2-Streeesss

360 38 6
                                    

"Weh, kalian mau ke mana?"

Taufan dan Gempa berhenti, keduanya berbalik, menemukan Blaze yang berdiri di satu anak tangga terakhir.

Taufan nyengir sebelum menjawab, "Kami mau bantu Tok Aba di kedai. Katanya lagi ramai pengunjung."

"Kenapa? Mau ikut?"

Ditawari Gempa, Blaze tentu saja mengangguk semangat. Baru saja dia hendak kembali ke kamar bersiap, suara Taufan menghentikannya.

"Tapi, bantu kerja lho, bukan main."

"Yah, gak jadi deh." Blaze terduduk lesu. Niatnya ke kedai hanya untuk main. Tapi, sepertinya mustahil jika ada Halilintar dan Taufan mode 'bekerja keras'.

Gempa geleng-geleng sembari tertawa kecil. "Cuma sebentar kok. Apalagi kalau banyak yang bantu."

"Ah, mager. Besok juga guliranku jaga kedai." Blaze memonyongkan bibirnya, mirip seperti paruh bebek.

"Woi, kalian berdua! Cepatan!" suara galak Halilintar menyapa indra pendengaran. Taufan buru-buru menarik Gempa keluar rumah, mengabaikan Blaze yang makin pundung ditinggal Taufan.

Blaze menghela napas. Rumah jadi sunyi. Ice sudah terlelap di kamar sedari tadi. Tidur dengan anteng memeluk boneka paus. Solar berada di kamarnya, sedang sibuk berkutat dengan pelajaran ilmu alam. Blaze heran dengan saudara narsisnya itu. Masa sangat terobsesi dengan pelajaran ilmu alam. Blaze saja melihat nama-nama ilmiah lalu hitungan-hitungan sudah pusing. Lupakan saja. Blaze bosan sekarang.

Suara pintu tertutup dari lantai dua membuat Blaze menoleh ke belakang. Mendapati Duri dengan wajah bantal. Ia menguap, segera ditutup dengan telapak tangannya. Blaze melebarkan senyum. Kalau bukan dengan Taufan, maka Duri pun bisa diajak jalan-jalan.

Blaze segera berdiri. Berlari menaiki tangga menuju Duri.

"Duri! Kita keluar main, yuk!"

Duri tersentak kaget. Jantungnya jadi berdegup kencang. Melepas napas pelan, membuat jantungnya kembali stabil, Duri segera menggeleng. Membuat senyum Blaze luntur.

"Nggak mau. Ngantuk."

Duri berjalan menuruni tangga. Diekori Blaze yang merengek.

"Ayolah Duri. Bukannya kau sudah lama tidak keluar rumah? Tenang saja, ada aku! Aku akan membawa merica untuk jaga-jaga!"

Duri sekali lagi menggeleng. Dia memang takut keluar. Tapi, bukan berarti tidak percaya dengan Blaze yang bisa menjaganya. Duri hanya ngantuk. Dia terbangun kembali berkat mimpi buruknya.

"Duri ngantuk," lirihnya. Mengusap mata. Segera melabuhkan punggung pada sofa.

"Jangan jadi kayak Ice, dong! Cukup Ice aja yang hobi tidur. Jangan kau juga!" Blaze merengut.

Melihat mata Duri yang hendak kembali menutup, Blaze segera memegang pundak Duri dan menggoyang-goyangkan tubuh Duri.

"Duri bangun, jangan tidur! Ayo kita main ke luar. Nanti, malam kau susah tidur lho!"

Duri sudah pusing, tambah pusing digoyang Blaze. Dia segera menghentikan perbuatan Blaze, memegang tangan saudaranya itu. Wajahnya menunjukkan riak kesal. Dia cemberut, saat Blaze hanya terkekeh.

Look At Me, Please! [BoBoiBoy Siblings]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang