Ch. 14: Ngedate, nih?

868 211 104
                                    

Hehehehe 🤏🏻

Rencana Taeyong ngajakin Jisoo keluar gitu harusnya dari sore tadi setelah cowok itu selesai menemui psikolognya jam limanan, tapi karena Jisoo punya janji duluan sama teman sefakultasnya akhirnya planning maju ke jam delapan sampai nobarnya itu s...

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Rencana Taeyong ngajakin Jisoo keluar gitu harusnya dari sore tadi setelah cowok itu selesai menemui psikolognya jam limanan, tapi karena Jisoo punya janji duluan sama teman sefakultasnya akhirnya planning maju ke jam delapan sampai nobarnya itu selesai.

Jisoo sebenarnya enggak expect juga mau ke mana, lebih-lebih dia orang yang gampang bingung buat pilih tujuan karena di kepalanya selalu ada banyak pilihan tempat bagus-bagus. Yang nambah buat bingung itu kadangpula dia mikir, “Gimana kalau Taeyong enggak suka tempatnya?” mengingat ketertarikan seseorang itu beda-beda. Lalu sekarang dia agak kaget begitu sadar kalau Taeyong mengajaknya ke tempat pertama mereka jalan berdua dulu.

“Oh? Ke sini lagi?” Dia menoleh setelah mengamati pemandangan di luar mobil yang masih berkendara tengah mencari tempat parkir.

“Pertama kemari ekspresimu masam,” lanjutnya , “dan berhubung keadaan kita lagi baik-baik aja. Kenapa gak ngulang?”

“Ngulang?” tanyanya merasa sedikit ganjil. Kalau diingat-ingat waktu pertama kemari berdua wajahnya memang masam, soalnya Jisoo pergi dalam keadaan terpaksa dan setengah hati. Lain cerita sama perasaannya sekarang.

Baru setelah dapat tempat parkir dan mobil berhenti, Taeyong kontan menoleh padanya sembari tersenyum. “I just wanted to make a beautiful memories with you in this place,” katanya lalu menarik tangan kiri Jisoo dan mencium punggung tangannya.

Pipinya spontam bersemu merah seperti tomat yang tengah berbuah matang kemerahan dan segar. Yeah, bisaan banget Taeyong ini bikin Jisoo mesem-mesem kasmaran dengan love language-nya itu.

Lantas si cowok mengajaknya turun dari mobil. Mengingat tempat parkir jaraknya cukup jauh juga dari kafe, mereka terpaksa jalan sedikit lebih lama sambil gandengan tangan. Enggak kayak pas pertama kali kemari jalannya saling jauh-jauhan seperti dua orang lagi musuhan.

“Kamu duduk dulu, sementara aku ke barnya.” Taeyong menyuruhnya untuk duduk duluan di bangku outdoor yang kosong, yang indoor sudah full dan seperti biasa tempatnya ramai apalagi malam-malam begini kan banyak banget pasangan sama gerombolan tongkrongan. Obrolan masuk dari telinga kanan dan kiri menyerbu indra pendengarnya tanpa non-stop, memaksanya harus mendengarkan banyak suara dalam waktu bersamaan. Suara tawa dan celetukan campur bersama iringan musik live band mengisi keramaian kafe malam ini.

Jisoo mengalihkan background di sekitarnya dengan mengamati sang bialala yang menjulang tinggi di ujung depan situ. Berputar perlahan mengikuti rotasi seiring lampu kerlap-kerlip penuh warna yang menghiasi badan raksasanya itu tampak jadi lebih cantik. Namun, perlahan bibirnya menekuk ke bawah tatkala menyadari langit malam ini mendung, sungguh berbanding terbalik dengan perasaan berbunga-bunganya sekarang.

“Kok cemberut?” tanyanya setibanya kembali dan duduk di kursi kosong di depannya itu yang kemudian diseret ke samping menempelinya.

“Langitnya mendung,” jawabnya.

Shameless 2.0 | taesoo [✔]Место, где живут истории. Откройте их для себя