30. TANDA TANYA

232 30 1
                                    

"Hallo sayang? Gimana kabarnya? Baik-baik aja kan? Makannya gak lupa kan? Njun sehat-sehat aja disana kan?"
Suara lembut mama Wendy terdengar sangat jelas dari balik handphone.

"Njun baik-baik aja kok ma,mama gak usah khawatir!"
Ucap Renjun.

"Sekolah Njun gimana nak?"
Tanya mama Wendy.

"Aman kok ma,mama sama papa disana baik-baik aja kan?"
Ucap Renjun dengan suara halusnya.

"Baik kok nak,cuman terkadang ada juga masalah dikit!"

"Kalian kapan pulang?"
Tanya Renjun dengan suara yang terdengar serak.

"Secepatnya sayang,Njun yang sabar ya,jaga kesehatannya,jangan telat makan ok?"

"Humm iya ma,Renjun tutup telfon nya ya ma,Renjun mau keluar bareng yang lain!"
Ucap Renjun ingin mengakhiri pembicaraan.

"Iya sayang,hati-hati ya. Bye!"

"Kalau lo kangen sama ortu lo,pengen mereka balik,pengen mereka merhatiin lo. LO HARUS EGOIS HUANG RENJUN !!!"
Ucap Jaemin dengan raut wajah yang mat serius.

Lelaki itu merasa kasihan dan iba melihat sahabat kecilnya yang sudah kekurangan perhatian dan kasih sayang selama beberapa bulan terakhir ini. Renjun butuh perhatian,kasih sayang dan juga semangat,ia sedang tak baik-baik saja.

"Jangan bilang kalau lo itu baik-baik aja Njun. Nggak! Lo lagi gak baik-baik aja! Mana sifat egois lo? Keluarin!"
Ucap Jaemin dengan tegas.

"Na? Gua baik-baik aja kok!"
Ucap Renjun sambil tersenyum tipis.

"Mulut lo bisa berbohong,tapi raga dan hati lo gak bisa berbohong!"

"Ingat itu Njun!"
Ucap Jaemin.

"Okay Na,okay. Ayok,tapi mau ke rumah sakit ni!"
Renjun berjalan keluar rumah.

Jaemin hanya diam dan segera menyusul Renjun dengan langkah yang cukup lebar. Ia tampak kesal dengan tingkah Renjun saat ini,lelaki itu membutuhkan keluarganya,tetapi ia sendiri tak mampu mengungkapkan kerinduannya.

"Renjun jujur sama om oke?"
Ucap om Suho dengan wajah datar yang serius.

Renjun hanya mengangguk. Ia sudah pasrah jika om Suho dan juga Jaemin mengetahui bahwa penyakitnya semakin parah hari demi hari. Ia sudah lelah.

"Paa?"
Lirih Jaemin dengan wajah sayu.

"Renjun minum obat-obatan kan? Kenapa nggak bilang sama om ataupun Jaemin tentang kondisi kamu nak? Kenapa Renjun pendam rasa sakit itu sendiri? Kenapa kamu gak jujur sama diri kamu sendiri?"
Ucap om Suho dengan suara yang terdengar tegas tetapi menandakan adanya kekhawatiran disana.

"Pa? Maksud papa apa pa? Renjun kenapa?"
Tanya Jaemin dengan nafas yang memburu.

"Jaemin duduk! Diam! Papa lagi ngomong sama Renjun!"
Ucap om Suho dengan tegas.

"JAWAB OM RENJUN !!!"
Ucap om Suho dengan menekankan setiap ucapannya.

"Hehe maafin Renjun om,maafin gua Na. Renjun gak mau bikin kalian susah,Renjun nggak mau ngerepotin kalian lagi,Renjun capek! Renjun malu harus ngeluh masalah kayak gini sama kalian. Renjun udah pasrah om,om nggak perlu repot-repot meriksa keadaan Renjun lagi,Renjun nggak bakalan sembuh! Om jangan bodohi Renjun lagi,Renjun tahu semuanya om! Renjun tahu kalau Renjun nggak bakalan sembuh! Renjun udah capek kayak gini. Kasih Renjun kebebasan! Kalau om sama Jaemin merhatiin Renjun kayak gini,natap Renjun dengan raut wajah kayak gitu,Renjun kesal,Renjun kesal sama diri Renjun sendiri!"

"HUANG RENJUN !!!"
Bentak Jaemin dengan nafas yang sudah memburu. Api amarah sudah memanasi tubuh lelaki itu.

"Na??"
Ucap Renjun dengan lirih. Ia kaget melihat sikap Jaemin saat ini. Yang ia lihat bukanlah Jaemin yang biasanya,ini adalah Jaemin dalam bentuk lain.

LUKA || HUANG RENJUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang