Jurang : Hyunha

10K 477 50
                                    

.
.
.
.
.

"Kamu kapan kenalin pacar kamu? Eh kamu punya pacarkan yah?" Hanbin bertanya dengan nada menegejek kepada haruto.

"Iya nih, junkyu udah nikah masa kamu pacar aja gak punya" Ejek lisa.

Haruto diam tak berniat menanggapi membuat hanbin meletakkan alat makannya kesal.

"Kim haru jawab ayah" Hanbin berusaha menekan amarahnya melihat haruto terus saja makan seolah tak mendengar perkataannya.

Tak!
Hanbin memukul tangan haruto yang berniat mengambil ayam goreng "Kamu jadi tuli sekarang?!"

Haruto kembali melanjutkan acara makannya, ia bahkan sama sekali tidak menatap hanbin.

"Haru! Ayah kamu lagi nanya, dimana sopan santun kamu!" Lisa menarik piring haruto membuat haruto menatapnya kesal.

"Bicara soal sopan santun seakan-akan anda pernah mengajarkan saya hal tersebut"

Dalam hati haruto tertawa melihat wajah terkejut anggota keluarganya.

"KIM HARU! APA-APAAN KAMU!" Hanbin berdiri menunjuk haruto marah.

"Ayah udah! Biarin aja dia" Junkyu yang sedari tadi diam membuka suara, dia merasa tak enak pada jeongwoo.

"Jangan sebut saya dengan nama menjijikan itu, nama saya watanabe haruto jika kalian lupa" Haruto ikut berdiri berhadapan dengan hanbin. Dia tak takut sama sekali bahkan saat ini dia menatap nyalang hanbin.

"Saya memang tidak mempunyai pacar tapi setidaknya saya masih punya malu untuk tidak hamil ataupun menghamili seseorang diluar hubungan apapun" Haruto melihat sekilas ke arah jeongwoo dan junkyu, ah dia menyukai ekspresi tersebut.

Plak! Plak!
Ya tentu saja haruto tahu ini akan terjadi. Hanbin menampar pipi kanan dan kiri haruto dengan sangat kuat.

"KIM HARU! BERANI KAMU SEKARANG HAH?!" Ehe hanbin benar-benar emosi rupanya sampai urat diwajah terlihat jelas.

"Dengar ini pak tua. Saya selalu berani, saya tak pernah takut dengan anda. Lagipula saya ini hanya berbicara tentang fakta, bukan begitu tuan park jeongwoo dan tuan kim-ah salah! Park junkyu yang terhormat" Ujar haruto menekan setiap kata yang diucapkan.

"Kenapa diam? Tidak tahu ingin membalas apa? Uhh kasihan sekali hahaha" Dengan itu haruto pergi meninggalkan mereka semua.

.
.
.

Haruto melajukan mobilnya dengan sangat cepat, dia berusaha melampiaskan rasa sesak yang menyiksa.

Setelah sampai tempat yang dituju, haruto membanting pintu mobil.

"JEONGWOO BANGSAT! GUE SELALU PERCAYA SAMA LO TAPI KENAPA LO MALAH MENGKHIANATI KEPERCAYAAN YANG GUE KASIH? GUE UDAH BILANG KALO LO BOSEN SAMA GUE NGOMONG! BUKAN DENGAN CARA LO SELINGKUH SAMA KAKAK KANDUNG GUE GOBLOK! DAN....DAN BISA-BISANYA LO HAMILIN KAKAK GUE TRUS LO NIKAH DAN TINGGAL DI RUMAH GUE! LO PIKIR GUE GAK PUNYA PERASAAN? APA PERHATIAN DAN KASIH SAYANG GUE SELAMA INI MASIH KURANG! GUE BENCI SAMA LO BRENGSEK!!" Haruto berteriak dan menangis mengungkapkan apa yang selama ini dipendamnya, tenang saja tak akan ada yang mendengar mengingat ia berada sangat jauh dari kota, lebih tepatnya ia sedang berada di pinggir jurang.

Ya seharusnya sih begitu namun takdir mana ada yang tau.

"AARGH! GUE GAK MAU KE KANTOR DAN HARUS KETEMU SAMA ORANG TUA ITU DAN LO JEONGWOO! GUE GAK MAU! GUE JUGA GAK RELA LO DAPET PEKERJAAN DENGAN BEGITU MUDAHNYA! SEDANGKAN GUE HARUS SUSAH PAYAH DAPETIN POSISI KAYAK SEKARANG!" Napas haruto memburu, dia marah sekali mengingat jeongwoo akan bekerja di perusahaan keluarganya.

Cerita : Haruto.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang