Salam Perpisahan

127 22 2
                                    

---//---

Tidak perlu diberitahu siapapun, Riku sadar kalau dirinya lemah. Dia tahu kalau bergantung sepenuhnya pada kekuatan Rei-- yang tak diragukan lagi seberapa hebatnya-- bukan hal yang benar dan bisa dia lakukan dengan mudah. Tubuhnya lemah dan tidak cocok dengan sihir. Kalau dengan sihir saja Riku tidak bisa melakukan apa-apa, apalagi kalau dirinya tidak memiliki sihir mungkin selamanya dia tidak akan pernah terlibat dalam pertarungan.

Yah, Riku sendiri tidak mau berkelahi dengan siapa-siapa. Baginya kekerasan adalah salah satu hal yang harus dihilangkan dari dunia ini.

Kembali ke topik. Intinya Riku sadar bahwa dia amat sangat tidak berguna di masa penuh pertempuran seperti sekarang. Hanya saja melarang dia untuk ikut membantu sedikit keterlaluan. Dia tidak selemah dan sepayah itu, bukan?

Banyak yang bisa dia lakukan dari sekedar menunggu dengan aman dan damai ketika teman-temannya berjuang mati-matian. Dia bisa menjadi umpan, menyelinap mencari rahasia dibalik perang ini, atau apapun yang penting Riku harus bersama teman-temannya.

"Nanase-san, aku sempat berpikir dengan bodohnya kalau kau akan berubah seperti di dongeng-dongeng setelah tidur panjang, ternyata kau masih saja kekanakan dan naif,"

Oke, itu sedikit kejam. Riku menggembungkan pipinya tak terima dengan perkataan Iori. Lagi pula bagi Riku dia hanya tidur satu malam saja. Bagaimana bisa dia berubah dalam semalam? Riku pikir Iori yang berubah setelah hampir satu musim dirinya tertidur, tapi ternyata masih galak seperti biasa.

"Aku rasa kau harus melihat dirimu sendiri di cermin. Bagaimana mungkin kami membawa seorang anak kecil yang mudah merengut-- meskipun imut-- ke tempat yang berbahaya,"

"Jadi, Iori menghawatirkanku?" sela Riku riang.

Iori hanya mendengus sebagai respon, tidak menyangkal atau mengakuinya. Melihat Iori yang diam, Riku paham kalau ini bukan saatnya bercanda. "Aku tahu aku lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa, tapi aku tidak mau diam saja. Kalian sudah mengalami banyak hal yang menyakitkan dan aku tidak ingin membiarkan kalian merasakannya lagi. Aku janji tidak akan menyusahkan kalian. Maaf kalau hanya aku yang menganggapnya begini, tapi kalian benar-benar berharga bagiku. Tolong biarkan aku bersama kalian. Biarkan aku juga terluka saat kalian terluka,"

Riku memang tidak berniat terlihat memelas atau terdengar menyedihkan, tapi mendapat pukulan di lengannya tidak pernah terpikirkan. Riku mendelik sambil mengusap bagian yang berdenyut. "Mitsuki, kau merusak suasananya," gerutu Riku pada pelaku.

Mitsuki berkacak pinggang menatap Riku sengit. "Bagaimana bisa kau berpikiran seperti itu. Pertama, Riku kau tidak lemah. Kedua, aku juga menganggapmu berharga. Ketiga, bagaimana kami bisa membiarkanmu terluka?" kata Mitsuki galak. "Keputusan kita sudah bulat. Kau tinggal di sini bersama Yuki-san dan Momo-san dan orang-orang Poises Federal itu di Republik Aita sampai kami kembali,"

Riku langsung membuka mulutnya berniat protes, tapi sudah disela lebih dulu oleh Yamato. "Riku, ini bukan soal lemah dan kuat, tapi kau jelas tidak berpengalaman-- meskipun berpengalaman pun aku tidak akan membiarkanmu terluka. Jangan meminta hal yang tidak bisa kami berikan. Mau separah apapun luka yang aku terima, aku tidak akan membiarkanmu terluka sedikitpun," kata Yamato dengan nada tegas yang terdengar tak cocok untuknya.

"Tapi aku ingin membantu!" seru Riku kesal. Kenapa mereka keras kepala sekali?

"Riku-kun, aku mengerti itu, tapi untuk saat ini bantuan yang kami inginkan adalah kau tinggal di sini," suara lembut Sougo mencoba menenangkan suasana. "Aku bukannya meragukanmu Riku-kun, tapi kau bilang sendiri kalau kau tidak memiliki sihir. Tolong pahami batasanmu,"

Riku mengangguk cepat. "Aku tahu! Karena itu aku akan minta bantuan pada Rei-sama! Percaya padaku Rei-sama benar-benar kuat. Dia akan melindungi kita semua," kata Riku menggebu-gebu. Semangat Riku menguap bersama dengan suasana ruangan yang mendadak menjadi lebih berat. Riku mengedipkan matanya canggung. Apa dia mengatakan sesuatu yang aneh atau salah?

Another Story [VALIANT] (END)Where stories live. Discover now