mengurus anaknya sendiri.

"Iya oma, mungkin nanti kalau udah dua tahun aku sapih" Aya berpikir sejenak. "Aku juga mau kerja" ya Aya sudah memikirkan nasibnya kedepan dia akan mencari kerja, tidak mungkin dia terus mengandalkan orang tuanya terus.

"Kamu bisa kerja di restoran mommy Ay" ujar Amora ikut bergabung dengan ibu dan keponakannya. Nenek satu cucu itu masih terlihat sangat cantik dan semakin dewasa di usianya yang  hampir setengah abad. Malam ini Amora memakai dress panjang warna peach, terlihat sederhana tapi tetap elegant. (Semua keponakan Amora memanggilnya mommy, ya).

"Tidak ada bantahan" ujar Amora sebelum Aya membuka mulutnya.

"Oke. Nanti Aya mencoba bekerja di restoran mommy" Aya tahu tantenya kecewa saat dia tidak mengikuti perintah Amora untuk pergi ke tempat yang sudah Amora pilihkan untuknya dulu, jadi kali ini dia akan mengikuti keinginan Amora untuk bekerja di restorannya.

"Di sana kamu bisa kerja sambil bawa Noah"

"Terimakasih mom"

"Mommy hanya ingin melihat kamu bahagia Ay" Amora memeluk keponakannya. "Jangan pernah berpikir untuk pergi lagi, kita semua sedih saat semua orang tidak bisa menemukanmu"

"Sekali lagi maafin Aya."

"Sudah lah, yang lalu biarlah berlalu, yang penting sekarang kamu fokus untuk Noah. Dan kalau kamu nencari ayah buat Noah, mommy akan kenalin kamu dengan anak teman mommy"

"Mungkin tidak untuk sekarang, aku masih ingin sendiri " Amora mengerti dia pernah merasakan apa yang Aya rasakan sekarang, jika ingin mencari pendamping harus orang yang  mencintai anaknya juga karena dia tidak sendiri. Dan itu sangat sulit mencari laki-laki yang mau menerima masalalu nya dan menerima anaknya.

Makan malam berlangsung sesuai rencananya. Pukul dua belas malam mereka kembali pulang ke rumah masing-masing. Karena rumah mereka berdekatan jadi tidak ada yang menginap di rumah Indah.

Aya memasuki kamarnya yang sudah dia tinggalkan selama dua tahun. Tidak ada yang berubah semua masih sama seperti terakhir kali dia tinggalkan.

"Bunda sengaja tidak merubah apapun di kamar ini, kalau setiap hari bunda akan datang kesini kalau bunda ingin bicara dengan mu" Mentari duduk di samping Aya yang sedang menyusui putranya.

"Maafin Aya bunda" ujar Aya lirih. Dia tahu sang bundalah yang paling sedih atas kepergiannya.

"Yang penting sekarang kamu sudah ada di sini. Di tambah bonus cucu bunda yang tampan ini" Mentari mengusap surai cucu laki-lakinya.

"Dia mirip Ayahnya ya" seketika Mentari ingat dengan Rayyan.

"Aya. Rayyan dia...."

"Dia sudah bahagia bersama dengan wanita lain. Aku ga peduli lagi sama dia bun" ujar Aya sebelum Mentari melanjutkan omongannya.

"Tapi Rayyan. "

"Bunda aku mohon jangan ngomongin dia lagi. Aku tidak mau mendengar semua tentang dia lagi" Mentari hanya diam, dia tidak ingin Aya pergi lagi. Mungkin lebih baik diam, dan tidak akan ikut campur urusan Aya dan Rayyan.

"Aku akan ngurus Noah sendiri. Tidak perlu Ayahnya" Aya membaringkan Noah di ranjang king size miliknya yang mulai malam ini akan menjadi tempat tidur mereka.

"Terserah kamu. Bunda akan ikuti keputusan kamu. Dan soal Noah kita akan merawatnya bersama.

"Terimakasih bun. Kalian mau menerima Noah,"

"Tidak ada alasan kami menolaknya. Noah tidak punya dosa apa-apa."

"Ya sudah kamu istirahat. Bunda juga mau istirahat" Aya mengangguk. Akhirnya dia kembali tidur di kasur empuk miliknya.

"Tidur yang nyenyak ya sayang, sekarang kamu bisa tidur di kasur yang empuk" Aya mencium pucuk kepala putranya lalu menyusul Noah ke alam mimpi.

*******

Siang ini Aya, adik, dan sepupunya pergi ke Mall untuk membeli keperluannya dan keperluan Noah. Dia memang tidak membawa barang-barang yang banyak dari kontrakannya dulu. Karena memang tidak ada yang harus di bawa.

"Aku ke toilet dulu ya, sepertinya Noah pup, kalian duluan aja" Ujar Aya. Mereka sudah selesai berbelanja dan sekarang sedang mencari restoran untuk makan siang.

"Oke, kita ada di restoran lantai lima" kata Amerra.

"Iya nanti aku nyusul." Lalu Aya mendorong stroller Noah mencari toilet. Dua puluh menit Aya selesai membersihkan putranya, saat hendak di naikan ke atas stroller Noah tidak mau, dia malah ingin berjalan.

"Hati-hati jalannya sayang" ujar Aya pada Noah yang begitu aktif, kebetulan Mall nya tidak terlalu rame, jadi Aya membiarkan Noah berjalan kesana kemari.

"Noah jangan lari." Tapi Noah sudah agak jauh darinya. Aya cepat-cepat menyusul Noah.

Bukk

Noah menabrak kaki seseorang yang sedang berbicara di ponsel pintarnya. Sontak membuat orang itu melihat ke bawah kakinya saat ada sesuatu yang menabrak nya.

"Hei, jagoan hati-hati jalannya" Noah mendongakkan kepalanya menatap orang yang ia tabrak.

Deg

Betapa terkejutnya orang itu saat melihat wajah anak yang ada di hadapannya.

"Noah" Aya langsung menggendong Noah sebelum anaknya menangis.

"Maafkan putra saya pak" ujar Aya.

"A... Aya"

"Pak... Rayyan "

Bersambung

Udah up yg ke2 ya

Lanjut nanti

Typo bertebaran

12 Juni 2021
THB

Duda Araban jilid 2 (END) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin