Chapter 12

4.7K 533 23
                                    

Selamat membaca ❤


"Noah" Aya langsung menggendong Noah sebelum anaknya menangis.

"Maafkan putra saya pak" ujar Aya. Dia masih belum melihat siapa yang orang yang sudah Noah tabrak.

"A... Aya" ujar Rayyan, tubuhnya membeku, antara percaya dan tidak, Aya kekasihnya ada di hadapannya.

"Pak... Rayyan" Aya tak kalah kaget dari Rayyan, dia langsung mendekap tubuh Noah erat, walau Noah memberontak.

"Aya ini beneran kamu" Rayyan mencoba memeluk Aya, tapi Aya mundur selangkah ke belakang.

"Stop pak jangan mendekat" Ujar Aya saat Rayyan semakin mendekat. Sebenarnya dia rindu dengan laki-laki yang sudah menabur benih dalam rahimnya dulu, tapi mengingat Rayyan sudah menikah dan pertemuannya beberapa waktu lalu di bandara Singapura, membuat Aya tidak ingin lagi berurusan dengan nya.

"Kenapa" Rayyan pikir Aya juga merindukannya. " Apa dia anak kita?" Tatapan Rayyan terus tertuju pada bocah laki-laki di dalam dekapan Aya.

"Bukan. Dia bukan anakmu" bukan Aya yang  bilang tapi Arkan lalu mengambil Noah dari gendongan putrinya. Entah apa yang laki-laki itu lakukan di mall.

"Ayo kita pergi" ujar Arkan langsung menggandeng tangan Aya. Sedangkan Aya tidak  bisa menolak perintah ayahnya.

"Aya tunggu " Rayyan menahan lengan Aya.

"Lepaskan tanganmu dari putri saya" ucap Arkan tegas dan menatap tajam Rayyan." Jangan pernah lagi kau coba menemui Aya."

"Aya maafkan saya" Rayyan masih menahan lengan Aya. "Apa dia anak saya" Rayyan menatap Noah. Walau dia yakin jika anak laki-laki di depannya adalah anaknya, tapi Rayyan ingin mendengar langsung dari mulut Aya.

"Aya cepat kita pergi" Arkan benar-benar ingin kembali memasukan Rayyan ke rumah sakit.

"Rayyan" suara  perempuan memanggil Rayyan mengalihkan perhatian mereka. Aya ingat wanita itu, wanita itu yang dia lihat di Singapura.

"Aku peringatkan jangan sekali-kali menemui putriku, kalau tidak kau akan menyesal," ujar Arkan lalu pergi meninggalkan Rayyan.

"Babah..." ujar Noah saat mereka mulai menjauh dari Rayyan. Aya kaget karena selama ini Noah tidak pernah bilang 'babah' apa dia tahu itu ayahnya.

"Kamu bilang apa sayang" Tanya Arkan pada Noah yang berada di dalam gendongan.

"Babah"

"Nanti kita cari babah yang baru ya." Arkan mencium wajah cucunya, entah apa yang ada di pikiran Arkan saat ini. Aya hanya diam, dia tahu Arkan sangat marah pada  Rayyan.

Tak jauh dari mereka Rayyan tersenyum hangat, darah memang lebih kental dari air, sejauh apapun mereka berpisah pasti suatu saat akan bersatu. Dia senang ternyata Aya merawat anak mereka dengan baik.

"Hal hiya habibatik" (Apa dia kekasih mu)" ujar Bayan. Ya wanita itu Bayan dan Nuni yang memanggil Rayyan tadi. 

"Na'am" (iya)" Rayyan tersenyum setidaknya dia sudah melihat anaknya walau hanya sekejap.

"Limadza la tulahiquha" (kenapa tidak mengejar dia)"

"Ana afakir fiih" (aku sedang memikirkan nya)" Sekarang saat nya dia berjuang untuk mendapatkan Aya kembali, dan mendapatkan restu Arkan. Dapat Rayyan lihat aura tidak bersahabat Arkan saat melihatnya. Dia tahu Arkan sangat marah dengan nya. Dia memikirkan jalan bagaimana membuat Arkan memaafkan nya kembali.

"Kam hiya jamilah." (Dia sangat cantik)" Rayyan mengangguk.

"La aejab 'innik la tastatie nisyanaha" (pantas saja kamu tidak bisa move on darinya)"

"Aya banyak berubah sekarang, dia semakin dewasa, dan kau lihat putra ku?" Ujar Rayyan. Dia benar-benar pangling melihat perubahan pada kekasihnya.

"Iya. Dia tampan mirip denganmu" Walau tidak terlalu jelas Bayan sempat melihat keponakannya.

"Yumah leisyh tibki" (ibu kenapa menangis)" Rayyan yang melihat ibunya menitikkan airmata terlihat panik.

"Yumah isyh fiki" (ibu ada apa)" Dari tadi pikiran Nuni hanya pada bocah laki-laki itu. Dia sangat mirip dengan Rayyan kecil. 'Ya ampun Nuni mempunyai cucu yang lain di luar sana yang tidak pernah dia lihat sebelumnya."

"Kamu jahat Rayyan. Bagaimana bisa ... kamu meninggalkan mereka" ujar Nuni terisak sambil memukul putranya.

"Maafkan aku bu. Aku benar-benar tidak berpikir kalau Aya akan hamil"

"Kamu kenapa merusak anak orang. Pantas saja ayahnya begitu marah." Nuni masih memukul Rayyan.

"Terus aku harus gimana bu. Aku masih mencintai Aya. Tapi aku tidak tahu apakah dia masih mencintai ku atau tidak" saat ini mereka sudah duduk di bangku yang tersedia di sana.

"Kalau dia masih sendiri, Kejar dia demi anak kalian"

"Mina toriqati alatie yandzur biha 'ilayka yabdu annaha la yazalu yuhibuka ya akhi" (Dari cara dia memandang mu, sepertinya dia masih mencintaimu kak)"

"Araa khaybat 'amal fi 'aynayha" (aku melihat rasa kecewa di matanya)"

" Hadza ma'qul" (itu wajar)"

"ayu aimra'at la tudhi 'an taraa alrajul aladhi tuhibuh yatazawaj shkhsana akhar" (wanita mana yang tidak sakit hati melihat laki-laki yang dia cintai menikah dengan orang lain)"

"bi al'iidafat 'iilaa 'anaha qod 'aetaa kula shayi ala dzalika rejul" (di tambah dia sudah memberikan segalanya untuk laki-laki itu)" ujar Bayan.

"Yumkinuk alqatil min ajlihum" (kamu bisa memperjuangkan mereka)" Bayan menepuk pundak kakaknya. "Latastasliem"(Semangat. Jangan memyerah)" Rayyan mengangguk. Mulai detik ini perjuangan nya di mulai untuk mendapatkan Aya dan putranya. Apapun yang terjadi nanti Rayyan harus siap menghadapi nya.

"Tunggu aku Aya. Saatnya aku memperjuangkan kalian. Cukup kamu berjuang sendiri merawat anak kita selama ini."

"Tunggu babah sayang. Kita pasti berkumpul bertiga" monolog Rayyan

Bersambung

Aku mau bagi-bagi pulsa gratis nih untuk 7 orang yang beruntung masing-masing 25ribu Rupiah.

Caranya ada di bawah ini

13 Juni 2021
THB

Duda Araban jilid 2 (END) Where stories live. Discover now