Ch. 18: Dari mulut ke mulut

889 211 70
                                    

Oke, tahan dulu ....

Mau ditinggal diam pun dia enggak bisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau ditinggal diam pun dia enggak bisa. Bikin keadaannya makin susah tidur semalaman. Ya, emang sih dari dulu dia udah kesusahan buat tidur cepet, tapi malam itu beda. Pikiran sama perasaannya berbeda dari biasanya. Teralihkan sama runtutan rencana yang Taeyong buat matang-matang.

Dari rencana A mendatangi langsung kosan pemuda itu. Rencana B menelponnya lalu mengajaknya bertemu. Rencana C dia bisa melaporkan polisi atas tindakan kurang menyenangkan namun dia juga butuh bukti. Alah, sama saja kok. Ada bukti belum tentu kasus diusut kalau enggak ada duit. Sialan!

Semua rencana itu Taeyong pikirkan untuk balas dendam. Buat dirinya juga buat Jisoo. Walaupun Bang Ceye bilang kalau sudah mewakilkan dirinya tetap saja hal demikian tidak membuatnya merasa tenang, malah yang ada dia semakin gelisah. Perasaan sesal dan merasa bersalahnya seolah menyuruhnya supaya tetap terjaga semalaman hingga esok hanya semata-mata untuk merencanakan aksi balas dendam.

Huh!

Taeyong sama sekali tidak merasa rugi kali ini saat terjaga sampai esoknya. Mau seberat apa pun mata dia paksa buat tetap bentir. Tiga gelas kopi dia teguk lagi, bikin tiga teman menggeleng  dan khawatir sekaligus. Pasalnya temannya itu belum tidur jika dihitung nyaris seharian penuh, terus malahan dia maksa ke kampus.

“Lo mendingan tidur aja,” kata Bobby mengikutinya sejak berangkat sampai kelayapan di jalanan kampus sekitaran gedung sipil. Cuma Bobby yang bisa menolong kalau terjadi sesuatu sama sobatnya ini, dua lainnya mana bisa kampusnya beda.

Pemuda itu tak menyahuti. Bibirnya lurus, ekspresinya kaku sepanjang langkah panjangnya itu menuju perkarangan luas yang dipenuhi mahasiswa-mahasiswi sipil saling keluar masuk dari pintu utama di gedung bertingkat lima tersebut. Taeyong menyelinap ke dalam tanpa dicurigai oleh siapapun jika mahasiswa dari fakultas tetangga itu hendak menimbulkan kehebohan nanti saat pas-pasan dengannya yang lewat tergesa-gesa.

Menaiki tangga demikian tak hati-hati, langsung menginjakkan kaki pada tangga kedua begitu seterusnya. Bobby di belakang pontang-panting sambil genggam hape dan menelpon temannya yang sekiranya di antara mereka semua ada di kampus. Sampai lantai dua gerombolan cowok-cewek yang ada di dekat tangga saling bertukar pandang bingung melihat sikap bermusuhan Taeyong yang mereka kenal sebagai buayanya sefakultas ekonomi itu, asal melewatinya tanpa pamit, bikin beberapa kepala menoleh dan mengikuti punggung kepergiannya.

“Punten yak, Mas, Mbak,” ucap Bobby saat melewati sambil nyengir lalu lari menaiki tangga menyusul Taeyong yang sudah jalan duluan di depan dan hilang dari di balik tingkungan. “Here we go!” Dia melewati satu tangga terakhir mencapai lantai tiga kemudian berlari mengejar sang sobat.

“Alamak.” Irisnya menatap ngeri saat Taeyong sudah berada dalam jarak dekat dengan gerombolan kecil mahasiswa sipil di depan ruang kelas itu. Mendekatinya tanpa ragu-ragu bahkan saat empat kepala itu menoleh bingung ke arahnya.

Shameless 2.0 | taesoo [✔]Where stories live. Discover now