59 : Jenguk An

10.3K 621 5
                                    

Sepulang sekolah, Valcano dan Cilla mampir ke supermarket. Cilla hendak menjenguk Anxer dan Valcano bersedia mengantar Cilla. Dia ingin membicarakan masalah ucapan Johan beberapa hari yang lalu, namun dia masih tidak punya nyali. Takutnya, Cilla akan berpikir macam-macam. Dan Valcano sendiri juga masih tidak ingin berpisah dengan Cilla.

Valcano yakin, ada jalan keluar dari masalahnya ini. Yang sekarang dia lakukan adalah sabar dengan memikirkan jalan keluarnya.

“Enakan yang mana?” Cilla menunjukkan dua ciki ke arah Valcano.

“Dua-duanya enak,” balas Valcano. Tangannya meraih dua ciki tersebut lalu memasukkannya ke dalam keranjang yang dipegangnya.

Cilla kemudian menuju rak yang berisi roti. Ada dua roti dengan beda rasa. Gadis itu berpikir yang mampu menyita perhatian Valcano.

“Ngapain?”

Cilla menoleh. “Lagi mikir.”

“Emang bisa mikir?”

“Ck!” Cilla berdecak kesal lalu mencubit perut Valcano hingga lelaki itu meringis sambil tertawa.

“Sakit lah,” protes Valcano. “Mending beli yang kamu mau, yang. Tenang aja aku yang bayar, jangan khawatir sama uang bulanan kamu.”

Cilla menggeleng. “Nggak, Val. Kamu pasti juga perlu uang lebih untuk kebutuhan yang mendesak.”

“Iya, kayak mau bahagiain kamu misalnya.”

“Bisa aja,” kata Cilla. Lalu gadis itu mengambil roti selai kacang. “Bahagiain dulu orang tua kamu.”

Valcano menggerutu. “Dari dulu udah bahagia kalau mereka.”

“Tetep aja kamu sebagai anaknya juga harus bahagiain mereka.”

“Oke siap, sayang.”

Setelah selesai memilih mereka pun pergi ke kasir untuk membayarnya. Pada akhirnya Valcano mengalah karena Cilla memaksa untuk membayar sendiri. Valcano jadi merasa tidak berguna sebagai seorang pacar.

“Makan dulu ya? Biar ada energinya. Kan capek habis muter-muter tadi,” kata Valcano.

“Cuma muterin supermarket nggak buang energi banyak kok, lagian kita nggak muterin dunia lho. Cuma supermarket.”

“Sama aja, kalau muternya sama kamu rasanya kayak jelajahi dunia.”

“Sa ae badak bercula.”

“Ganteng gini disamain sama badak bercula.”

Cilla tertawa lalu mengajak Valcano untuk segera pergi dari halaman supermarket.

•••

Cilla melihat Anxer yang terbaring lemah setelah koma selama dua hari. Mereka saling pandang, hanya ada Anxer dan Cilla di ruang rawat inap.

“Cepet sembuh ya, An,” ujar Cilla saat menyadari keheningan yang cukup lama.

Anxer membuang muka, mengalihkan pandangannya. “Gue minta maaf. Ini semua juga karma buat gue.”

“Kok lo ngomong gitu sih? Nggak baik, An.”

“Hm.” Anxer kembali menatap ke arah Cilla. “Illa, gue ngelakuin ini bukan karena gue nggak suka sama lo atau dendam ke elo, gue ngelakuin ini karena gue butuh uang buat nambahin uang gedung sekolah adek gue.” Anxer menghela nafas. “Maafin gue.”

“An..” Cilla menatap sendu Anxer. Hal yang paling Anxer benci, yaitu dikasihani. Dia paling tidak suka di tatap seperti itu apalagi dikasihani.

“Udah, gue gapapa.” Balas Anxer cepat sebelum Cilla melanjutkan omongannya. “Gue mau istirahat lagi.”

Cilla merasa ucapan Anxer yang terakhir seperti mengusirnya. Dia pun pamit sambil menyerahkan bawaannya yang dibelinya tadi.

“Cilla..”

Cilla berhenti melangkah ketika Anxer memanggilnya.

“Saat gue balik dan bantu cowok lo, itu karena gue suka sama lo.” Ujar Anxer yang membuat Cilla terkejut. “Gue suka lo saat pertama kali kita ketemu.”

“An.. Lo..”

“Keluar.” Pinta Anxer dingin. Wajahnya tidak menatap Cilla.

“An, gue mau ngomong sama lo.”

“Keluar, La. Nggak ada yang perlu di omongin antara lo sama gue.”


ValcanoWhere stories live. Discover now