29 : Pelukan Valcano

30.9K 1.9K 132
                                    

“Mereka itu sama saja,” sulut Jeane ketika melihat Messa dan kawan-kawannya.

“Ya, seperti itulah, sekawan medusa.” Cilla membalasnya enteng.

Lama di perhatikan oleh mereka berdua, Messa dan kedua temannya pun menoleh ke arah Cilla. Messa terganggu, dia bangkit dari tempatnya duduk lalu menghampiri meja yang di tempati oleh Cilla dan Jeane.

Messa duduk di hadapan mereka berdua dengan senyum yang menyebalkan. Cilla menaikan satu alisnya.

“Lo mau apa? Malu-maluin gue? Bully gue?”

Messa tertawa sebentar, lalu kembali menatap Cilla. “Enggak kok, gue kesini cuma mau bilang kalau gue sama Valcano mau tunangan.”

Rahang Cilla mengeras begitu juga dengan hatinya yang langsung gundah. Namun, dia mencoba tak langsung percaya dan memendam perasaan gundah tadi.

“Terus apa hubungannya sama gue?” Tanya Cilla santai.

Messa tersenyum lagi, senyum yang begitu membuat Cilla ingin melayangkan pukulan kepada gadis itu. “Ya karena lo mantannya Valcano.”

Jeane tertawa. “Lo kok bangga sih, dapat tunangan bekas Cilla.”

Seketika Messa mati kutu. Cilla tersenyum miring begitu juga dengan Jeane.

“Lo—Lo nggak terima kan, kalau Valcano bakal jadi tunangan gue?” Tuduh Messa tepat di hadapan Cilla.

“Jangan menuduh ataupun menyimpulkan yang tidak-tidak,” balas Cilla. “Lo hanya bisa jadi perebut dan selamanya akan seperti itu, dan selama itu pula lo bakal dapat bekas orang.”

“Sialan, bilang aja lo cemburu dan iri, bangsat!”

“Hey, lo ngapain marah? Kesindir ya? Duh, kasihan.” Jeane menepuk pundak Messa. “Dapat bekas kok bangga.”

Messa semakin meradang dan itu dapat dilihat oleh Cilla. Gadis itu hanya tersenyum penuh arti melihatnya, setelah itu berdiri dan meninggalkan meja itu. Jeane juga sama, dia memang kesal dengan sikap Messa.

“Seharusnya, lo nggak ngerandahin harga diri lo di depan gue, Messa.”

•••

Valcano dan teman-temannya sedang duduk di depan kelas. Lelaki itu melihat Cilla berjalan sendiri sambil membawa tasnya. Ini memang sudah jam pulang, namun dirinya dan teman-temannya enggan untuk pulang.

Tara menyenggol sikur Valcano. “Ex lo tuh, samperin.”

“Kiw! Kiw! Sendirian aja neng,” goda Nams ketika Cilla lewat.

Cilla menoleh. “Duluan, Namsender.”

“Yoi, tiati ya Cilok.”

Cilla menarik nafas pelan, sampai akhirnya matanya dengan mata Valcano bertemu. Gadis itu langsung memutuskan kontak matanya dengan Valcano dan memilih untuk berlalu pergi.

“Duluan ya semua.”

“Iya, Cilla.”

Valcano memandang Cilla yang berjalan menjauh. Cepat-cepat dia mengambil tasnya lalu berlari menyusul gadis itu. Cara apapun dia harus mendapatkan Cilla kembali.

“Cilla!” Panggil Valcano.

Cilla berhenti melangkah.

ValcanoWhere stories live. Discover now