05. Suasana Kantin.

3.5K 512 24
                                    

"KANTIN LAGI KANTIN LAGI. KENAPA SIH?"

Farel meletakkan piringnya di atas meja dengan tidak ikhlas. Membuat beberapa penghuni kantin; termasuk Rian yang sedang duduk di kursi paling sudut menoleh.

Haidar berdesis, menyenggol lengan Farel. "Berisik astaga. Siapa suruh lo ngadu laper ke gue?" bisiknya tepat di telinga pemuda blasteran itu.

Hanan sudah duduk lebih dulu, mulai menyantap makanan yang ada di piring. Haidar bersyukur temannya yang satu ini tidak banyak tingkah seperti Farel. Dia tahu sebenarnya Farel cuman menyindir Haidar yang masih belum berani mendekati Rian.

Mereka duduk bersebelahan. Mulai makan menu masing-masing, tapi Farel lebih fokus memperhatikan Rian yang duduk di sudut. Sedikit ke belakang dari tempat mereka duduk.

"Wih, Bang Rian dikerumuni cewek." Farel mencondongkan badan ke Haidar, kepalanya menoleh ke Haidar sebentar, lalu kembali melihat meja Rian.

Haidar awalnya tidak mau melihat, tapi tetap saja dia penasaran. Alhasil, melihat Rian yang sedang duduk memegang gitar sambil beberapa perempuan yang modus menanyai kunci gitar pada pemuda itu.

Sekarang jam istirahat kedua, mungkin karena itu Rian tidak makan apapun di kantin. Dia meladeni setiap pertanyaan adik-adik kelas yang kentara sekali sebenarnya cuman modus. Jericho dan Benjamin datang sambil berujar rusuh, terutama Jamin.

"Hop hop, minggir dulu dek. Ini kursi abang."

Walaupun kemarin Haidar sempat kepanasan melihat interaksi Jamin dan Rian, tapi kali ini dia senang dengan kedatangan kakak kelasnya itu. Dua pemuda yang baru datang membuat jarak para perempuan dari Rian, bahkan ketiganya.

Jeri meminta gitar miliknya yang dipegang salah satu adik kelas. Memetik senar beberapa kali, lalu membenarkan kunci gitar.

"Nah, mau nyanyi apa?" Jeri menepuk sekali gitarnya untuk menarik perhatian orang-orang di dekat sana.

"Gue lagi pengen nyanyi lagu Keterlaluan." Jamin menyahut sebelum satu anak perempuan angkat bicara.

Sahutan Jamin mendapat hadiah helaan nafas dari Jeri, "itu mulu. Bosen."

Jamin hendak mengeluarkan protes pada Jeri, tapi lebih dulu Rian memetik senar gitarnya. "Udah, ayo lu yang nyanyi." ucap Rian pada Jamin.

"Kamuu." Jamin mulai bernyanyi, beberapa penghuni kantin terdiam. Kecuali Haidar yang malah mengeraskan benturan piring dan sendok miliknya.

"Kenapa?" Rian menyahut, bercanda. Dia tersenyum ke arah Jamin yang mengerutkan dahi.

Haidar di tempatnya sudah menggigit sendok keras-keras. Farel yang sadar langsung menarik sendok itu dari mulut Haidar, takut nanti temannya diminta ganti rugi kalau sendok ibu kantin rusak.

"Bukan putri raja." nyanyian kembali dilanjut oleh Jamin, diikuti beberapa anak lain.

"Putri malu." Rian kembali menyahut sambil memetik gitarnya. Jeri ikut bermain mengikuti irama yang dibawa Rian.

"Daan.." Nyaris setengah kantin mulai ikut bernyanyi, bahkan Farel. Hanan masih fokus mengunyah.

"Dan?" Rian menyahut lagi.

"Juga bukan cinderella."

"Sinder bolong sia mah." Kali ini Jeri yang menyahut, anak itu tertawa setelahnya.

"Tapi mengapa kau buat aku gila?" Jamin jahil menarik dasi Rian yang masih rapi di kerah, mendekat ke pemuda itu.

"Ga usah deket-deket, bau jigong." ucap Rian sambil mencondongkan badan ke belakang.

BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang