56 : Rasa kecewa

16.4K 1.1K 75
                                    

Satu pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal, membuat Cilla bingung. Pesan itu berisi audio. Dia menatap sekitar, sekiranya aman, dia mulai mendengarkan pesan itu.

Jantung Cilla berdetak lebih kencang saat mendengar audio itu. Jelas-jelas suara Valcano disana, nafasnya kian memburu saat mendengar akhir percakapan.

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Cilla bergegas untuk segera keluar dari kelasnya dengan amarah yang meledak.

“Dasarnya brengsek tetep aja brengsek, sial,” gumam Cilla.

Lengannya ditahan saat dia hendak keluar dari lobi sekolah. Siapa lagi jika bukan kekasihnya yang menahannya.

“Mau kemana?”

“Pergi,” jawabnya cuek nan dingin.

Valcano menaikkan satu alisnya. “Pergi? Kemana?”

“Perlu tau? Nggak bisa menghargai privasi orang?”

Perlahan, cekalan ditangan Cilla mengendur. “Cia? Kenapa?”

“Gapapa,” jawabnya seraya menggelengkan kepalanya. “Aku mau pergi sama An.”

Deg!

Valcano mendelik, apa tadi katanya? Pergi bersama An? Tidak! Tentu tidak! Valcano tidak mau gadisnya pergi dengan cowok lain. Sebenarnya, apa yang telah dilakukan sampai Cilla seperti ini?

“Kenapa?”

“Apanya yang kenapa?” Sewot Cilla.

“Sikap kamu, kenapa beda gitu..”

“Pikirlah!” Hardik Cilla, keras. Amarahnya keluar. “Gimana perasaan kamu kalau orang yang selama ini kamu percaya, sayang dan cinta itu jadikan kamu objek taruhan!”

Lagi, Valcano dibuat terkejut dengan ucapan Cilla. Cilla menatap sengit Valcano, menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh lelaki itu.

“Sayang,” panggil Valcano sambil menahan lengan Cilla.

Namun, Cilla menepisnya. “Apa sih, Val?! Kaget? Iya?”

“Cilla aku ma—”

Terlanjur, Cilla sudah dibutakan oleh rasa kecewa sampai dia tidak mau mendengar penjelasan Valcano. Rasa kecewanya sudah terlanjur besar.

“Sekalinya brengsek, tetep aja brengsek!”

•••

“Udah izin sama pacar lo?”

Cilla mengangguk.

“Nggak marah?”

Cilla diam.

“Nanti kalau dia marah, gua deh yang bilang kalau gue maksa lo. Ngomong Sesuai kenyataan.” Lagi, Cilla masih diam. “Ayo.”

Motor An membelah jalanan yang ramai karena sore merupakan jam orang-orang pulang sekolah dan ada juga yang pulang kerja atau berpergian.

Motor lelaki itu tiba di taman yang sepi. Memanfaatkan situasi yang lengah, An turun dari motor.

“Gue mau cek sesuatu di saku gue, takutnya hape gue ketinggalan.” Katanya.

Cilla mengangguk lalu melihat ke sekitaran yang jarang dilalui kendaraan. An mengeluarkan sapu tangan lalu membekap mulut Cilla.

Beberapa menit kemudian, Cilla pingsan dan jatuh di dekapan An. Setelah itu, mobil hitam yang dari tadi diam tak jauh dari tempatnya berada itu bergerak mendekatinya.

Dua orang keluar dari mobil lalu menggotong tubuh Cilla untuk dimasukkan ke dalam mobil. Lalu, memberikan sejumlah uang kepada An.

An diam terpaku sambil menatap uang yang dipegangnya lalu memandang ke arah mobil yang bergerak menjauh.

Ada rasa bersalah di hati An.

Anxer Anderson.

Woi, jangan lupa nabung ye
Mau terbit nih
Yakali kalian ga beli padahal versi novel aku rombak total😭

ValcanoWhere stories live. Discover now