51 : Permainan Giano

15.2K 1.1K 63
                                    

Cilla keluar dari kafe dengan Silla. Mereka berdua baru saja membeli buku untuk sekolah, ah tidak. Lebih tepatnya Silla yang butuh bukan Cilla, Cilla hanya mengantarnya.

“Kayaknya ada yang gue lupa beli?”

“Apa tuh?” Tanya Cilla.

“Gue juga nggak tahu apa itu yang lupa, tapi kayak ada yang kurang, Ci.”

“Aduh, Sia, coba deh inget-inget lagi apa yang kurang.”

Silla berdecak. Dia sendiri juga bingung. “Em, kalau gue mikir makin nggak nemu, Cia. Ih, apaya, bingung banget apa yang lupa beli soalnya di hati nih kayak ada yang kurang.”

Cilla menggaruk tengkuknya. “Gue juga nggak tahu apa yang kurang. Lo tadi beli apa aja sih? Buku cetak Kimia sama cetak Geografi kan?”

Silla menepuk jidatnya. “Nah itu! Makasi banget ya kembaran gue! Gue harus beli buku Geografi, lintas minat gue itu.”

“Nah ya udah beli,” suruh Cilla. “Gue mau masuk ke kafe lagi, nunggu lo.”

Silla mengangguk. “Iya.”

Setelah melihat Silla melenggang pergi ke toko buku yang tidak jauh dari kafe, Cilla pun masuk ke dalam kafe.

Bruk.

“Akh..” Rintih Cilla saat bahunya di tabrak oleh orang.

“Eh, sorry.”

Cilla mendengus sebal sambil menepuk bahunya pelan, setelahnya dia masuk ke dalam kafe dengan perasaan dongkol.

•••

Valcano menarik napas kasar saat membaca pesan yang masuk ke dalam handphonenya. Cukup terkejut dia dengan pesan yang masuk itu.


“Astaga,” rutuknya sambil mengusap kepala. “Gue kira masalah ini sudah selesai.”

Lelaki bertubuh atletis itu berfikir, bagaimana cara agar masalahnya yang satu ini cepat selesai. Yang jelas, Valcano tidak ingin melibatkan teman-temannya. Dia tidak ingin masalah pribadinya melibatkan temannya.

Tak lama, handphonenya menyala dengan dering yang berbunyi nyaring. Orang yang mengirim pesan itu menelfon.

Segera Valcano mengangkatnya tanpa ragu.

“Maksud lo apa, anjing!”

“Gue nggak bakal lepasin lo begitu aja. Lo musuh bebuyutan gue, Val.”

“Sial lo, Gi!”

“Hahaha, sans bro, cewek lo cantik juga ya? Tidur sama gue boleh kan ya?”

“Bangsat lo, Giano!”

Valcano dapat mendengar Giano tertawa disana, membuat Valcano geram. “Hahaha, lo masuk ke dalam permainan gue, Val, ah.. Terpaksa gue juga harus seret cewek lo itu. Lo nggak peduli kan sama cewek lo?”

“Nggak usah bertele-tele, let's fight.”

“Gue nggak mau secepat itu habisin diri lo, gue mau bertahap dan bikin lo tersiksa.”

“Lo punya masalah sama gue, jangan bawa-bawa cewek gue di masalah ini,” kata Valcano setengah mendesis.

“Gue nggak tahu, tergantung lo nya aja sih.” Di seberang sana Giano kembali tertawa. “Kayaknya main sama cewek lo menyenangkan.”

Tut.

“Bangsat!” Valcano membanting handphonenya. “Cilla.. Gue nggak akan biarin Cilla kenapa-kenapa.”

ValcanoWhere stories live. Discover now