25. Latihan Futsal.

2.2K 355 18
                                    

Hari ini untuk pertama kalinya anggota baru di tim futsal latihan. Haidar selaku salah satu dari puluhan orang yang mendaftar memasrahkan diri untuk datang. Sebenarnya dia malas, tapi terpaksa karena senior di tim futsal adalah Benjamin. Teman Bang Rian yang sepertinya paling dekat dan paling dituruti Rian selain Jericho.

Setidaknya Haidar harus bisa mengambil hati Bang Jamin dulu sebagai langkah pertama mengejar Bang Rian. Namun, jika Haidar merasa tidak nyaman berada di ekskul itu, dia akan keluar.

Dia berangkat menggunakan bus. Bukan menuju sekolah, melainkan ke lapangan futsal yang lokasinya tidak terlalu jauh dari sekolah. Sesampai disana, Haidar mendapati lapangan masih sepi. Hanya beberapa senior juga Benjamin yang duduk di tribun.

Pemuda yang wajahnya lumayan manis itu tersenyum ke arah Haidar. Dia angkat buku yang tadi berada di pangkuan lalu dilambaikan guna menarik perhatian si adik kelas.

"Haidaar! Absen kesini dulu."

Dengan langkah cepat yang dipanggil segera mendatangi kakak kelasnya. Menerima uluran buku juga pena lalu duduk di sebelah yang lebih tua.

"Langsung tanda tangan ya."

Haidar mengangguk. Dia langsung menulis nama dan menggoreskan tanda tangan disana. Jamin tersenyum sembari kembali menerima buku absen tadi.

"Lo anak kelas sepuluh yang datang pertama. Mau hadiah ga?"

Ucapan Jamin membuat Haidar bingung.

"Hadiah apa?"

"Apa aja. Udah jadi tradisi di futsal kalau ada anggota baru yang datang duluan dari anggota baru yang lain pasti dapat hadiah dari senior. Terserah mau minta apa, tapi jangan minta dikerjain tugas ya." Pemuda itu terkekeh di akhir kalimat.

Haidar tersenyum, selanjutnya menggaruk bagian tengkuk sebelum menjawab kalimat Jamin.

"Tapi gua ga tahu mau apa. Gimana Bang?"

"Minum aja mau?"

"Boleh deh."

"Oke, besok atau nanti ditraktir ya."

Perhatian Jamin teralih saat ada satu anggota yang datang menghampiri. Dia serahkan buku absen lalu dibawa oleh orang itu keluar area lapangan. Haidar melihat punggung seseorang yang kemungkinan seniornya yang lain menghilang di balik daun pintu.

"Itu Bang Hendra. Dia kelas dua belas."

Haidar mengangguk setelah mendengar penjelasan Jamin. Sepertinya orang ini cukup peka karena baru saja Haidar memang hendak bertanya.

"Waktu SMP lo masuk futsal juga atau baru pas SMA ini?"

Jamin mengalihkan topik pembicaraan mereka setelah dirasa Haidar tidak akan mulai bicara. Suasana canggung amat mengganggu bagi pemuda yang lebih tua.

"Baru SMA ini ikutnya. Tapi, gue memang bisa main futsal."

"Oohh gitu, oke oke. Biasanya ikut ekskul apa memang?"

"Ga ada. Cuman pramuka, itupun karena wajib."

Kalimat Haidar mengundang tawa dari yang lebih tua. Sedikit banyak dia paham seterpaksa apa Haidar memasuki ekskul bernama pramuka. Yah, dia sendiri juga tidak suka dengan ekstra kurikuler yang satu itu. Haidar ikut tertawa beberapa saat, lalu keduanya hening.

"Kondisi perutnya gimana Bang?"

Jamin refleks menyentuh bekas jahitan yang ada di perutnya. "Udah lumayan aman, tapi ntar gue belum bisa ikut main. Datang kesini juga karena bosen di rumah."

Haidar mengangguk paham. Dia alihkan perhatian dari perut Jamin ke arah lapangan. Sudah ada beberapa orang yang mulai pemanasan disana dan Hendra sudah belasan kali mondar-mandir sambil membawa buku absen. Perhatian Haidar kembali teralih ketika seseorang yang tidak ia duga datang sambil membawa satu kantong belanja dari salah satu minimarket. Di belakang pemuda itu ada seseorang yang sedikit banyak mirip dengannya—nampak kesal sambil membawa satu kotak minuman gelas.

BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang