Chapter 16

4.2K 436 13
                                    


Rayyan berjalan masuk kerumahnya dengan gontai, tidak ada lagi harapan untuk mendapatkan Aya. Wanitanya itu sudah memilih menerima laki-laki lain. Tapi ada satu yang harus dia perjuangan kan yaitu Noah. Dia akan meminta Aya agar tidak melarangnya untuk menemui putra mereka.

"Leisyh wajhik je kidha?" (Kenapa muka mu seperti itu)" Tanya Bayan pada kakaknya yang masuk kerumah dengan keadaan kusut. Rayyan menghela nafasnya.

"Aya saufa tatajawaz min rejul akhar" (Aya akan menikah dengan laki-laki lain)" lirih Rayyan.

"Ma'a mien?"(Dengan siapa?)"

"Rejul li akhtar ha abuha, watalqayt bihum fil asr" (Laki-laki pilihan ayahnya, tadi sore aku bertemu mereka"

"Kaifa yumkin?" (Bagaimana bisa?)"

"Hiya fikr ana ala alaqah jawaz" (Dia pikir aku masih mempunyai istri,"

"Leisy ma gult idza inta qod talaqat jauzatik" (Kenapa tidak bilang kalau kakak sudah bercerai)" 

"Hiya ma tabgo isma' ayi syai minni" (Dia tidak mau mendengar penjelasanku)"

"Wa baden isyh tabgo sawi alhein" (Terus apa yang akan kakak lakukan sekarang)"

"Saufa atlubha hata laa yamna'ni muqobalat Noah" ( Aku akan memintanya agar tidak melarang ku bertemu Noah."

"Noah?"

"Waladi ma'a Aya" (Putra ku dengan Aya)" 

"Ims waladik Noah" (Jadi namanya Noah)"

"Na'am, ana kaman dubhu arief fil asr" (aku juga baru tahu tadi sore), Rayyan tersenyum mengingat pertemuannya dengan sang buah hati, dan untuk yang pertama kalinya di menggendong Noah. "Innaha tifl latif" (sungguh anak yang menggemaskan)" Hanya Noah alasan Rayyan untuk tetap semangat hidup setidaknya dia mempunyai bagian dari Aya yang tidak akan pernah terpisahkan sampai kapan pun.

"Lain kali ajak aku bertemu dengan keponakan ku"

"Pasti, besok aku akan bertemu dengan ayahnya Aya, aku akan membahas tentang Noah." Rayyan bertekad menemui Arkan. Dia akan berusaha meminta izin dari laki-laki agar dia boleh menemui anaknya.

"Rayyan kamu baru pulang" Nuni datang menghampiri kedua anaknya.

"Assalamualaikum bu. Iya aku baru saja tiba" Rayyan lalu mencium tangan ibunya.

"Waalaikum salam. Sepertinya kamu sedang senang hari ini, ada apa?" Tadi memang Rayyan sedikit kusut tapi saat menceritakan tentang anaknya dia kembali bersemangat.

"Tadi aku bertemu putraku, tepatnya aku yang mengikuti mereka."

"Kamu tidak takut ayahnya memukuli mu lagi" Nuni benar-benar khawatir kalau sampai Arkan kembali mengajar putranya.

"Dia sedang di luar kota, makanya aku berani menemui Aya"

"Terus apa kabar mereka"

"Aya akan menikah dengan laki-laki lain,"

"Ikhlas kan dia mungkin kalian memang tidak berjodoh" Nuni ikut sedih, dia tahu perasaan Rayyan. Pasti berat menerima semua ini.

"Aku akan mencobnya. Tapi aku akan memperjuangkan anakku agar selalu berada di sisisnya"

"Ibu akan dukung kamu, ya sudah mandi sana, terus makan. Ibu siapkan dulu makanan nya" Rayyan kemudian pergi meninggalkan Nuni dan Bayan. Saat ini Riyadh tidak ada di rumah, dia  sedang ada pertemuan dengan teman bisnisnya.

"Ya lalmiskin," (Kasihan dia)" Bayan menatap punggung kakaknya, tubuh Rayyan sedikit kurus.

"Atamanaa akhi aisyh bi sa'aadah" (Aku berharap kakak ku mendapatkan kebahagiaan)"

"Ameen" sebagai seorang ibu Nuni hanya bisa berdoa dan mendukung putra putrinya, selama itu hal positif.

******

Tok!Tok!

"Masuk" ujar Arkan di ruang kerjanya di rumah sakit. Dia sudah kembali kemarin sore.

"Permisi pak ada tamu ingin bertemu anda, katanya dia sudah punya janji dengan bapak, dia donatur yang akan menyumbang di rumah sakit kita, yang orang Arab itu pak" kata sekertaris Arkan.

"Suruh mereka masuk " sang sekertaris itu pun memanggil orang yang ingin bertemu Arkan.

(Mereka ngomong pake bahasa Inggris ya).

"Selamat siang tuan Aldama." Laki-laki itu berjabat tangan dengan Arkan.

"Selamat siang kembali, silahkan duduk" Mereka lalu duduk di sofa yang memang di sediakan untuk para tamu.

"Saya Muhaned Alghaniem, dan ini putri saya Reem. Kami datang kesini ingin membicarakan tentang cara menjadi donatur di ruman sakit ini" ujar Muhaned. Pertemuan mereka berjalan lancar. Tiga puluh menit berlalu, Muhaned dan putrinya pamit pulang.

"Sebenarnya ini pertama kali kami ke Indonesia.  Semoga berkah untuk kita semua," ujar Muhaned.

"Terimakasih banyak tuan. Insha Allah donasi akan sampai ke tangan mereka yang membutuhkan."

"Sama-sama. Kapan-kapan boleh kita makan siang bersama sebelum kami kembali ke negara kami"

"Sangat boleh, nanti kita atur waktunya" lalu Arkan mengantar mereka ke pintu.

Di luar ruangan ternyata Rayyan sudah menunggu Arkan, tadi sekertaris Arkan bilang kalau Arkan sedang ada tamu.
Rayyan kaget saat melihat siapa yang keluar  dari ruangan Arkan, dan bukan hanya Rayyan tapi ketiga orang itu juga kaget melihat Rayyan yang sudah berada di hadapan mereka.

"Rayyan?" ujar Reem.

Bersambung

20 Juni 2021
THB

Duda Araban jilid 2 (END) Where stories live. Discover now