Percakapan Masa Lalu

75 25 2
                                    

---//---

Sensasi hangat yang tak asing. Riku pernah merasakannya sebelumnya. Perasaan yang dia masih tidak bisa temukan artinya. Angin sejuk di bawah pohon besar dengan aroma matahari yang hangat menerpa beberapa bagian tubuhnya. Riku tahu saat dirinya memejamkan mata. Dia tertidur di atas hamparan rumput lembut dengan tarikan napas teratur. Sangat menenangkan.

Satu hal lagi yang dia sadari dan mungkin juga penting adalah dirinya tak sendiri. Ada orang lain di dekatnya. Bukannya ketakutan dan bertanya-tanya siapa yang berada di sampingnya, Riku hanya merasakan perasaan aman dan nyaman. Tidur bersebelahan dengan tangan yang bertautan.

Riku bertanya-tanya apakah dirinya sudah teertidur lama. Hal terakhir yang dia ingat adalah tempat gelap luas dengan dua jam raksasa. Anehnya jarum jam-jam itu bergerak mundur dengan kecepatan tinggi. Hanya itu. Seharusnya dia memperhatikan hal lain, tapi dua jam raksasa itu begitu misterius sekaligus cantik. Sulit mengalihkan pandangannya. Memikirkan jam-jam itu membuat Riku semakin tenang. Mungkin dia akan tidur lagi.

"Riku, sudah waktunya kau bangun,"

Suara lembut itu entah mengapa mengejutkannya. Mata Riku yang sebelumnya tertutup rapat langsung terbuka sepenuhnya. Tidak cukup dengan itu, Riku langsung bangun dari posisi berbaring yang segera membuat kepalanya berdenging. Riku mengaduh saat kepalanya berdenyut.

"Apa aku mengejutkanmu? Maafkan aku," Riku menoleh ke arah sumber suara yang mana berada tepat di sebelahnya. Tenn memasang ekspresi cemas. Riku menggeleng. "Aku yang salah karena bangun tiba-tiba,"

Tenn mengembuskan napas lega melihat Riku tersenyum. Dia akhirnya ikut menyunggingkan senyum. "Itu benar. Seharusnya kau tidak bangun tiba-tiba,"

Mendengar itu Riku menggembungkan pipinya kesal. Dia merasa sedang diceramahi. Kalau sudah begini dia biasanya protes, tapi beruntung dirinya diakui-- tidak mengakui-- anak bai, Riku akan menerimanya. Riku memilih mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dia benar-benar berbaring di atas rumput. Meskipun aroma hutannya mulai tergantikan dengan semerbak bunga yang sedikit menganggu Riku.

Riku tidak terkejut lagi kalau Tenn langsung menyadari ketidaknyamanannya. Tenn kembali menatapnya cemas. "Terlalu banyak bunga. Kita harus pergi dari sini,"

"Apa Kujou-san tahu tempat ini?" tanya Riku sambil menerima uluran tangan Tenn. Butuh beberapa saat sampai Tenn menjawab setelah dia melemparkan pandangan ke beberapa tempat. Tenn menunjuk ke belakang Riku. "Itu kastil Kerajaan Victoria. Kita berada di taman bagian belakang,"

Riku mengikuti arah jari telunjuk Tenn. Dia mengangguk sesaat mengamati kastil yang dimaksud Tenn. Ada perubahan, tapi tidak banyak masih bisa Riku kenali. Baru saja Riku mau melontarkan beberapa pertanyaan, Tenn sudah terlebih dahulu menariknya untuk berjalan. "Kita harus pergi. Bisa repot kalau kita sampai bertemu dengan orang lain di waktu sekarang,"

"Waktu sekarang?" ulang Riku kaget. Tenn mengangguk. "Kita terlempar ke masa lalu. Waktu tepatnya aku tidak tahu, tapi aku bisa menebaknya,"

"Masa lalu? Kita bisa pergi ke masa lalu?" tanya Riku antusias. Tenn berhenti berjalan dia langsung menoleh ke arah Riku yang juga menatapnya. "Kau tidak pernah pergi ke masa lalu?"

Riku menggaruk kepalanya bingung. "Aku? Kita tidak bisa pergi ke masa lalu. Walaupun kemungkinannya bisa, tapi aku tidak pernah--mungkin... aku tidak tahu masa laluku jadi, aku tidak bisa menjawab pernah atau tidak pernah. Aku tidak tahu," Riku tertawa gugup.

Bahkan setelah Riku memaksakan tawa cukup lama, Tenn tidak memberikan reaksi apa-apa. Sekarang Riku bertanya-tanya apa dia salah berucap? Riku takut Tenn akan berpikir bahwa dirinya berbohong. Meslipun dia bilang tidak bisa pergi ke masa lalu, tapi hal itu tidak mustahil.

Another Story [VALIANT] (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora