33. Ternyata Ngeselin.

2.8K 374 53
                                    

Rian masuk ke dalam kelas dengan suasana hati yang kurang bagus. Ekspresinya tidak bersahabat dan aura khas orang lesu menguar kemana-mana. Seperti ada bocah yang baru saja merusakkan mainan kesayangannya.

Pemuda itu duduk lalu merebahkan kepala di atas meja. Benjamin melihat dari meja guru, dia tengah asik memakan setangkai lolipop hasil meminta dari salah satu siswi.

"Utututu, Iyan ganteng kenapa cemberut?" tanya Jamin. Mendapat respon kekehan geli dari beberapa siswi di kelas. "Iri kan kalian? Mau manggil Rian ganteng tapi gengsi, soalnya temen sekelas." Jamin mencibir.

"Dih, mending gue gangguin Haidar. Lebih ganteng." Salah satu siswi bersuara.

"Gantengan gue." Jeri menyahut. Kepalanya yang tadi ditutup jaket sudah tegak sempurna. "Hahaha, kalau kata gue kalian mending cepat-cepat move on. Jangan ngarep bisa deketin Haidar."

Benjamin memutar lolipop di dalam mulut sebelum mengeluarkannya. "Wih, kenapa tuh?"

"Waduh, kenapa ya?" Bukannya menjawab, Jericho malah balik melempar tanya.

"Ya soalnya modelan Maraka aja ditolak apalagi kalian." Benjamin menjawab lalu lolipop kembali dimasukkan ke dalam mulut.

Jericho tertawa di kursinya, dia sampai menepuk paha Rian sekali karena terlalu lepas tertawa. Membuat yang lebih tua beberapa bulan itu meringis sebal.

Keributan di kelas berlanjut dengan sesi tanya jawab pada Benjamin. Gadis-gadis itu penasaran, kapan dan bagaimana kejadian penolakkan Maraka. Pasalnya, sejak mereka di masa mereka orientasi tidak pernah ada gosip kalau Kak Mara ditolak seseorang. Kalau Kak Mara yang menolak sih banyak.

Rian menegakkan tubuh karena merasa risih dengan kebisingan kelas. Dia menghadap Jeri. "Gue mau cerita, deh."

"Apaan?"

"Tadi kan gue ga sengaja selisih sama Bang Mara terus dia kaya ga ngeliat gue. Padahal biasanya heboh banget kalau nyapa. Kenapa ya?"

Jeri tidak menjawab, dia mengangkat bahu sebentar.

Rian diam untuk berpikir, "kayanya emang bener gue ada salah sama Bang Mara."

"Perasaan lo aja kali. Bang Mara biasa aja kok gua liat-liat." Jeri refleks menjawab cepat. Malah membuat Rian semakin yakin dengan asumsi sendiri.

"Mana ada biasa. Tadi pas selisih aja buang muka gitu." Rian menegaskan.

"Kalau gitu mungkin muka lo bikin muak."

Rian terdiam lagi, dia langsung menyentuh wajahnya. Jeri segera terkekeh lalu memasang senyum lebar karena melihat Rian menanggapi ucapannya dengan serius, ia rangkul sahabatnya.

"Bercanda kawan. Bang Mara ga kenapa-napa, dia cuman lagi ada masalah hati. Lo sendiri tahu, kan? Orang kalau lagi bete pasti ada-ada aja tingkahnya yang bikin kita ga enakan." Beberapa tepukan Jeri daratkan di pundak Rian. "Udah, ah! Jangan mikir yang aneh-aneh."

"Emang gue mikir apaan? Orang marah kan bukan sesuatu yang aneh."

"Ga tau, Haidar kali." Jeri menjawab asal.

"Lah?"

"HAHAHAHAAHA." tawa Jeri kembali pecah. Kini dia sampai memegangi perut dan memukul permurkaan meja.

 Kini dia sampai memegangi perut dan memukul permurkaan meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang