Laut

124 24 6
                                    

---//---

Sepanjang ingatannya, kehidupan Riku selalu berputar di dataran bersalju degan gunung-gunung berwarna putih sejauh mata memandang.

Salju putih dan langit abu-abu. Pemandangan yang bersih.

Dia tidak mengeluh. Baginya semua warna itu cantik.

Yah, tentu saja dia ingin melihat lebih banyak warna lagi, makanya terkadang Riku merengek pada Rei untuk pergi sekedar berjalan-jalan sebentar di Kerajaan Utara. Tidak banyak warna baru yang mereka lihat, tapi cukup membuatnya senang.

Bukankah Rei keterlaluan? Dia pergi begitu jauh untuk melihat banyak warna tanpa mengajak Riku.

Rasa tidak terima dan kesal yang membuat dia tidak menyerah sedikit pun berpikiran untuk menyerah menemukan Rei. Dia punya banyak pertanyaan dan keluhan yang harus tersampaikan pada Rei.

Mengingat Rei selalu menyenangkan, tapi akan berakhir menyebalkan saat memikirkan bahwa Rei seolah menjauh dari Riku.

Ah, apa Rei tahu hubungan dia dengan Tenn? Rei 'kan dewa, dia tahu segalanya. Atau tidak?

Riku menggeleng pelan. Memilih untuk menghentikan pikirannya yang makin ke sana ke mari. Sekarang yang pasti Tenn tahu sesuatu tentangnya. Dia tidak mungkin mengabaikannya, bukan?

Bukannya Riku tidak puas dengan kehidupannya sekarang, tapi tidak mungkin dia memilih untuk membiarkan dirinya terus lupa.

Memang tidak akan ada yang berubah meski dirinya tahu sesuatu tentang kehidupannya sebelum bertemu Rei, tapi setidaknya mungkin saja dia bisa menentukan masa depannya atau membiarkan semuanya berjalan apa adanya.

Bagaimana dengan Tenn? Apa kalau Riku berhasil mengingat tentangnya, Tenn akan berubah? Atau tetap sama saja?

"Apa kau tidak menyesal menjadi penjahat di sini? Bukankah dibenci banyak orang sangat menyakitkan?"

Setelah berdiam diri selama beberapa saat mengikuti jejak kaki Tenn di pasir lembab akhirnya Riku membuka suaranya. Masih tetap dalam posisi mengekor Riku berharap suaranya tidak teredam gelombang laut seperti jejak kaki mereka berdua.

Riku mengedarkan pandangan ke lautan berwarna biru dengan ombak yang sesekali datang menggelitik sela-sela jarinya. Langit dan lautan hampir sewarna mengingatkannya pada hamparan bersalju putih dengan angkasa abu. Tidak jauh berbeda.

Ini pertama kalinya Riku pergi ke pantai. Sedikit silau untuk dirinya yang tumbuh di Kerajaan Utara.

Sungguh menakjubkan dia bisa berada di sini. Tempat paling ujung di daratan. Sudah banyak warna yang dia lihat dalam perjalanan ini.

Sejujurnya dia merasa bersalah terus menyinggung orang jahat pada Tenn, tapi bagaimana lagi? Tenn terlalu baik untuk mengambil peran sebagai penjahat.

Selama perjalanan Tenn tidak bosan menjelaskan ini itu pada Riku yang banyak tanya. Memastikannya dirinya tidak terluka sepanjang jalan dan sedikit mengurusnya lebih dari yang lain. Seolah dia tahu semua tentang Riku.

Yah, dia sudah mengatakan pada Riku sebelumnya, kalau Tenn tahu segalanya tentang Riku.

Hal yang menyebalkan adalah Tenn tidak mau menjelaskan lebih lanjut atau langsung menceritakan tentang ikatan yang mereka miliki.

Saat Riku mulai membawa arah pembicaraan ke arah sana, Tenn akan tersenyum lembut kemudian mencari topik baru atau memilih diam. Apa yang membuatnya bungkam?

Hal yang menyebalkan selanjutnya adalah kenyataan bahwa Riku mudah sekali teralihkan. Perjalanan yang baru dan mendapat kawan baru yang tahu segalanya membuat Riku terhanyut.

Another Story [VALIANT] (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora