Chapter 24

4.6K 489 39
                                    

Hari ini Aya dan Noah akan pergi ke rumah Rayyan untuk bertemu dengan kedua calon mertuanya. Riyadh dan Nuni sudah tiba di Indonesia kemarin.

"Kenapa?" Tanya Rayyan.

"Aku takut," Sejak kemarin Aya sudah gugup saat Rayyan bilang akan membawanya ke rumah untuk bertemu dengan orang tua Rayyan.

"Kamu tenang ya, orang tuaku baik kok" ujar Rayyan. Lalu Rayyan memberanikan diri menggenggam tangan ibu dari anaknya itu.

"Aku ga tau apa pandangan orang tuamu padaku. Aku takut, bagaimana kalau mereka menolak ku. Aku bukan wanita baik-baik, punya anak sebelum menikah." Ujar Aya lirih, sesekali mencium pucuk kepala Noah yang berada di pangkuannya. Anak itu terlihat bahagia karena bisa pergi bersama kedua orang tuanya.

"Percayalah mereka tidak seperti itu. Malah ibuku ingin sekali bertemu denganmu dari dulu" Rayyan sering bercerita tentang ibunya, tapi tetap saja Aya gugup untuk bertemu dengannya walau Rayyan sering bilang ibunya sangat baik. Aya hanya berdoa semoga hari dilancarkan segala urusannya. Selama perjalanan yang terdengar hanya celotehan Noah, sebenarnya Aya masih canggung berdekatan dengan duda Arab ini. Dia juga tidak menyangka akhirnya akan bersama kembali dengan Rayyan.

Pernikahan mereka tinggal dua minggu lagi. Mereka sepakat akan melangsungkan akad dan resepsi di puncak, di Villa milik Rayyan.

Saat memasuki halaman rumah Rayyan ternyata Nuni sudah menunggu mereka, dia tersenyum melihat kedatangan anak cucu serta calon menantu perempuannya. Aya menjadi menantu perempuan pertama di keluarga Riyadh, mengingat anak-anak laki-lakinya belum ada yang menikah.

"Assalamualaikum " sapa Aya dan Rayyan. Mereka langsung mencium tangan Nuni.

"Waalaikum salam " ujar Nuni kemudian menggendong cucu. "Semakin berat ya cucu teetah." Nuni mencium wajah Noah. Anak itu sama sekali tidak keberatan malah senang berada di gendongan sang nenek.

"Ayo masuk sayang" Ujar Nuni pada Aya. Dia tahu Aya pasti gugup bertemu mereka. Hal pertama saat pertama bertemu dengan Aya adalah dia yakin Aya yang terbaik untuk Rayyan. Wanita ini memang pantas di perjuangkan.

Di ruang tamu sudah ada Riyadh dan adik bungsu Rayyan yang bernama Elaf (red. Ilaf). Dia belum menikah masih kuliah.
Sedangkan keluarga besar Rayyan yang lain akan tiba di Indonesia minggu depan.

"Silahkan duduk, nak Aya" Ujar Nuni.

"Terimakasih bu," ujar Aya. Setelah berkenalan dengan Elaf, Aya tidak tahu apakah harus mencium tangan ayah Rayyan atau tidak. Tapi Aya memilih tidak melakukannya. Apalagi melihat wajah Riyadh yang lebih dingin dari Rayyan.

"Khaof tuha, ibtisamii" (Kamu menakuti nya, tersenyumlah)" bisik Nuni pada suaminya dan masih di dengar oleh Aya, tapi dia tidak mengerti apa yang mereka katakan.

"Selamat datang " Akhirnya Riyadh membuka suaranya. Sungguh hanya dengan mendengar suara bariton Riyadh, Aya yakin calon ayah mertuanya ini orang yang tegas.

"Terimakasih om" Aya melihat Riyadh tersenyum. Ya Tuhan Aya benar-benar canggung berada di dekat keluarga Arab ini.

" Selamat datang di keluarga kami nak Aya." Ujar Nuni. "Mulai sekarang jangan sungkan, anggap kami seperti keluarga kamu." Nuni duduk di samping Aya.

"Bagaimana persiapan acaranya resepsi kalian" Tanya Nuni pada putranya.

"Alhamdulillah hampir 90%, tinggal menunggu hari H." Jawab Rayyan. Dia yang bertanggung jawab untuk resepsi, tapi dia melibatkan Aya untuk tema yang akan di usung dalam acara resepsi nanti.

"Syukurlah semoga lancar sampai hari pernikahan kalian, dan semoga setelah ini hanya  kebahagiaan yang akan selalu menyertai kalian."
Nuni tahu ujian untuk hubungan Rayyan dan Aya sangat rumit. Dia berdoa putranya mendapatkan kebahagiaan dengan wanita pilihannya.

Duda Araban jilid 2 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang