Ch. 16: Apa maunya, sih?

941 211 65
                                    

Oke, tahan dulu ....

“Lo emang rutin ke perpus?” sapa si cowok jaket denim biru dongker tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Lo emang rutin ke perpus?” sapa si cowok jaket denim biru dongker tersebut.

Jisoo yang hendak menyimpan tas ke loker spontan menoleh kiri, mendapati sosok kakak tingkat menenteng tas ransel hitam kini berdiri di sampingnya ini. Sekarang dia enggak kaget-kaget amat kalau sering ketemu Jaewon di perpustakaan pusat. Bagi mahasiswa semester akhir apalagi mahasiswa abadi kayak cowok satu ini pasti lagi rutin-rutinnya absen ke perpustakaan demi skripsi, yang biasanya enggak pernah jadi rajin bolak-balik absen bertamu antara perpus pusat sama perpus fakultas.

“Cuma mau balikin buku aja, Kak,” jawabnya sambil menunjukkan tiga buku hasil pinjaman. Semuanya buku paket tebal-tebal, nggak heran kalau tasnya berat tadi pagi pas berangkat ngampus selain emang dia nenteng map isinya laptop sama print-printan skala.

“Balikin kok loker segala?”

“Ohh,” lanjutnya, “sekalian mau lanjutin ketikan bab tiga. Jadwal terakhir pinjaman hari ini, nah daripada kena denda mendingan balikin sekalian.”

“Ya udah, sini gue bantuin,” ujarnya asal mengambil alih tiga buku dari tangan si gadis ponytail. Bikin sosok itu mengerjap linglung, otaknya sedang memproses kebaikan si kakak tingkat yang kayaknya sudah berada di level berbeda ini bagi jaman sekarang yang sukar-sukarnya menemukan cowok baik dan super peka kayak si kating.

Hmm, tapi kalau dihitung-hitung kayaknya Jisoo baru nemu dua orang. Ya, Johnny sama Jaewon.

Taeyong? Bukan.

Jaewon duluan masuk seraya membawakan tiga buku paket pinjaman Jisoo. Sementara si gadis  menyusul setelah mengunci loker, menyimpan kunci di saku celana lalu ikut mengantri di belakang cewek kerudung putih.

“Mendingan lo cari tempat duduk aja, tapi KTM-nya titipin gue dulu. Kalau lo pergi terus balikinnya gimana coba?”

“Emang nggak ngerepotin Kak Jaewon?”

“Ngerepotin banget. Habis ini lo traktir.”

“Eh?”

Jaewon tersenyum geli lalu menggeleng samar. “Nggak kok. Lagian sekalian gue juga mau balikin buku.”

“Ohh,” balasnya kemudian mengeluarkan kartu mahasiswa bukan miliknya dari dompet, itu milil Nayeon yang dipinjam soalnya punyanya ketahan di perpus fakultas. Memberinya tanpa ragu sedikitpun padahal dibilang dekat juga enggak. Barangkali karena pribadi Jaewon kalem, kadang agak usil dan tengik, tapi cowok ini sosok yang gampang buat dipercaya sama seseorang sekalipun baru kenal beberapa minggu.

“Jis,” panggilnya sebelum gadis itu meninggalkannya. “Jangan bangku tengah, gak suka.”

“Gue biasanya di dekat jendela—”

“Jangan di situ juga, nggak bakalan fokus,” potongnya.

Jisoo jadi bingung. Terus kalau enggak di situ, mau ke mana coba? Belum ada tempat di perpus pusat yang membuatnya nyaman. Tempat favoritenya sejak menampakkan kaki kemari dekat jendela raksasa sayap Utara, dekatan rak-rak buku khusus jurusannya dengan panorama ciamik, latar belakangnya berupa gedung kampus dan lapangan parkiran untuk mahasiswa hukum sama teknik yang selalu dikenal akrab sebagai jurusan boyband—alias penghuni dari dua jurusan itu rata-rata punya visual top markotop kayak member boyband yang mukanya kinclong.

Shameless 2.0 | taesoo [✔]Where stories live. Discover now