16 : Break

38.1K 2.5K 172
                                    

Dekat dengan raga, jauh dihati.

•••

Wajah gadis itu memucat, dia duduk di pinggiran gedung bewarna putih. Cilla baru saja menemui Metta sore ini, dia hanya ingin pamit kepada wanita itu. Cilla merasakan pinggangnya begitu nyeri.

Gadis itu merogoh handphonenya, hendak menghubungi Valcano. Cilla memejamkan matanya, merasakan sakit yang menjalar disana, sesekali dia meringis menahan sakitnya itu.

“Valcano, boleh minta tolong jemput aku?” tanya Cilla ketika sambungan telefon itu tersambung.

“Gue lagi sama Messa.”

“Val—” Belum sempat Cilla bicara namun Valcano sudah lebih dulu mematikan sambungannya. “Sakit banget, Val.”

Tidak menyerah, Cilla kembali menghubungi Valcano. Kenapa Cilla menghubungi Valcano? Rasanya tidak mungkin jika dia menghubungi nomor orang tuanya, nomornya saja di blokir oleh keluarganya, bahkan orang tuanya.

“Val, sakit..”

"Telefon lagi gue blokir nomor lo.”

Pip

“Cilla! Kamu kenapa?”

Cilla melihat Metta yang keluar dari gedung tersebut. “Pinggang Cilla sa-sakit.”

Metta panik, Wanita itu segera membawa Cilla ke rumah sakit menggunakan mobilnya.

•••

“Kenapa kamu ngga cerita kalau kamu kena gagal ginjal, Cilla?”

Cilla diam tidak berekspresi, Metta tampak kecewa menatap dirinya. “Aku mau pendam ini sendiri.”

“Jangan seperti ini.” Metta membelai rambut Cilla. “Saya peduli sama kamu, Cilla. Kamu seperti anak saya sendiri.”

“Aku nggak mau merepotkan.”

“Orang tua kamu harus tahu.”

“Nggak perlu, biarkan seperti ini.” Cilla menatap Metta. “Aku pasti bisa.”

Metta rasa masalah ini dia tidak boleh untuk ikut campur, maksudnya tidak ikut campur lebih jauh karena pasti setiap orang butuh privasi. Entah bagaimana caranya Cilla mengatasi masalahnya ini.

“Saya akan selalu meng-support kamu, sayang.”

Cilla memeluk tubuh Metta, berterima kasih. “Jeane akan datang kemari, Bu Metta bisa pulang dan istirahat. Aku bukan maksud mengusir, tapi..”

“Saya akan menunggu sampai Jeane datang,” kata Metta.

“Baiklah..”

“Cilla kamu ingat awal pertemuan kita?”

Cilla mengangguk, sejujurnya dia merasa malu ketika mengingat pertemuannya dengan Metta. Saat itu, pulang sekolah, Cilla sengaja hendak menabrakan diri ke jalan raya namun Metta menolongnya saat sebuah mobil menyerempet tubuhnya.

Metta terkejut ketika melihat luka sayatan di lengan Cilla yang banyak, saat itu wanita itu sadar jika ada yang tidak beres dengan Cilla.

“Ingat..” Senyum Cilla mengembang. “Bertemu dengan Bu Metta adalah anugrah bagiku.” Bu Metta pasti sial kalau ketemu sama aku.

ValcanoWhere stories live. Discover now