Ch. 23: Gelisah (4)

635 177 25
                                    

Oke, tarik napas dulu ....

Jisoo melangkah melewati teras rumah dengan langkah ringan, beda sama Taeyong yang cenderung setengah hati semenjak obrolannya di teras belakang rumah Tante Dara, pikirannya langsung berkecamuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jisoo melangkah melewati teras rumah dengan langkah ringan, beda sama Taeyong yang cenderung setengah hati semenjak obrolannya di teras belakang rumah Tante Dara, pikirannya langsung berkecamuk. Resah berkepanjangan ini membuatnya tak tenang sedikitpun. Ada sebongkah batu besar yang mengisi relung hingga sesak yang dirasanya.

Ya, gimana dia mau tenang kalau terus kepikiran akan kelanjutan hubungan mereka ini. Belum juga mereka menjalin hubungan lama, cobaan terus datang silih berganti tak ada henti-hentinya. Membuatnya kadang ragu untuk tetap mempertahankan hubungannya, mengingat kalau gadis itu telah memiliki rencana lain satu tahun ke depan tanpa dirinya.

Harusnya Taeyong sadar kalau sedari awal eksistensinya memang belum pernah sampai ke Jisoo. Gadis itu sudah mengingatkan berulang kali selama ini bukan? Kalau dia bukanlah prioritas utamanya, sekalipun setelah mereka pacaran. Tetap saja Taeyong ngotot mendekatinya, seolah-olah bisa mengubah prioritas itu jadi miliknya.

Realitanya? Nihil.

Taeyong bukan apa-apa sekarang ataupun nanti satu tahun ke depan. Hubungan mereka ini seperti hanya sebatas status belaka, mungkin untuk menyenangkan dirinya yang dulu kelewat marah waktu diputuskan sepihak. Dipikir-pikir juga cuma dirinya yang rutin mengutarakan perasaan, gadis itu jarang mengatakannya. Jisoo hanya merespon lewat gesture tubuh alih-alih ucapan.

Langkahnya berhenti di tengah jalan menemani si gadis menuju rumah masa depannya. Tatapan itu lurus mengamati punggungnya yang perlahan meninggalkannya di belakang. Si gadis tak menengok belakang atau sadar kalau dia mulai berhenti mengikutinya.

Sepasang fantofel abu-abu tersebut mengiringi langkah ringan Jisoo yang penuh antusias tinggi mendekati bangunan rumah lantai satu yang memiliki dua perpaduan warna putih dan coklat. Kunci yang berada di genggamannya ikut menari seiring goyangan tangannya.

“Jisoo.”

Barulah dia menoleh belakang dan sadar kalau Taeyong tertinggal di belakangnya, berdiri canggung di depan pintu pagar rumah di antara keraguan hati yang tengah menguasainya. Melihat wajah antusias Jisoo kini campur raut bingung melihatnya bergeming jauh di depan matanya dan ingin tahu kenapa dia berhenti di sana alih-alih ikut bersamanya.

Taeyong kemudian melihatkan senyum. “Kamu masuk dulu aja. Aku mau keluar sebentar.”

Jisoo menyipit ragu membalas tatapannya. “Ke mana?”

“Mini market,” kilahnya sengaja bohong, padahal enggak tahu juga mau ke mana. Yang dipengenin cuma menjauhi Jisoo dari sekarang. Cukup sebentar saja. Dia butuh privacy buat mikirin semua matang-matang, kalau tetap nekat mengikutinya nanti dia mudah ke-trigger sama ucapannya.

Daripada menyakitinya lewat emosi semata yang tak terkendali, alangkah baiknya dia menjauhinya sebentar.

“Tahu tempatnya?”

Shameless 2.0 | taesoo [✔]Where stories live. Discover now