Cp. 11 Akiko Intuition

373 77 1
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Ayah sungguh tak apa jika aku bepergian jauh?"

Asahi berdiri di samping Ayahnya yang tengah mempersiapkan makan malam mereka di dapur, pria bertubuh tegap, tidak terlalu besar namun tidak terlalu kurus, Hamada tengah memotong beberapa sayuran dari kebun kecil milik Asahi di pekarangan depan.

"Kurasa Ayah tak punya alasan untuk melarangmu, lagi pula kau sudah mulai beranjak dewasa." Ucap Hamada.

"Aku masih tidak begitu mau makan sayur dan Ayah menyebutku mulai dewasa?" Ucap Asahi memanyunkan bibirnya.

Hamada terkekeh, "Tidak semua orang bisa memakan semua makanan."

"Aku masih naif."

"Memang."

Asahi menatap Ayahnya kebingungan setengah melotot, "Sebenarnya bagaimana Ayah melihatku?"

Hamada tertawa, meletakkan pisaunya sebentar dan menatap sang anak. "Kau seperti Ibu mu. Dia baik, ceria, tapi naif dan lugu." Ucap Sang Ayah, memasukkan potongan sayur ke dalam tungku, tak lupa memasukkan beberapa potong kayu ke dalam lubang api dibawahnya. "Dan terkadang membuat dirinya kesulitan sendiri."

Asahi diam sejenak, ia meremas ujung kaos lengan pendeknya. "Jadi aku sungguh boleh ikut dengan Daeho dan Jaehyuk?"

Hamada tersenyum, "Boleh saja, selama kau tak membahayakan dirimu. Lagipula aku yakin mereka akan menjagamu dengan baik, kau juga sudah terbiasa dengan hidup berdampingan dengan kerajaan, setidaknya kau tahu beberapa hal tentang itu." Hamada mengelus kepala Asahi dengan lembut, "Lagi pula, apa yang salah dengan bepergian? Berpetualanglah, kau tidak terkurung lagi kali ini."

Asahi kembali diam, membiarkan Ayahnya mengelus kepala dan menepuk - nepuk rambut putihnya dengan lembut. Ia memainkan jari - jarinya, lalu mendongak dengan senyum kecil di wajahnya.

"Terima kasih, Ayah."





Rembulan mengintip dari balik jendela dengan tirai putih, saling menatap dengan Asahi yang terduduk di kasurnya. Ia sudah memakai piyama, menata kasur untuknya dan Akiko tidur, selagi menunggu adik kesayangannya, ia diam melamuni ketidak jujurannya.

Ia memang mengatakan kepada Ayahnya jika akan ikut dalam sebuah perjalan untuk kunjungan istana, namun ia tak mengatakan jika ia menjadi kunci untuk masuk ke istana itu. Kerajaan yang Asahi tak tahu seperti apa, bagaimana sejarah dan segala isinya, juga tak mengerti mengapa penyihir putih adalah kunci untuk memasuki kerajaan yang memakan waktu berminggu - minggu perjalanan itu.


cklek-


Asahi berbalik, ia tersenyum melihat adiknya yang berjalan dengan lucu dan kesusah menaiki kasur. Asahi merangkak di atas kasur itu, lalu menggendong Akiko naik ke atas.

Then and Now - Second Season ; [Jaesahi]Where stories live. Discover now