3-Mawar Tak Berduri

345 42 2
                                    

Bagi saudaranya, Duri adalah seekor kucing kecil tak berdaya yang harus menanggung banyaknya beban di punggung. Bekas trauma dari penculikan itu hingga sekarang pun masih menghantui Duri. Untuk mencegah Duri mengalami serangan panik tiba-tiba saat di jalan, juga menghimbau terjadinya kembali hal di masa lalu, Tok Aba dan Amato membuat kesepakatan. Tidak ada yang boleh keluar tanpa adanya orang dewasa yang menemani setidaknya satu orang.

Namun lambat-laun peraturan itu mulai tak lagi diterapkan. Terutama ketika Amato memilih menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Sejak menjadi ketua OSIS, Gempa memilih pulang sendiri, meski ditentang Halilintar. Dia berjanji tidak akan pulang lewat dari jam lima. Kebiasaan Ice yang mudah lelah, membuatnya memilih pulang sendiri. Menunggu hanya menguras energinya. Terutama menunggu Blaze dan Taufan yang merengek ingin main basket sebelum pulang. Begitu pula Halilintar yang mulai disibukkan ekskul beladiri dan Solar yang menghabiskan waktunya di laboratorium.

Dan Duri. Duri satu-satunya dari mereka bertujuh yang mengikuti perintah ayahnya. Meski hanya pulang dengan saudaranya.

"Ice, ayo beli es krim!"

Duri menarik tangan Ice. Dia meloncat riang menuju Pakcik Kumar. Ice pasrah saja ditarik Duri.

"Ice mau rasa apa?" Duri menoleh pada Ice yang memperhatikan bak dingin yang berisi Pelbagai jenis dan rasa es krim.

"Vanila aja. Duri mau apa?"

"Eh?" Duri cengo. Padahal dia yang tadi bertanya. Tapi, melihat Ice yang mengecap mulutnya, Duri segera berseru, "Duri mau rasa coklat sama matcha!"

Ice menoleh pada Duri, dahinya berkerut. "Matcha? Pahit dikit. Emang mau?"

Duri mengangguk cepat dengan binar yang terbingkai di mata besarnya. "Warna matcha hijau, Duri suka hijau!"

Ice geleng-geleng sembari tertawa kecil. Lalu segera memesan pada Pakcik Kumar yang sudah mulai masam wajahnya menunggu.

Selagi menunggu, Duri mengedarkan pandangannya. Matanya terpaku pada sebuah pot bunga yang ditumbuhi bunga mawar. Duri tidak ingat jika ada bunga mawar di pinggir trotoar. Ia berjalan mendekat, berjongkok di depan bunga tersebut.

"Eh, kukira mawar itu punya duri."

Mawar itu indah. Berwarna merah. Melambangkan cinta. Dan Duri menyukainya. Dia baru pertama kali melihat bunga itu dari dekat. Dan baru ia sadari mawar itu tidak memiliki duri. Duri mengulurkan tangannya, memegang mawar itu yang terlihat begitu indah pada maniknya.

"Duri, ini es krimmu. Ayo kita pulang."

Duri mendongak, mendapati Ice memegang tiga es krim dengan kesulitan. Segera dua es krim itu berpindah tangan. Duri mengikuti Ice saja yang berjalan lebih dulu. Pikirnya melayang jauh, tentang mengapa mawar merah itu tidak memiliki duri. Setahu Duri, mawar itu adalah jenis tanaman yang melindungi dirinya dengan duri.

Duri sudah tahu itu sejak SD! Duri membatin, wajahnya merengut, dahinya berkerut di antara dua kening, mulutnya maju beberapa senti.

"Duri, bisa kau berjalan lebih cepat?" Ice mengangkat tangannnya, melindungi wajahnya dari terpaan matahari. "Mataharinya terik banget, panas. Kita harus cepat sampai rumah."

Duri mengangguk cepat. Lantas melakukan langkahnya agar berada di sebelah Ice. Dia tersenyum lebar saat Ice menarik tangannya agar tidak tertinggal lagi di belakang.

Ah, cuaca hari ini memang panas, sampai satu es krimnya meleleh sampai mengenai tangannya.

=••=

Sampai di rumah, Ice segera menghempas tubuhnya ke sofa. Lalu dengan segera dengkuran halus keluar dari mulutnya. Duri mencebik melihat itu. Ice tanpa mengganti baju sudah menyeburkan diri ke alam mimpi. Duri segera menaiki tangga, menuju kamarnya, untuk mengganti baju.

Look At Me, Please! [BoBoiBoy Siblings]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora