Penjahat yang Sesungguhnya

107 22 3
                                    

---//---

Beberapa saat sebelum langit hitam menguasai keempat kerajaan.

Mulut Iori penuh dengan darah dan rasanya benar-benar buruk. Tangannya gemetar mengenggam rantai emas yang masih mampir di tubuhnya.

"Kenapa kau tersenyum?"

Iori tersentak mengangkat wajahnya yang berantakan. Begitukah? Dia tersenyum? Kenapa dia tersenyum?

Tentu saja karena ada hal baik yang dia alami meski harus terluka parah seperti ini.

"Coba tebak. Kau orang yang cerdas, bukan? Makanya kau menjadi pemimpin kerajaan ini yang membuat empat kerajaan tunduk?" Iori terkekeh melihat Tenn yang menekuk alisnya samar.

Iori mencengkeram kuat rantai milik Tenn. Sebelum Tenn menyadari apa yang akan dia lakukan, cahaya biru mulai merambat menyaingi sinar keemasan pada rantai. Begitu cepat dan saat Tenn menggertakkan giginya kesal karena terlambat bergerak, rantai yang terhubung dengan sihir Tenn sudah sepenuhnya berwarna sihir Iori.

Tenn berseru untuk menghilangkan rantai menjadi debu, tapi sihir Iori lebih dulu mengikatnya. Iori tersenyum miring. Darahnya keluar cukup banyak tanpa perlu repot-repot Iori memikirkan bagaimana melukai dirinya sendiri seperti yang dia rencanakan.

"Seharusnya kau tetap menjadi dirimu yang tenang, Kujou-san, tapi kalau dipikir-pikir lagi, kau memang tidak sabaran dan ingin melakukan semuanya dengan cepat dan sempurna," Iori tersenyum tipis sedikit mengejek Tenn yang masih berdiam di tempatnya mengepalkan tangan jengkel.

Iori tidak akan menunggu sampai Tenn memutuskan menyerangnya langsung atau rantai lain seperti yang sekarang dia lihat di depan matanya. Belasan rantai muncul dengan lingkaran sihir yang bersinar terang. Iori meringis tahu kalau diriny terlalu banyak bicara.

Meski begitu dia masih punya cukup waktu. Iori berkosentrasi penuh, mengabaikan ujung tajam belasan kunai rantai yang sudah meluncur ke arahnya dari berbagai penjuru. Dia tidak khawatir sedikitpun karena segera saat ujung tajam itu berjarak satu langkah kakinya dari dirinya ada dinding yang menggagalkan semua serangan Tenn. Kunai-kunai itu berubah menjadi uap dingin.

Pelindung itu tidak goyah meskipun sudah diserang berpuluh-puluh kali. Iori puas untuk itu, tapi dia tidak boleh lengah. Setidaknya Iori memberikan senyum tipis untuk menghormati usaha dari Tenn. Sedikit menjengkelkan mungkin.

"Apa kau pikir setelah aku susah payah memanggil wujud asli guardian, aku hanya meminta bantuannya satu kali?"

"Jadi begitu... kau mau menggunakan sihirmu sampai habis?" Tenn bertanya tenang. Iori tersenyum miring mendengarnya. "Tentu tidak. Bukankah aku sudah bilang kalau aku meminta bantuan? Seiryuu sudah tertidur di sungai besar Republik Aita beribu-ribu tahun lalu dan karenamu aku punya kesempatan untuk memanggilnya,"

Alis Tenn naik, berusaha menunjukkan mimik kagum. Kemudian dia berkata dengan nada sinis. "Kejahatan manusia lainnya. Merasa cukup sampai berani memanggil dewa. Bukankah kalian menjadi begitu sombong?"

Mulut Iori tertutup seketika. Dia mengakui kalau perkataan Tenn ada benarnya. "Tidak sepenuhnya salah, tapi karena kami lemah makanya kami membutuhkan kekuatan dan satu-satunya jalan adalah meminjam,"

Iori tertegun. Dia tidak mengerti apa yang salah dari jawabannya, tapi melihat ekspresi Tenn yang tampak amat sangat terkejut membuatnya sempat goyah. Iori menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ini kesempatan yang dia tunggu.

Perhatian Tenn teralihkan dan dia juga sudah mendapatkan apa yang dibutuhkan. "Pinjami aku kekuatan," bisik Iori bersamaan dengan sinar biru terang yang membuat kedua orang di sana spontan menutup mata.

Another Story [VALIANT] (END)Where stories live. Discover now