Ch. 17: Wajar kan?

747 210 61
                                    

“Brengsek! Orangnya mana?!”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Brengsek! Orangnya mana?!”

“Udah, Yong, gak usah emosi,” ujar Bobby menahannya kala tiba di kosan Yuta langsung ngumpat dan siap melanjutkan babak kedua menghajar cowok yang udah bikin ceweknya jadi kayak gitu.

Semenjak insiden ditarik-tarik paksa ikut lalu dibawa ke kosan Yuta biar merasa aman, Jisoo mendadak jadi patung, diam seribu bahasa dengan mulut terkatup rapat. Tatapannya kosong meratapi nasib tumpukan kertas hvs hasil kerja kerasnya beberapa bulan ini dan laptop basah kuyup, tergeletak ngenes di lantai. Pundaknya melorot tak mampu buatnya duduk tegak, terlalu berat beban yang dia pikul saat ini.

Membayangkan mengerjakan ulang tugas-tugas itu dengan nasib laptop yang dia sendiri kurang tahu apakah masih bisa dipakai lagi atau perlu di-service dulu, itupun kalau hardisknya masih aman beserta file-filenya. Belum lagi benda mini seukuran jarinya ikutan basah pula, yang biasanya dipakai buat nyimpen copy-an file tugas kuliah. Mengenali gimana nasib barang-barangnya yang kena hujan tadi, bahkan di luar sekarang masih hujan deras ditambah geluduk makin aja sering keluar bikin kondisinya makin runyam. Kedatangan Taeyong saja sampai tidak dia gubris saking serius memikirkan nasib tugas, nilai, dan kuliahnya nanti.

Taeyong sampai nggak berani buat masuk ke kamar itu lagi, bukan karena sikap diam Jisoo. Penyesalan kini menghujat dirinya. Sebagai cowoknya dia merasa kurang berguna bagi ceweknya. Apa-apaan siang tadi malahan tidur nyenyak di kamar si cewek alih-alih ngampus terus janjian buat mereka pulang kuliah bareng. Kalau dia rutin kuliah, pasti enggak ada kejadian begini.

“Bajingan.”

Bang Ceye sudah ganti atasan dengan kaus pinjaman Yuta, demikian tiga orang lainnya yang tadi ikut-ikutan menerjang hujan sehingga basah-basahan begitu kembali ke kosan, melirik ke Taeyong yang berdiri tak jauh dari tempatnya bersandar di tembok di luar kamar dengan rokok menyala di tangan kanannya itu.

“Lo jangan emosian dulu bisa?” tegur cowok itu usai mengepulkan asap dari mulutnya. “Cewek lo masih syok di kamar. Jagain dulu kenapa?”

Taeyong berhenti. “Gue gak bisa tenang sebelum balasin dendam ke tuh orang.”

“Udah gue pukulin wakilin lo tadi.”

Mau diwakilin pun sama saja dia merasa ganjil sebelum turun tangan langsung.

“Tenang dulu makanya. Masih ada waktu buat balas dendm, lo juga tau doi tinggal di mana. Nggak usah terburu-buru. Sekarang jatahnya lo ngelindungin cewek lo itu.” Bang Ceye melirik pintu kamar Yuta yang sengaja ditutup itu meski di dalam ada orang. “Doi lo syok di dalam. Bikin dia tenang dulu kek. Kasihan tuh.”

Taeyong mendesah panjang. Pundaknya sedikit rileks tidak setegang tadi. Memikirkan cara untuk balas dendam ke Changjo langsung bikin uap di kepalanya melepuh gregetan sampai lupa kalau ada cewek yang mesti dia jagain sekarang.

Dia langsung beranjak meninggalkan koridor kos-kosan itu, balik lagi masuk ke kamar, menemuinya yang senantiasa terduduk lemas di lantai dalam keadaan basah dari ujung kepala sampai kaki. Membuat napasnya tersedak di kerongkongan, gagal mengisi relung dan kawan-kawannya itu kala melihat mata sembabnya yang beruraian air mata.

Shameless 2.0 | taesoo [✔]Where stories live. Discover now