.
.
.
.
."yedam"
tangan haruto mengepal kuat
"aku pergi ya" ucapnya
"kamu pasti bisa bertemu perempuan atau laki laki yang baik, lembut, gak suka ngomong kasar dan pastinya...
-yang seiman sama kamu"
yedam menggeleng keras
"aku maunya kamu bukan oranglain"
"damie"
"ru, aku mau pindah agama, aku mau bareng sama kamu" matanya memancarkan keseriusan, haruto tau itu
"gak boleh nanti mami sama om kecewa"
"tapi aku, aku mau kamu!" suara yedam mulai bergetar
"a -aku juga mau kamu"
"tapi sekali lagi, aku gak bisa ngambil kamu dari keluarga dan tuhanmu"
"haru"
"jangan nangis, yedamnya haru-" haruto berhenti, panggilan mereka, apakah haruto masih bileh memanggil yedam begitu?
air mata yedam tumpah, "harutonya yedam, yedamnya haruto"
"damie... yedamnya haruto kan kuat, jangan nangis ya?" haruto menurunkan kembali tangannya yang berniat menghapus air mata yedam
"gak bisa"
"harutonya yedam, yedam mau haruto!"
'haruto juga mau yedam'
"yedam" orangtua yedam keluar menghampiri kedua anak adam yang berada di ruang tamu
"papi"
"lia udah nungguin kamu, cepat jemput dia" perintah, haruto tau itu perintah
"papi jangan begitu" tegur mami
papi yedam tidak menyukainya, haruto paham, sangat paham
dia ingin haruto segera pergi dari sini
haruto menunduk, "kalau gitu haru pamit pulang"
"yedam kamu anter haruto, tapi pak supir aja yang nyetir" ucap mami membuat papi menatapnya tajam
"haruto"
"iya mi?"
"sini" mami membuka tangannya
haruto masuk dalam pelukannya
"haru-"
haruto menghapus air matanya yang terjatuh, ia melepas pelukan, "haru gapapa, haru kan anak kuat"
.
.
."pak berhenti didepan komplek aja" pesan haruto
haruto menoleh ke samping
harus, haruto harus bicara tentang ini
"yedam bisa aku minta sesuatu?" tanya haruto, ia ingin yedam menerima lia
"aku gak bisa nerima lia" jawab yedam tanpa menatap haruto tapi genggaman tanganya tidak melemah sedikitpun
haruto menunduk
'bangsat bangsat bangsat'
sungguh harusnya haruto tidak menangis
tidak boleh sama sekali
tapi air matanya mengalir semakin deras, haruto berusaha menahan isakannya
padangan yedam pada jalanan buyar kala punggung tangannya basah
"haruto"
"gapapa, aku -mata aku kecolok tadi"
haruto buru buru mengelap air matanya dengan lengan bajunya
ia mengalihkan pandangan, sama sekali tidak ingin menatap yedam dan membuat hatinya semakin sakit
.
.
."maaf den sudah sampai" ucap pak supir
haruto menatap genggaman tangannya, "lepas ya"
yedam hanya diam
"yedam" panggil haruto
akhirnya yedam menatap haruto, genggaman tangannya sedikit mengendur dan itu di manfaatkan haruto
"untuk yang terakhir. selamat berbahagia yedamnya haruto" haruto menatap yedam dalam
ia mengusap lembut pipi yedam, "ayo jangan pernah bertemu lagi, buku kamu dan aku selesai disini"
"terima kasih atas semuanya, selamat tinggal"
haruto segera keluar dari mobil
sepanjang jalan menuju rumah haruto menunduk
haruto bersikap seolah tidak terjadi apapun
tapi saat malam hari tiba air matanya berderai hebat
boneka di peluknya erat erat
tidak ada isakan sama sekali, haruto sudah terlalu biasa melakukannya
'kenapa aku harus ketemu kamu?'
.
.
.
.
.gegara lagu peri cintaku dan aku yang salah ke puter jadi aku buat ini
tau kok ini kurang banget, tapi aku juga gak bisa bikin lebih baik atau lebih rinci, takut nangis hehe ini kisah ku soalnya
ah anjir jadi galau👎🏻
dah dah aku mau ngasih tau inla lagi kutulis, doain aja masih ada feelnya, aku rada takut berhenti di tengah jalan
![](https://img.wattpad.com/cover/275669695-288-k415738.jpg)