🐺 🦋

2.2K 211 38
                                    

.
.
.
.
.

Keesokan harinya jeongwoo dan bapak datang kembali ke rumah haruto. Mereka keluar dari mobil bertepatan dengan ayah yang baru datang.

Tidak ingin melewatkan kesempatan bapak segera menghampiri, "Tuan wanatabe!"

Wajah ayah bertambah dingin melihat kedua orang yang kemarin terus berteriak.

"Pergi"

Ayah berlalu tidak perduli pada apapun yang di katakan bapak dan anak itu hingga telinganya mendengar sesuatu hal yang hati kecilnya selalu katakan.

"BULLY! HARUTO LUKA KARENA DIBULLY, BUKAN KARENA BERANTEM!" Teriak jeongwoo lantang, tidak takut bahwa dirinya bisa saja menjadi amukan ayah dan bapak.

Ayah terdiam sesaat sebelum kembali berjalan namun tangannya memberikan gestur agar membiarkan kedua orang berbeda usia itu masuk.

Salah satu lelaki berbadan kekar membuka pagar rumah, ayah masuk diikuti jeongwoo.

Mereka bertiga sampai pada ruangtamu yang kosong, "Duduk"

'Kosong, ini terlalu kosong' Batin jeongwoo setelah menatap sekeliling.

"Jelasin sekarang"

Jeongwoo memasang wajah datar walau di dalam gugup bukan main sebab beberapa bodyguard ada dibelakang ayah, seperti siap menghajarnya

Belum sempat bapak mengeluarkan suara, ayah lebih dulu mengangkat tangan dan pandangannya tertuju pada jeongwoo.

"Kamu yang menjelaskan"

Bapak menepuk bahu jeongwoo sekilas, pikirnya mungkin memang benar lebih baik jeongwoo yang menjelaskan karena jeongwoo pasti tau kejadian lengkapnya.

Jeongwoo menghembuskan napas berat sebelum mulai menjelaskan semuanya.

.
.
.

Jeongwoo memegang pipi kirinya yang lebam dan terasa sangat ngilu.

Tidak bukan tuan watanabe atau ayah yang memukulnya, melainkan bapak.

Bapak sangat emosi mendengar semua hal yang di ceritakan jeongwoo, jeongwoo memang sudah memberi tahu beberapa tapi tidak menyertakan perilaku bullynya yang paling kejam.

Bahkan sampai sekarang napas bapak masih naik turun sedangkan ayah langsung pergi setelah jeongwoo menyelesaikan ceritanya.

Di antara keheningan yang terjadi terdengar bunyi jatuh yang sangat keras dari lantai 2. Anak dan bapak ini bertatapan tanpa peduli tentang kejadian tadi mereka berdua langsung beranjak menuju asal suara.

Begitu pintu terbuka nampaklah haruto yang mencoba berdiri dengan tembok sebagai tumpuan.

Jeongwoo melingkarkan lengan haruto ke lehernya tidak memperdulikan badan haruto yang bergetar setelah sadar siapa orang yang membantunya, jeongwoo mengendong haruto ke mobil bapak.

"Kalian ngapain? Berhenti" Ucap haruto.

"Ngapain lagi? Ke rumah sakit lah" Jawab jeongwoo.

Haruto tidak menanggapi, kepalanya terlalu pusing.

.
.
.

Dan apakah kalian pikir ketika haruto sadar dari pingsannya dia bersikap tenang?

Tentu saja tidak. Coba bayangkan saat kalian membuka mata terdapat sekelompok orang yang biasa membully kalian, tidakkah itu mengejutkan dan membuat takut?

Cerita : Haruto.Where stories live. Discover now