Chapter 17

3.8K 476 49
                                    

Aku publish ulang sampai tamat.

Happy Reading ❤
_______________

Tapi masih dalam proses revisi, jadi masih banyak typo.

"Kalian kenal dengannya?" tanya Arkan, matanya menatap Rayyan tajam setajam tombak.

"Yah, dia laki-laki paling brengsek di dunia" ujar Muhaned, dia menatap Rayyan dengan tatapan kebencian. Ini kali pertama mereka bertemu setelah Rayyan bercerai dengan Reem.

'Sudah kuduga Rayyan bukan laki-laki baik' batin Arkan.

Rayyan masih diam, walau hatinya ingin berkata sedang apa mereka di sini. "Apa kabar paman?" ujar Rayyan basa basi. Tapi Muhaned menatapnya sinis sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan Rayyan.

"Dia adalah mantan menantu sehari saya," kata Muhaned pada Arkan.

"Menantu sehari?" tanya Arkan bingung.

"Ya laki-laki di hadapan anda ini dua tahun lalu pernah menikah dengan putri saya Reem, tapi hanya sehari. Keesokan harinya dia langsung menceraikan putri saya." Arkan menatap Muhaned tak percaya.

"Brengsek sekali dia ini, bukan?"

"Dia menceraikan Reem dengan alasan dia sudah mempunyai kekasih. Sungguh tidak masuk di akal. Menceraikan istri sah demi kekasihnya, haaaa." Muhaned tertawa.

"Tapi saya bersyukur dia menceraikan Reem. Karena sekarang Reem sudah mendapatkan suami yang lebih baik dari dirinya. Tuhan memang baik pada kami mengirimkan penggantinya dengan laki-laki yang lebih segalanya dari dia."

"Apa kabar Rayyan?" Reem mencoba mencairkan suasana. Enam bulan lalu dia sudah menikah dengan laki-laki lain, masih seorang pengusaha juga.

"Baik. Syukurlah kamu sudah menemukan laki-laki yang tepat," ujar Rayyan, jujur dia senang mendengar nya.

"Lalu bagaimana dengan kamu? apa kamu sudah bersama kekasihmu?" Rayyan tersenyum kemudian berkata.

"Ya, bahkan kami sudah memiliki seorang putra." Rayyan ingin tahu reaksi Arkan.

"Wahhh. Selamat ya, aku turut bahagia. Jangan sakiti dia, seperti kau menyakiti ku," ujar Reem lirih.

"Itu pasti."

"Kalau begitu kami permisi dulu." Reem lalu membawa ayahnya pergi  meninggalkan mereka. Dia tidak ingin lama-lama melihat Rayyan. Hatinya masih sakit jika mengingat Rayyan pernah menjadi suaminya.

"Mau apa kamu kesini?" tanya Arkan setelah kedua orang itu pergi.

"Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda, Tuan, " jawab Rayyan.

"Masuk." Arkan kembali masuk ke dalam ruangannya diikuti Rayyan.

"Katakan!" setelah mendengar perkataan Muhaned tadi, Arkan sedikit bersimpati pada ayah dari cucunya ini.

"Ini tentang Noah. Saya sudah tahu Aya akan menikah. Tapi saya mohon pada Anda agar tidak melarang saya bertemu Noah" Rayyan memohon dengan sangat. Berharap laki-laki di hadapannya ini berbaik hati.

"Setelah menikah Aya tanggung jawab suaminya, jadi kalau kamu ingin bertemu Noah, kamu langsung bilang pada suami Aya." Terlambat Arkan mengetahui kalau Rayyan benar-benar mencintai Aya. Sekarang Aya sudah dia jodohkan dan Arkan tidak mungkin  membatalkan perjodohan ini.

"Tapi boleh kah saya bertemu Noah sebelum Aya menikah?" Arkan mengangguk, mulai sekarang dia tidak akan melarang Rayyan bertemu Noah.

"Terimakasih banyak Tuan Arkan."

"Sama-sama. Saya masih banyak pekerjaan silahkan keluar."

"Sekali lagi saya ucapkan terimakasih, selamat siang." Dirasa sudah tidak ada lagi yang di bicarakan Rayyan pamit pulang. Syukurlah Arkan tidak sedingin dulu lagi padanya.

****

Hari ini Rayyan akan membawa Noah ke rumahnya, dia sudah meminta izin Arkan. Besok Rayyan akan ikut dengan keluarganya kembali ke negara mereka, mungkin untuk beberapa bulan dia di sana, dia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu, menerima kenyataan bahwa Aya sudah tidak bisa dia dapatkan. Besok Aya dan Leo akan bertunangan.

Hanya pengasuh Noah yang ikut ke rumah Rayyan, Aya tidak akan membiarkan Noah sendirian di tempat asing. Takut menangis atau semacamnya. Kedatangan mereka sudah di tunggu oleh Riyadh dan Nuni. Bahkan Nuni tidak dapat menahan airmatanya agar tidak tumpah.

"Assalamualaikum Yumah Yubah." Rayyan masuk ke rumahnya sambil menggendong Noah.

"Ya Allah cucuku." Nuni langsung mengambil Noah dari gendongan Rayyan. Noah sama sekali tidak menolak walau baru bertemu dengan mereka. Noah tidak rewel seperti biasanya dan itu membuat Rayyan bersyukur putranya dapat beradaptasi dengan keluarganya.

"Siapa nama kamu sayang? Ini teetah," ujar Nuni dan terus menciumi wajah tampan cucu yang baru dia temui. Teetah dan Jiddu panggilan untuk Nuni dan Riyadh oleh cucu-cucu mereka.

"Nunu," jawab Noah memang dia menyebut dirinya dengan sebutan Nunu.

"Ini teetah sama jiddu Noah." Bocah itu menatap Riyadh yang terus memperhatikan nya. Wajah Riyadh yang datar membuat Noah sedikit takut dengannya.

"Jangan takut sayang." Nuni menjauh dari Riyadh.

"Wajhik mukhif ya Yubah. Waladi khouf minnik" (wajahmu menyeramkan, Ayah. Anakku takut melihatmu)" ujar Rayyan.

"An jedd?" (serius)" ujar Riyadh. Apa wajahnya semenakutkan itu.

"Na'am. Haaaa." Rayyan tertawa melihat ekspesi ayahnya.

"Tadrien kulluh hafidik khouf minnik?" (kamu tahu semua cucu-cucumu takut denganmu)." Riyadh tak habis pikir bagaimana bisa. Selama ini dia pikir memang cucu-cucunya anak-anak yang penurut ternyata karena mereka takut padanya, sehingga tidak ada yang membantah perintah nya.

******

Tiba waktu tidur siang Noah. Syukurlah dia tidak menangis dan cepat akrab dengan keluarga ayahnya, disini dia bermain dengan anak Bayan yang seumuran dengannya. Setelah makan siang, Rayyan membawa Noah ke kamarnya untuk tidur siang. Dia sudah memberitahu Arkan, kalau dia akan mengembalikan Noah sebelum maghrib.

Mungkin karena kelelahan bermain di tambah dia juga sudah kenyang, Noah langsung tidur saat Rayyan meletakan dia di atas tempat tidur.

"Mimpi yang indah jagoan. Babah sayang banget sama kamu." Rayyan mengusap pipi tembem Noah. Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi Rayyan selain berada di dekat dengan buah hatinya.

"Maaf ya, selama ini babah tidak ada di samping kamu. Mulai sekarang kita akan terus bersama."

"Apa aku tega berpisah kembali dengan anakku walau hanya beberapa bulan." Rayyan masih bingung dia tidak bisa jauh dari Noah sekarang. Tapi dia juga harus pergi sebentar menenangkan dirinya.

"Maaf kami tidak bisa memberikanmu keluarga yang utuh. Tapi asal kamu tahu kami sangat menyayangi mu."

"Terimakasih Ay. Kamu merawat anak kita dengan baik, berjuang untuknya, padahal kamu  tahu ayahnya seorang yang telah menorehkan luka di hatimu." Rayyan mengambil potret Aya yang dia simpan di atas nakasnya. Kemudian dia ikut tidur sambil memeluk putranya dengan potret Aya di tangannya.

Bersambung

20 Juni 2021
THB

Duda Araban jilid 2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang