Hubungan yang seharusnya tidak terjalin diantara mereka, penghianatan dan permainan yang mereka lakukan akankah membawa petaka atau membawa kebahagiaan?
Saling mencintai dan menginginkan satu sama lain membuat mereka nekat melewati batasan.
"Aku men...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jungwon menatap nanar pada ponselnya yang retak karena jatuh begitu saja dari tangannya. Bukan, dia bukan menyayangkan ponselnya melainkan pertanyaan Ni-ki yang terlalu cepat baginya.
Dia dan Ni-ki sudah bersahabat selama tujuh tahun dan baru menjalin kasih selama lima bulan yang lalu saat masih ada di Amerika.
Dia mengambil ponselnya kembali kemudian melihat apakah panggilannya masih tersambung. Dengan gemetar, dia mencoba menanyakan kepastian pada kekasihnya itu.
"Ha-halo? Ni-ki?"
"Kita bertemu di Carnival cafe." .
.
. Ni-ki mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, karena sudah malam jalanan pun terlihat sepi dan ia bisa leluasa melewati jalan tersebut.
Setelah satu setengah jam berkendara, dia akhirnya sampai di sebuah kafe yang menjadi tempat pertemuannya dengan Jungwon.
Kekasihnya yang bernama Yang Jungwon sudah menunggunya di bangku dekat jendela yang mengarah langsung ke taman kota. Terlihat Jungwon menopang dagunya sambil sesekali meminum jus yang dia pesan. Mungkin dia bosan karena menunggu lama.
"Apa kabar?" sapanya basa-basi, Jungwon mendongak kemudian mengangguk sekilas. Dia melirik Ni-ki yang mendudukkan dirinya di hadapannya.
"Aku baik."
Beberapa menit sudah berlalu namun belum ada yang berniat membuka percakapan.
"Jungwon... Bagaimana dengan tawaranku?" tanya Ni-ki memecah keheningan yang terjadi, terlihat Jungwon sedikit tersedak ludahnya sendiri saat Ni-ki langsung tothepoint menanyakan hal sensitif itu padanya.
Ni-ki masih menunggu jawaban dari Jungwon, sedikit menghela nafas saat Jungwon tak kunjung membalasnya.
"Jungwon... Bagaimana-"
"Apa kau bercanda?"
Ni-ki terdiam, ya... Apakah dia bercanda?
"Jawab saja."
"Kita baru menjalin hubungan selama lima bulan Ni-ki, dan aku rasa pertanyaanmu itu terlalu mendadak untukku." keluhnya.
"Apa kau benci padaku dan ingin meninggalkanku juga?" tanya Ni-ki lirih. Jungwon tertegun, sudah dua kali ini Ni-ki terlihat begitu rapuh dan kesepian. Yang pertama saat ibunya meninggal, dan yang sekarang entah karena apa yang pasti Jungwon tidak tahu.
