03. Brownies.

4.6K 575 28
                                    

Jam istirahat pertama hampir berakhir, tapi Haidar merasa tenggorokannya kering setelah makan beberapa potong brownies yang dibawa Farel. Dia pesan satu gelas air dengan batu es dan langsung disanggupi dengan penjual es di kantin.

"Neo coffee satu ya kak, jangan ditambah susu." Satu siwa kelas dua belas baru saja datang sambil menyodorkan sejumlah uang pada kakak penjual.

Haidar menoleh ke arah kakak kelas yang jelas ia kenali. "Eh, Bang Mara."

Uang milik Mara diterima oleh kakak penjual, lalu ia menggunting bungkusan kopi yang dipesan Mara. Orang yang disapa oleh Haidar itu tersenyum, "belum masuk kelas?"

"Belum, guru hari ini sering masuk telat." Haidar menjawab sambil menerima satu gelas minuman dari kakak penjual. Dia sedot beberapa kali cairan dingin itu.

Mara mengangguk untuk menjadi respon jawaban Haidar. Dia lihat adik kelasnya tadi melangkah pergi ke arah satu meja yang diisi dua anak lain.

Setelah menerima kopinya, Mara langsung menyusul Haidar. Menyapa tiga orang adik kelas yang terlihat asik berbincang.

"Halo Bang Mara. Mau brownies ga?" Farel menyapa lebih dahulu ketika menangkap kakak kelasnya mendekat. Dia sodorkan satu kotak bekal yang berisi potongan kue coklat. Mara ambil satu potong, lalu memakannya.

"Gimana bang? Enak kan? Ini gue buat sendiri." Farel senang melihat Mara yang terlihat kaget dengan rasa brownies miliknya.

Mara mengangguk, dia tarik kursi yang ada di sebelah Hanan lalu duduk disana. "Enak Rel. Ini serius bikin sendiri?"

"Iya serius. Mau pesan ga bang? Gue open pre order, nih." Farel menunjukkan senyum yang teramat lebar, berharap Mara setuju untuk memesan.

Mara terkekeh, lalu mengangguk, "iya, gua pesen satu loyang aja ya. Buat dicicipin ke temen sekelas, biar sekalian tenar juga nih kue." Dia kembali mengambil satu potong kue, lalu menyuapinya ke dalam mulut.

"Wiiihhhhhh keenakan di Farel dong, bang. Minta bagi hasil sabi itu." Haidar berujar dengan mulut yang masih sibuk mengunyah, mendapat tatapan sebal dari Farel yang duduk di sebelahnya.

Pemuda yang terkenal dengan suara beratnya itu memukul bagian belakang kepala Haidar. "Buat modal aja gue ga punya, anjir."

Haidar meringis, sedikit memberi reaksi lebih pada pukulan Farel. "Sinting, sakit bener. Ntar kalau gua mati gimana?"

"Lo mati gue tinggal motong kambing, syukuran."

"Hush!" Hanan menendang kaki Farel yang berada di bawah meja. "Ga baik ngedoain orang lain begitu."

"Noh, dengerin tuh." Haidar menyahut, sedikit mencibir pada Farel yang kini menjauhkan kotak brownies dari pemuda tan di sebelahnya. Dia peluk kotak itu di dada.

Mara sejak tadi hanya tertawa menyimak pertengkaran kecil yang hadir diantara adik kelasnya. Mata pemuda itu tanpa sengaja melihat Rian dan Jamin yang memasuki kantin, berjalan ke arah penjual minuman.

"Rian! Jamin!." Tangan Mara melambai pada dua anak laki-laki yang segera menoleh.

Rian mengangkat dagu, "kenapa bang?" sedikit berteriak, karena jarak mereka yang lumayan jauh.

Haidar langsung menunduk setelah Rian menoleh ke arah mereka. Dia mencuri-curi pandang pada kakak kelasnya yang tetap nampak menawan dengan rambut yang tidak serapi tadi pagi, lalu kemeja putih yang sedikit kusut di bagian pinggang.

"Kesini bentar, ada brownies." Mara menunjuk sekilas ke arah Farel yang sudah tidak memeluk kotak makannya lagi. Kini semua penghuni meja fokus pada dua siswa yang diajak Mara untuk bergabung.

BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang