Ch. 11: Bicara

832 221 69
                                    

Oke, tarik napas dulu ....

“Can we just talk?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Can we just talk?”

Jujur dia capek kalau harus berdiri begini sementara cowok ini enggan memberinya kesempatan bicara atau minimal lepasin dululah pelukan sejak menyeretnya masuk kemari. Mereka harus bicara karena tujuannya kemari memang itu.

We need to talk,” pintanya memohon.

Si cowok menggeleng masih enggan untuk melepasnya. Malahan dekapannya semakin kencan, membuat Jisoo sesak dan kesulitan napas.

“Taeyong. Please?”

“Terakhir kali lo ngajakin bicara, itu nyakitin gue.”

Ia mendesah. “Okay. I promise I won’t hurt you.” Berharap cowok ini mau mendengarkan permintaannya, melepasnya sejenak dan mereka bisa saling bicara serius. “I can’t breath!” erangnya nyaris mati rasa kalau dia tidak segera merenggangkan pelukannya ini. Nggak habis pikir sama kemauannya yang sebetulnya suka ditebak.

Walaupun merenggangkan pelukannya, tetapi tangan itu masih setia memegangi tubuhnya. Takut sekali kalau gadis ini meninggalkan dirinya lagi bersama kejujuran atas keputusannya, bagaikan granat yang sudah meledakkan seluruh ekspektasi Taeyong terhadap hubungan mereka.

Jisoo menarik napas lega, memanfaatkan kebebasan ini untuk menenangkan degupan jantungnya dan memikirkan gimana dia akan mengawali pembicaraan seriusnya. Obsidian itu menatap lurus ke mata si lelaki yang tampak seperti berkaca-kaca, seolah tak menyangka bahwa dia sekarang ada di sini, berdiri di hadapannya. Mendatangi rumahnya untuk kedua kali. Sendirian pula.

Tapi jauh di lubuk hatinya Taeyong ketakutan setengah mati, khawatir kalau kedatangannya kemari hanya untuk melukai hatinya lagi. Membuatnya seperti orang lapar pada sesuatu dan diam-diam isi kepalanya sedang runyam mendebatkan skenario apalagi yang akan diberikan gadis ini untuk menjadikannya sebagai lelaki paling tidak diinginkan.

“Lo beneran seemosi itu?”

“Hm?” sahutnya segera terlalu cemas.

Netranya mengamati ke area kantung mata si lelaki di hadapannya yang belum ada sedikitpun perubahan itu, masih hitam seperti mata panda, dan guratan letihnya semakin jelas terlihat. “You beat someone yesterday.”

Dan—boom!

“Ah,” celetuknya sebelum mengidikkan bodoh amat. Dia tidak menyesali sedikitpun atas perbuatannya kemarin yang mengegerkan satu stadiun. “Jadi lo kemari cuma mau belain dia?”

Heran sebenarnya karena nada bicaranya yang terkesan mengintimidasinya. Jisoo menelan saliva lalu dengan percaya dia mengangguk. Tujuannya kemari selain karena ingin membela Jaewon yang tidak ada hubungannya dengan masalah mereka, dia juga ingin menghilangkan sumbu pendek lelaki ini.

Jisoo lelah, tapi harus menyelesaikan urusannya. “Tapi—”

“Halah. Bangsat. Ada tapi-tapian!” Lagi-lagi dia harus membuatnya terlonjak kaget begini karena bentakannya dan saking marahnya si lelaki sampai mendorong Jisoo.

Shameless 2.0 | taesoo [✔]Where stories live. Discover now