Bagaimana Kisah Tenn Berakhir

120 19 0
                                    

Napas berat saling bersahutan di ruangan yang sudah luar biasa berantakan itu. Puing-puing tak karuan. Barang-barang yang sudah tak berbentuk. Darah di mana-mana tidak tertutup debu, karena baru saja dikeluarkan pemiliknya.

Mitsuki menutup matanya, di saat seperti ini dia tidak boleh panik dan membuang sisa tenaganya. Mitsuki menarik napas perlahan. Mencoba mengurangi rasa sakit. Entah bagaimana hanya dirinya yang terjaga setelah mendapatkan racun dari sihir hitam. Pria yang menjadi alasan teman-temannya pingsan sudah pergi.

Mata Mitsuki perlahan bergerak memeriksa satu persatu tarikan napas selain darinya. Setidaknya semua orang di sini masih bernapas. Sekarang apa? Mitsuki tidak bisa menggunakan kekuatan sihirnya lagi. Tubuhnya amat menderita dan hal yang sangat tidak ingin dirinya pikirkan terus berputar dalam kepalanya.

Apa mereka akan mati?

Dirinya terlalu lemah untuk menggeleng. Mitsuki tidak akan membiarkan siapapun mati termasuk dirinya. Meski tanpa harapan, Mitsuki mencoba berpikir. Racun ini berasal dari sihir hitam, tidak ada peluru yang tertanam di tubuhnya. Kabar baik sekaligus kabar buruk. Kabar baik mereka tidak mengalami pendarahan-- darah yang menggenang di sekitarnya berasal dari mulut mereka-- sedangkan kabar buruknya, racun ini hanya bisa dihilangkan menggunakan sihir.

"Lakukan sesuatu Guardian Republik Aita," gumam Mitsuki penuh harap.

Sungguh tidak pernah terduga saat mereka sedang dalam pertarungan, sihir lenyap seketika. Tidak meninggalkan bekas. Sampai sekarang Mitsuki tidak merasakan kehadiran sihir bahkan dalam tubuhnya. Sekarang bagaimana dia bisa menyelamatkan teman-temannya?

Seberapa pun keras Mitsuki berpikir dia hanya menemukan kebuntuan. Mitsuki tidak bisa mengharapkan bantuan dari luar. Aish. Apa yang dia pikirkan? Dia harus percaya pada dirinya dan berharap bantuan entah dari siapa saja.

Tubuh Mitsuki mulai bergerak. Dia jatuh ke depan dan menyeret tubuhnya yang menjerit kesakitan. Mitsuki tidak peduli. Darah mengenai bajunya dan ikut terseret kemanapun Mitsuki pergi. Semakin menambah kepiluan ruangan itu.

Mitsuki tidak peduli siapapun yang akan ditemuinya nanti, dia akan memohon kalau perlu menawarkan nyawanya sendiri agar dirinya bisa menyelamatkan teman-temannya. Apapun bayarannya, Mitsuki akan lakukan. Jadi, tolong siapapun... jangan biarkan mereka berhenti di sini.

Satu-satunya kekuatan yang tersisa pada tangannya sudah habis. Mata Mitsuki mulai meredup. Jari-jarinya terus mencoba menyeret tubuhnya yang hanya membuat Mitsuki seperti mengais debu-debu lantai. Tidak! Jangan! Jangan pingsan! Mereka tidak akan terselamatkan kalau Mitsuki memilih pasrah!

Mitsuki menggigit bibirnya kuat-kuat. Bukan karena dia mengerahkan semua tenaganya, tapi dirinya menahan isak tangis dari mulut. Rasa sakit sudah menggerogoti tenaga dan harapannya. Mitsuki berontak dan dalam hati juga kepalanya dia terus berteriak untuk bergerak, tapi tubuhnya sudah diambang batas. Mati rasa.

Tidak! Tidak! Aku mohon! Siapapun! Mau guardian dati kerajaan manaphn! Mitsuki tidak peduli! Bahkan siluman sekalipun!! Tolong... bantu dia...

"Hei!! Apa kau baik-baik saja?? Kau mendengarku?!"

Kelopak mata Mitsuki yang sudah separuh tertutup lamat-lamat memfokuskan penglihatannya yang buram. Siapa? Suaranya tak asing.

"Apa yang terjadi di sini?? Kenapa semua orang pingsan?!"

Entah mengapa mendengar keadaan teman-temannya yang lain memberikan sedikit kekuatan pada Mitsuki. Dia meraih lengan orang-- meski dirinya tak yakin-- yang baru saja datang. Mitsuki mengenggal lengan itu kuat-kuat dengan mata yang berkaca-kaca. "Tolong! Kita harus cari bantuan!"

Air mata mengembalikan kesadarannya termasuk penglihatan Mitsuki, kini dia dapat secara jelas melihat siapa yang dirinya mintai tolohg. Mitsuki mengenalnya. "Tsunashi?"

Another Story [VALIANT] (END)Where stories live. Discover now