15 : Berubah?

36.1K 2.3K 70
                                    

Susah sekali memang mencari obat untuk luka batin ini. —Cillanera.

•••

“UANJIR SIAPA YANG UDAH BIKIN LO BABAK BELUR GINI?”

“Njir, muka lo serem amat, nggak ada aestheticnya sama sekali.”

“Bacot babi!” Valcano malas menanggapi ucapan teman-temannya itu. Sesekali lelaki itu meringis karena kesakitan.

Ciko mendekati temannya itu, dengan tidak ada akhlaknya dia menyentuh luka lebam di pipi Valcano, membuat lelaki itu misuh-misuh [Mengleuarkan makian] yang membuat Ciko ketawa.

“Sakit cok! Jibangan!” Valcano menangkis tangan Ciko yang bertengger di bahunya.

“Maaf atuh, jahat banget kayak cewek.”

“Matamu kayak cewek, sakit jingan.”

“Siapa yang udah bikin lo bonyok gini?” Avines mendekati dengan membawa air dan sapu tangan miliknya. “Gue bersihin sini luka lo.”

“Avines perhatian kayak cewek,” celetuk Nams.

“Bacot lo,” tukas Avines tajam.

Semuanya langsung diam, jujur saja mereka yang ada disana terkejut mengetahui Valcano yang babak belur saat datang ke markas. Sementara Valcano sedang memikirkan balasan apa yang setimpal untuk Cilla.

•••

“Anak ini didiamkan semakin ngelunjak.”

Cilla memandang wajah Bibinya. “Urusin aja masalah Bibi, nggak perlu repot-repot ngurusin saya.”

“Ck! Renata seharusnya membuang anak sepertimu.”

“Kapan sih, Bibi balik lagi ke Bali! Hawanya panas banget kalau ada kalian.”

Bibi hendak menampar Cilla namun gadis itu sudah lebih dulu menangkisnya dengan kasar. Dia teringat kata-kata Jeane tadi.

“Lo harus kuat, Cilla. Nggak boleh diam, lo harus lawan mereka. Semakin lo diam, semakin senang mereka menindas lo.”

“Saya tidak akan diam saja mulai sekarang, Bi.” Cilla menatap tajam Bibinya.

“Anak kurang aj—”

“Anda yang memulai duluan, permisi dan terima kasih.” Cilla berlalu dan pergi ke kamarnya. Dirinya sudah bertekat untuk melawan hinaan mereka, ada benarnya memang ucapan Jeane. Jika didiamkan makin ngelunjak, entah sampai kapan mereka lelah.

Cilla duduk di pinggiran kasur sambil menatap layar handphonenya, dari tadi dia tidak mendapat kabar tentang Valcano, lelaki itu tidak bisa dihubungi. Nomor handphonenya tidak aktif.

Terkadang, gadis itu bingung dengan sikap Valcano. lelaki itu terlalu labil bagi Cilla, membuat Cilla bingung harus mengambil tindakan apa.

Cilla membuka balkon kamarnya, dia duduk disana sambil merasaka semilir angin malam yang menyambutnya. Satu pesan muncul, bukan dari Valcano melainkan dari King.

ValcanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang