37. Waktunya Curhat.

1.9K 305 23
                                    

Nafas Jericho tercekat ketika Mara mendorongnya ke tembok setelah mencengkram kerahnya. Emosi marah yang lebih tua nampak kentara.

"Maksud lo apa?"

Yang ditanyai tersenyum, dia sentuh pergelangan tangan Mara. Mungkin bisa saja lehernya dicekik tiba-tiba.

Mara menggeram. Emosinya naik sampai ubun-ubun ketika sadar Jeri menipunya.

"Lo bilang Rian suka Haidar, tapi ternyata dia aja nggak tahu tentang Haidar yang suka sama dia."

Cengkraman di kerah seragam Jeri dipererat, membuat pemuda bermata sipit itu berjinjit. Sebenarnya Jeri lumayan takut, tapi melihat Maraka yang seperti ini malah membuatnya makin berdebar.

"Gua nggak bohong."

"Bohong!" Mara menghentak genggamannya hingga membuat punggung Jeri kembali membentur dinding.

Mereka berada di dalam toilet sekolah yang baru setengah jadi. Mara menyeret Jeri ketika mereka tidak sengaja berselisih sepulang sekolah.

"Aduh, tenang dulu." Jeri berusaha melepaskan cengkraman di kerahnya, namun gagal. "Gua sama sekali nggak nipu. Malah kayanya Rian tuh yang nipu."

"Maksud—"

"Emang bener dia nggak suka sama Haidar?" Jeri langsung memotong ucapan Mara, nadanya sedikit ditinggikan.

"Sebelum sama Hera juga dia bilangnya nggak tertarik, tapi ujung-ujungnya jadian juga, kan?"

Tangan Jeri masih sibuk melepaskan kerah dari genggaman Mara.

"Tapi kalau lo nggak bilang Rian suka sama Haidar, gua nggak bakal nyerah buat deketin dia, Jer."

"Gua mana rela, Bang! Gua suka sama lo."

"Gua nggak!" Mara berteriak. Suaranya bergema di setiap sudut toilet. Dadanya kembang kempis.

"Jeri." Satu tangan Mara beralih mengcengkram rahang Jeri. "Berhenti ganggu gua. Biarin gua deketin Haidar lagi."

"Nggak."

"Jeri!"

Mata yang lebih muda mulai berair. Tubuhnya gemetar karena kesusahan menahan tangis. Mara menghela nafas, dia melepas rahang dan kerah pemuda itu lalu menjaga jarak.

"Plis, gua nggak mau benci sama lo, Jer."

Jeri mengusap matanya.

Maraka hendak melangkah pergi namun lengannya segera ditarik.

"Gua suka banget sama lo, Bang. Nggak bisa ya sekali aja lo ngeliat gua?"

Mara menarik tangannya perlahan lalu melangkah pergi tanpa menoleh sedikitpun. Jericho menunduk dalam sembari biarkan air matanya keluar semakin banyak.

Benjamin yang tadi iseng mengikuti berdiri di depan pintu masuk. Tadi dia sudah ketahuan menguping oleh Maraka.

Jamin terkekeh maklum mendapati sahabatnya kesusahan menghapus air mata. Dia mendekat untuk merangkul pundak lalu mengusak helaian rambut Jeri.

"Huu, anak kecil nangis. Ayo sini gua traktir beli es."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang