39 : Tengil

20.8K 1.4K 117
                                    

Jangan pikirkan jika dia akan pergi, namun pikirkan bagaimana caramu mempertahankannya.

•••

Hari minggu, keluarga dari Renata datang. Rumahnya terasa ramai, Cilla dan Silla senang karena kedatangan sepupu-sepupu mereka. Renata punya dua saudara dan semuanya sudah menikah dan memiliki anak.

“Silla, gue mau gendong Hana dong,” ucap Cilla saat melihat Silla menggendong bayi.

“Bentar, gue aja baru gendong.”

“Ish, gantian dong.”

Silla menjulurkan lidahnya. “Nggak ah, kan gue duluan yang dapat Hana.”

“Hayo Si kembar kenapa bertengkar ya..” Ucap Mayang, adik Renata. Mayang kemudian mengambil alih putrinya yang ada di dekapan Silla.

“Tante, mana Hana. Cilla mau gendong!”

Mayang mengangguk lalu memberikan Hana kepada Cilla. Cilla senang dan menggendong bayi tersebut. Silla mendengus namun segera mengajak Hana bicara.

“Tante Ira masih belum dateng ya, Te?” tanya Cilla kepada Mayang.

“Iya deh, kayaknya Mbak Ira telat.”

Mayang pun kembali ke Renata, melanjutkan pembicaraan mereka. Beberapa lama kemudian, Tante Ira datang bersama dengan suaminya serta kedua anaknya. Silla senang dengan kedatangan mereka berdua, sepupu kesayangan mereka.

“Avines! Devan!” panggil Silla.

“Ciah, si kembar udah gede aja yak,” sahut Devan, kakak Avines.

Avines dan Silla langsung melakukan tos andalan mereka, begitu juga dengan Devan.

“Anak siapa nih.” Tangan Avines menoel pipi Hana.

“Anak gue lah,” sahut Cilla tanpa beban.

“Omongan doa loh,” balas Devan.

“Hei! Astaga!”

“Kemarin lo kesini kok cuma sebentar? Kan, gue belum ngomong sama lo kemarin,” ucap Silla kepada Avines.

Avines menggaruk tengkuknya. “Iya.. Kemarin gue buru-buru. Lagian, kembaran lo ini nyusahin gue banget.”

“Hiih, lo nggak ikhlas?” Hardik Cilla. Matanya melotot.

“Bucinnya Val—akh! Sakit bego!” Avines merintih ketika tulang keringnya ditendang oleh Cilla.

Devan menghela nafas sambil mengambi alih Hana. “Nih bocil kalau lo berdua tengkar bisa jadi korban. Mending sama gue biar aman.”

“Idih bocil," sahut Silla. “Devan masih cadel nggak?”

“Sepupu durhaka, bisa-bisanya lo buka aib gue.”

Silla menggaruk tengkuknya. “Ya.. Kan gue tanya.”

“Tanya sekalian bukan aib, Hahaha!” Tawa Cilla renyah, disusul oleh Silla dan Avines. Devan menggerutu karena dia jadi sasaran bullyan mereka.

ValcanoOnde histórias criam vida. Descubra agora