Penyusupan

349 41 2
                                    

---//---

Sulit mempercayai situasi yang sedang berjalan sekarang, Iori yakin mereka akan masuk secara diam-diam ke perjamuan. Entah menyamar atau bagaimana, pokoknya bukan dengan cara seperti ini!

Bagaimana bisa mereka ada dalam situasi mengantri masuk bersama kereta-kereta kuda lain dengan lambang keluarga bangsawan yang berbeda-beda ke sebuah pekarangan kediaman besar?

Perasaannya semakin kalut bersamaan dengan laju roda yang makin mendekat. Hal yang paling membuatnya khawatir adalah bagian mereka harus melewati prosedur pemeriksaan undangan perjamuan. Bagaimana dia tidak cemas? Dia tahu ini hanya terkaannya, tapi dia yakin hampir semua tamu undangan adalah bangsawan yang sudah berumur. Tidak mungkin jamuan ini dihadiri orang-orang seumuran mereka.

Kalau begini jangankan masuk, bisa-bisa mereka ditangkap sebelum menemukan hal yang mereka cari.

"Iori? Kau tidak apa-apa? Kau berkeringat di malam musim dingin," Mitsuki yang duduk di hadapannya dan sudah mengamati muka kaku Iori dari awal bertanya cemas.

Iori menggeleng singkat tanpa berbicara, kembali memperhatikan luar. Mereka melewati kawasan kediaman bangsawan tadi, artinya tempat yang akan mereka datangi adalah tempat luar biasa setara dengan istana. Iori menarik napas panjang merasa terlalu membebani dirinya sendiri. Akhir-akhir ini dia seperti menjadi Iori versi lemah.

Dua kereta kuda lagi sebelum giliran mereka diperiksa. Pikiran Iori jatuh pada saat pintu kediaman sementara mereka diketuk. Serentak tanpa aba-aba mereka memasang posisi siaga, menunggu dengan tenang serangan dari depan atau belakang. Tapi, setelah menghabiskan beberapa saat, tidak ada tanda-tanda penyerbuan. Lebih aneh lagi, mereka tidak mendengar adanya suara berisik dari luar.

Setelah berdiskusi lewat tatapan, Sougo maju untuk membuka pintu. Bukan tanpa alasan mereka menyetujui keinginan Sougo untuk memeriksa pertama kali, hanya saja kegesitan Sougo dalam mengelak lebih baik dari mereka. Tamaki pengecualian, dia tidak mau mengecek terlebih dahulu dengan kedok sebagai yang termuda.

Mereka berlima menahan napas begitu tangan Sougo memegang gagang pintu. Butuh beberapa saat untuk menariknya. Mereka akhirnya bisa membuang napas lega setelah Sougo menggeleng bingung. Tidak ada siapa-siapa di luar, hanya ada enam undangan berwarna hitam.

Setelah diperiksa, undangan ini benar-benar istimewa. Tampak cantik dengan ukiran tulisan tangan bertinta emas. Tidak butuh kalimat panjang, hanya beberapa kata yang intinya tentang penerima undangan dipersilahkan datang di perjamuan penting bangsawan Poises Federal.

Katakan mereka gila sampai percaya dan duduk manis di kereta kuda sekarang. Tidak. butuh waktu dan pemikiran matang-matang untuk akhirnya memilih jalan ini. Hanya dari kemunculannya di depan pintu pun sudah dipastikan kalau undangan itu mencurigakan. Luar biasa mencurigakan.

Setidaknya setelah dipertimbangkan dan dibicarakan mereka menemukan beberapa kesimpulan. Pertama. Keberadaan mereka sudah diketahui. Kedua. Tujuan mereka tertebak. Ketiga. Mereka diundang bukan untuk perjamuan, tapi pertarungan secara langsung.

Roda bergerak kembali sebentar. Kemudian pintu diketuk perlahan. Iori memilih diam pada posisinya— bersandar mengamati jendela, beruntung dia tidak memilih berada di ujung satunya— mengabaikan penjaga yang sibuk memeriksa undangan. Nagi tersenyum santai sambil menjawab pertanyaan basa-basi yang diajukan.

"Hanya tiga?"

Alis Iori terangkat. Nagi mengangguk anggun. "Sebuah kehormatan saya mendapatkan tiga undangan," Iori memicingkan matanya, tertarik melihat ekspresi datar penjaga yang sekarang menjelajah ke dalam kereta kuda. Setelah puas mengecek, penjaga itu dengan gerakan senyap menutup pintu dan tak butuh waktu lama untuk kereta kembali bergerak.

Another Story [VALIANT] (END)Where stories live. Discover now